Author POV
Keesokan hari. Lisa sudah berniat ingin menjemput Jennie lagi ke rumahnya untuk mereka pergi bersama-sama ke sekolah.
Sebuah senyuman kecil tercetak jelas di sudut bibir Lisa. Mengingat kembali kejadian di hari kemarin. Tubuh Lisa yang sedang menggendong tas itu lantas berayun-ayun senang, sembari sesekali ia menggigit bibir karena gemas.
"LISAA!! JANGAN BERANGKAT DULU!! BAWAIN SEMUR JENGKOL INI BUAT MAMANYA JENNIE!!"
Senyuman manis itu pun seketika luntur pada saat itu juga.
Lisa kemudian berbalik, mengumpat kesal sembari kembali melepas sepatunya dan berjalan memasuki rumah dengan langkah malas. Yang berteriak barusan itu adalah suara Bunda.
"Bundah ih, kenapa baru manggil pas Lisa udah pake sepatu sih?"
"Heh, kamu aja belum ada salaman sama Bunda."
Ucapan Bunda memang ada benarnya. Maka Lisa pun tak lagi membalas, namun raut wajahnya kini terlihat sedang cemberut.
"Kenapa ditekuk gitu mukanya?" Ucap Bunda, menyerahkan sebuah kotak bekal makanan ke arah Lisa.
"Ya abisnya bunda malu-maluin banget tau ga sih, aku tuh lagi kasmaran sama Jennie masa malah ngasih ginian ke dia."
Sembari merengek, satu tangan Lisa juga tetap dengan berat hati mengambil sekotak makanan—yang bisa Lisa tebak isinya pasti adalah semur jengkol buatan Bunda.
Tanpa menggunakan plastik apapun, sebab jarak dari rumah Lisa ke rumah Jennie itu hanyalah terhalang oleh pagar rumah saja. Sangat dekat. Bahkan Lisa bisa memastikan, teriakan Bunda yang tadi saja pasti Jennie dapat mendengarnya.
"Malu-maluin gimana maksud kamu? Mau ga Bunda restuin, hm?"
"Jangan lah, perasaan aku kan harus dinomor satuin sama dukungan dari Bunda dulu."
"Dasar genit, sini kamu." Tangan Bunda terangkat ingin menjewer telinga Lisa. Tetapi dengan lekas gadis cerewet itu menjauh sambil raut mukanya berubah tertawa.
Sifat Lisa yang usil dan bawel ini memang seratus persen menurun dari sifat Bunda.
Jadi sudah tidak heran, kalau melihat interaksi yang terjalin antara ibu dan anak itu memang kadang bikin geleng-geleng kepala. Seperti tidak ada rasa canggung sedikitpun, malahan Bunda juga sudah tahu mengenai Lisa yang menyukai Jennie.
Anak gadis dari tetangganya.
Bunda mengikuti Lisa yang berjalan lagi ke depan pintu rumah. Lisa lalu memasang kembali sepatunya sambil duduk di teras.
"Langitnya mendung itu, kamu yakin ga mau bawa payung?"
"Ngga deh Bun, ribet. Aku ada jas ujan kok di dalem tas, biar pake itu aja kalo nanti tiba-tiba ujan." Bersamaan dengan itu, Lisa selesai mengikat kedua tali sepatunya.
Lisa kemudian berdiri. Menyalami tangan Bunda terlebih dahulu dan memberikan ciuman singkat pada pipinya. Sedangkan satu tangan Lisa yang lain masih memegangi sekotak semur jengkol hangat.
"Ya udah, hati-hati ya kamu. Jangan mampir ke mana-mana, sekolah yang bener udah mau ujian."
"Iya, Bundaku."
Bunda tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
Menatapi anak gadisnya itu yang kini sudah berjalan membuka pagar, dan dengan penuh semangatnya Lisa memberikan flying kiss lagi ke arah Bunda.
Setelah itu Lisa langsung menuju ke rumah Jennie.
Jika cat rumah Lisa itu dominan berwarna terang, maka rumah Jennie justru sebaliknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/330579982-288-k117607.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA - JENLISA ✔
Aktuelle Literatur❝ Lisa ga mau dikatain lesbian. Maunya dibilang jenseksual aja. Soalnya, dia cuma suka sama Jennie. ❞