Sore harinya, Yuna, Dini dan Erin sudah menuju lapangan. Dan Delin tetap dengan pendirianya, tidak akan ikut ke lapangan hari ini.
Yuna terpana melihat wajah Dini dan Erin yang begitu semangat memperhatikan sekeliling.
"Kak kenapa segitunya ya mau nonton turnamen?" Yuna bertanya keheranan.
"Aduh, Yuna... kita ke sini itu cuma mau lihat kak Reyki, tapi dia mana ya?" Dini celegak-celiguk.
"Jadi, kalian berdua itu fans berat kak Rey juga?" Duga Yuna tepat sasaran.
"Ya iyalah, gue dari SMA kali Na," sahut Dini dengan semangat yang mengebu-gebu.
Kemudian dia kembali mengitari padangan. Mencari sang idola.
"Kak Erin?" Yuna menoleh ke Erin yang sedari tadi memainkan HP nya.
"Suka juga, tapi nggak berat-berat amatlah," jawab Erin dan kembali mamandang layar HP.
Yuna hanya senyum-senyum mendengar pengakuan dari Dini. Bahkan dia juga baru tahu kalau Dini bertujuan untuk melihat Reyki. Yuna cukup heran dengan dua manusia yang sekarang bersamanya.
Mengapa mereka bisa nge-fans sama si Reyki? Apa istimewanya? Yuna juga nggak munafik, ia mengakui kalau Reyki emang gagah sih. Tapi, dia bukan deretan pengagum. Mungkin cuma Yuna yang bukan termasuk ke dalam daftar fans si Reyki.
Belum tau aja dia, kalau sekarang sepupunya juga suka sama Reyki. Malahan lebih dari suka. Udah cinta mati semati- matinya kali.
Seperti biasanya, tepat jam setegah lima sore, kedua tim kesebelasan sudah berdiri di tengah lapangan.
Yuna mulai memperhatikan dan menikamati jalannya pertandingan. Sementara Dini masih sibuk celingak-celinguk.
"Kok nggak ada si Reyki?" bisiknya pada Yuna.
"Emang nggak ada, kan sekarang yang bertanding itu Costa vs Garuda. Tim Kak Reyki itu kemaren mainya," Jelas Yuna yang masih fokus ke arah bola yang kian- kemari menggelinding.
"Jadi penonton kek," kata Dini.
"Kayaknya dia emang nggak datang deh," Erin ikut berbicara.
"Apa dia datang saat babak kedua ya," pikir Dini.
"Mungkin sih," sahut Yuna.
***
Delin hanya menghabiskan waktu di rumah dengan menonton film. Wajahnya serius menyaksikan setiap adengan di film tersebut. Tak lupa terus mengunyah kue kering di mulutnya.
"Tumben lo di rumah aja?" Geral ikut duduk di sampingnya.
"Ngapain nonton, nggak seru." Ia masih fokus pada laptopnya.
"Biasanya tetap nonton lo, pasti ini ada alasan terselubung kan?" Duga Geral.
"Ya, yang bertanding hari ini bukan tim si Rey. Dan Rey juga nggak bakalan ada di sana." Ungakapnya sembari terus memakan cemilan.
"Ih, tau banget ya sepertinya mbak Delin ini," Geral mengerinyitkan dahinya.
"Pasti lah," katanya dengan penuh yakin.
"Kenapa lo sebegitu yakin kalau Rey nggak nonton?"
"Gue habis lihat instagram Universitas Aksakara, dan hari ini, Reyki ada acara di kampusnya." infonya pada Geral.
"Oh, jadi sekarang kerjaan lo jadi stalker si Rey. Sampai kepo-in intagram kampusnya." Heran Geral.
Delin hanya senyum-senyum sendiri mendengar Geral bebicara.
Delin tidak peduli kalau kakaknya berpadangan bahwa yang ia lakukan terlalu berlebihan. Tapi baginya itu biasa saja. Ya pasti, kalau sudah perkara cinta, semua bakalan dia lakukan. Untuk sekedar mengetahui tentang kehidupan orang yang ia cinta, apa itu salah? Gumam Delin.
