7. Drew

42 2 11
                                    


***

#selamatmembaca🤗

#selamatmembaca🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Kira- kira siapa ya, yang akan masuk ke semi final?” pikir Aldi yang duduk dengan secangkir kopi di depannya.  Salah satu anggota Drew.

“Gue  yakin pasti Daksa,” celetuk Devan cowok penggila game garis keras. Mungkin itu yang membuat ia jomblo dari lahir.

“Mungkin  sih, secara mereka itu, dari tahun ke tahun sering masuk ke semi final.” Vandi   ikut memberi argumen.

“Iya sering, tapi sering gagal ke final, nggak pernah jadi lawan kita di final. Padahal gue pengen gitu, sesekali di final lihat tendangan pemain terbaiknya, yang gagal menerobos gawang gue,” Yayan si penjaga gawang menanggapi perbincangan.

Ok, Yayan jangan be tingkah!

Tiga manusia dari 14 anggota Drew tengah bercengkrama di sebuah meja yang berada di luar warung. Yang lainya sibuk dengan makanannya masing-masing.

“Jangan sombong, nggak baik,” si bapak ustadz Sauqi mulai ceramah. Yang tadinya hanya memperhatikan televisi di dalam warung. Merasa patut untuk menasehati Yayan.

“Iya pak ustadz, tapi kalian semua mengakui kan kalau gue emang kipper terbaik.” Yayan dengan bangga masih mencari pengakuan.

“Iya, lo yang paling terbaik,” Nandi  sang kapten ikut serta memuji.

Dari pada dia terus berkicau sampai besok pagi.

Perbicangan itu terputus, ketika seorang manusia baru saja sampai di halaman warung. Semua menoleh ke arahnya.

“Guys, si jagoan kita kayaknya bakalan bisa nih membuat kita ke final lagi tahun ini.”
Rama berdiri dan menghampiri Reyki.

“Iya, setelah dua tahun dia jadi mahasiswa paling teladan. Gara-gara terlalu teladan milih buat jadi anak kos. Supaya nggak telat ke kampus,” Sambung Aldy lalu tertawa.

“Bukan gitu Al,” protes Rakha. “Pak bos gue ini, habis meditasi. Gimana berhasil nggak meditasinya?” Rakha tersenyum meledek Reyki.

“Meditasi pala lu pitak. Dia  itu cuma lagi ujian move- on. Udah lulus ya ujiannya?” ledek Nandi  yang juga ketularan.

“Bacot  lo pada.” Kesal Reyki dan memilih ikut duduk.

Bu Siti yang tadi sibuk memasak gorengan, menghampiri segerombolan cowok-cowok keren yang sedari tadi membahas perihal turnamen.

“Ya ampun, nak Rey, Ibu udah lama nggak ketemu nak Rey. Lama juga ya jadi anak kosnya.” Sambut Bu Siti sumringah.

“Iya  Bu, gimana warung aman kan Bu? Masih ada yang ngutang?” sindir Rey.

“Udah nggak ada, semuanya udah punya kerjaan, jadi amanlah.”

Selesai berbincang melepas rindu dengan Reyki,
Bu Siti kembali pada pekerjaannya.

JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang