Seorang gadis bertubuh mungil, kini tengah mendudukan dirinya di sebuah kursi yang berada di ruangan konseling sekolahnya, ia adalah Kamala Aryn Violetta, siapa yang tak mengenalnya? Kamala terbilang cukup famous dikalangan murid - murid disekolahnya—sebagai siswa langganan BK tentunya. Bahkan sang guru BK di SMA Bhintara tersebut—bu Vanya sudah lelah meladeni Kamala yang setiap hari nya selalu membuat masalah yang membuat gadis itu berakhir memasuki ruangan tersebut.
"Kamala! ini sudah kesekian kalinya kamu masuk BK karena hal yang sama! mau sampai berapa kali Ibu lihat kamu membolos ke kantin saat jam pelajaran belum selesai? iya, Ibu akui kamu memang berprestasi, tapi kamu nggak bisa seenaknya membolos seperti itu, Kamala." walau bu Vanya sudah jengah dengan kelakuan gadis tersebut, namun ia tak bosan-bosannya mengingatkan Kamala agar tak kembali melakukan kebiasaannya itu untuk kedepannya, terlebih Kamala sudah menduduki bangku kelas dua belas.
"nggak tau, Bu, saya bosen di kelas," cicit Kamala pelan, namun masih bisa didengar oleh guru berkacamata tersebut, Bu Vanya yang mendengar cicitan Kamala barusan pun langsung menatap Kamala tajam.
"BERANI KAMU JAWAB BEGITU?!" Kamala tersentak. seketika nyali Kamala pun jadi menciut, bahkan bu Vanya lebih galak daripada ibunya!
"maaf, Bu," Kamala pun tertunduk, biarkan harga dirinya dan labelnya sebagai cewek bar-bar lenyap dihadapan bu Vanya, asalkan ia bisa segera keluar dari ruangan tersebut, karena sedari tadi pandangan bu Vanya tak luput darinya dengan tatapan tajamnya yang menusuk.
"sana bersihkan kamar mandi, lalu keliling lapangan lima kali, ingat! kalau kamu berani-beraninya kabur, saya jamin besok kamu saya skors." ucap Bu Vanya tegas tak mau dibantah, mau tak mau Kamala harus menjalankan hukuman tersebut walau dengan berat hati.
"enak dong di skors, bisa santai dirumah," ucapnya pelan, entah bagaimana jawaban nyeleneh itu bisa keluar dari mulutnya dengan enteng. Namun jangan lupakan indra pendengaran bu Vanya yang begitu tajam, disusul kini sang guru yang memegang penggaris panjang yang menganggur didekat meja.
"bilang apa, kamu?!"
"enggak Bu! saya pamit undur diri dulu!" setelahnya Kamala pun sedikit berlari guna menghidar dari amukan Bu Vanya, lalu ia akan mengerjakan hukuman yang diberikan untuknya.
***
setelah selesai dengan hukuman pertamanya yaitu membersihkan kamar mandi putri, kini Kamala berjalan santai ke arah lapangan, setelah dipikir - pikir Kamala sedikit menyukai hukuman kali ini, karena dengan begitu Kamala bisa melarikan diri dari pelajaran yang begitu membosankan, namun ia tak bisa kabur dari hukuman terakhirnya—yaitu mengelilingi lapangan sebanyak lima kali, karena bu Vanya yang masih mengawasinya dari kejauhan, lebih tepatnya di depan ruangan konseling.
saat sampai di lapangan yang luas tersebut, Kamala melihat cowok yang sedang hormat sembari mendongak keatas—ke arah bendera, Kamala pun mendekat kearahanya saat melihat seseorang yang sangat ia kenal, Kamala sedikit berlari lalu berdiri di sebelahnya dan menatapnya.
"dihukum? nggak bosen ya lo bikin ulah," setelahnya Kamala tertawa renyah melihat ekspresi yang cowok itu tunjukkan, ia hanya menunjukkan raut wajah masamnya, kenapa gadis di sampingnya itu seperti menyindir dirinya sendiri? sudahlah!
"lo juga dihukum, ngaca." dia adalah Hayden Ravendra, warga sekolah selalu menyebutnya sebagai Kamala versi laki-laki, begitu pula sebaliknya. namun alih-alih keduanya akur karena memiliki banyak kemiripan, justru saat bertemu sesi adu bacot tak pernah terlewatkan. Namun karena hal itu lah, warga sekolah sangat menyukai jika keduanya sudah bertemu, pertengkeran mereka bisa dibilang lucu dan menghibur.
"habis ngapain lo, sampe dihukum gitu? Nyolong mangga, ya?" tanya Kamala dengan segala pertanyaan random nya itu, Kamala tau yang dilakukan Hayden pasti hanya itu-itu saja, jika tidak baku hantam ya membolos seperti dirinya, mangkannya ia sedikit lontarkan candaan karena bosan kalau bertanya dengan serius terus. Dan kini yang Kamala lihat sudut bibir Hayden mengeluarkan sedikit darah, ia pun tersenyum tipis karena bisa menebaknya dengan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Bad [√]
Teen Fiction"ngapain bolos disini? tumbenan," tanya Kamala. "kenapa? nggak boleh? bukan kantin nenek lo kan?" jawab Hayden ketus. "gue nanya doang tiang listrik! kan biasanya lo bolos di markas atau nggak dirumah temen lo, jadi manusia kok hobinya sewot sama ce...