***
Pertandingan babak pertama usai saat wasit meniup pluit dua kali, Costa unggul 2-1 dari Garuda. Dini yang tadinya masih duduk, mendadak berdiri. Yuna dan Erin ikut berdiri."Ih, kok kak Rey nggak ikut nonton sih? Padahal udah nunggu sampai babak pertama selesai," kesalnya.
Yuna hanya tersenyum memperhatikan tingkah Dini.
"Kita cari kak Rey ya!" cetusnya mendadak.
"Nggapain? Kurang kerjaan, kak Rey mungkin nggak nonton deh hari ini," kata Yuna.
Yuna juga ikut memperhatikan sekitar. Dia bahkan juga tidak melihat pasukan Drew di wilayah itu.
"Anggota Drew yang lain juga nggak ada deh, mungkin mereka istirahat kali, kan habis tanding kemaren," pikir Yuna kemudian.
"Yaudah, kalau gitu, kita pulang aja," Usul Erin.
"Oke," setuju Yuna.
Yuna diantar Dini sampai ke rumah Delin. Dini dan Erin memilih untuk langsung pulang setelah Yuna turun.Yuna senyum-senyum sendiri dan geleng- geleng kepala, mengingat tingkah Dini yang hanya kesal dari saat pertandingan di mulai sampai memutuskan untuk pulang.
Yuna masuk dan langsung menuju ruang tengah.
"Kok udah pulang?" Geral bertanya saat menyadari kedatangan Yuna.
"Itu, kak Dini udah kesel nungguin kak Reyki nggak muncul-muncul," sahutnya sembari tetawa.
"Karena kak Rey nggak ada, dia minta pulang deh," katanya lagi.
"Jadi dia nonton cuma buat lihat Rey?" Geral melihat Delin.
"Iya, udah aku bilang, yang hari ini tanding nggak seru, mereka nggak percaya," jelas Delin.
"Emang kak Dini itu, sebegitu terobsesinya ya sama kak Rey?" Yuna melihat Delin.
"Aduh, sangat terobsesi," ungkap Delin.
"Iya Na," sambung Geral tiba-tiba.
Yuna yang tadinya melihat Delin, teralihkan oleh suara Geral. Delin ikut menoleh ketika kakaknya meyambung perkataanya.
"Bukan Dini aja Na, semua cewek-cewek. Salah satunya itu-" Geral menatap Delin licik.
Padanganya ditangkap oleh Delin, yang mulai mencium aroma-aroma kejahatan dari kalimat kakaknya.
"Siapa?" Yuna mulai penasaran.
"Yang pasti sih cewek Na, dia itu juga fans fanatic Reyki. Tapi sekarang dia kayaknya udah CINTA mati sama Reyki," Geral terus membuka satu persatu kata rahasia.
"Kak Geral kenal ya sama dia," intuisi ke-kepoan Yuna semakin keluar.
"Kenal banget dong," Geral kembali melempar pandangan licik.
Delin menutupi kekesalannya pada Geral. Belum nyebut namanya aja nih dia, kalau kesebut, udah di timpuk pake lemari tu kepala Geral.
"Siapa sih kak?" Greget Yuna.
Tuh, Yuna semakin penasaran gara-gara dia.
"Ya, ada lah pokoknya." Sepertinya Geral memang baik dan nggak akan membongkar rahasia, tapi emang dari lahir aja udah kelihatan jahilnya
Delin menghembuskan napasnya, dia pikir kakaknya akan menyebar rahasia itu, ternyata hanya membuat dia panik. Memang begitu iseng sekali dia, bisa-bisanya membuat jantung adiknya jedag- jedug.
***
#ceritremaja
FOLLOW IG
@seventeen.virgo
@virgoseventeen_
@kesebelasandrew_

KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh
Novela JuvenilIni sih bukan cinta dalam diam lagi. Tapi, cinta itu harus ada tindakannya. Mau sampai kapan kasih kode di story. Kasih perhatian di dunia nyata kali. Peduli atau nggak, yang penting usaha ya nggak? Ya... Begitulah kira-kira pikiran si cewek manis b...