Ini sih bukan cinta dalam diam lagi.
Tapi, cinta itu harus ada tindakannya. Mau sampai kapan kasih kode di story. Kasih perhatian di dunia nyata kali.
Peduli atau nggak, yang penting usaha ya nggak?
Ya... Begitulah kira-kira pikiran si cewek manis b...
Sore itu agak sedikit mendung, matahari bersembunyi di balik awan, untungnya tidak hujan dan mendukung pertandingan. Tahun ini sering diadakan pertandingan sepak bola meskipun hanya pertandingan kecil-kecilan. Mekipun kecil, tapi penontonya tetap ramai. Dan kali ini sudah menjadi pertandingan yang ke tiga.
Lapangan telah ramai oleh manusia-manusia yang membuat bising telinga. Belum lagi beberapa penjual makanan yang berjejer sepanjang jalan. Indera penciuman kini sulit meneliti aroma makanan mana yang sudah menyerangnya.
Wilayah itu menjadi sempit, sehingga membuat sepeda motor sulit untuk lewat. Jelas sempit lah, emangnya kalian pikir padangannya sedikit, banyak bos. Berasa kayak pasar kuliner.
Di tengah lapangan para pemain sudah bersiap-siap. Hari ini pertandingan antara klub Macario vs Halilintar. Macario kaos biru cerah dilengkapi lambang bintang di bagian depannya. Sedangkan Halilintar dengan kaos kuning cerah, sesuai nama mereka di bagian tengah terdapat lambang petir berwarna hitam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Delin sudah bersiap-siap ke lapangan. Dengan pakain baju kaos lengan panjang sepinggang begitu pas untuk tubuhnya yang ramping, berpadu celana jeans hitam, lengkap dengan sepatu. Sangat cantik.
Begitu juga dengan Yuna, baju kemeja lengan pendek yang sedikit trasparan, dengan baju bagian dalam berwarna hitam. Sama-sama menggunakan baju serba hitam, seakan mereka begitu sehati.
Mereka menuju lapangan dengan motor, lapangannya tidak terlalu jauh, tapi mereka ingin saja pakai motor. Sesampainya di lapangan, mata Delin mengarah pada satu titik, Dion. Manusia satu itu sedang berdiri di tepi lapangan bersama beberapa orang.
Memang sakit saat itu, tapi Delin tetap saja betah, matanya tak bisa berpaling dari Dion, tetap Dion, hingga pertandingan dimulai dan mereka berdua mencari tempat terbaik disana, agar lebih jelas menyaksikan pertandingan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.