Satu

14 15 6
                                    

Halo, gimana hari ini?

Happy Reading

💚💚💚

Flasback on

2 tahun yang lalu

Dia terduduk di tepi pantai sambil menatap deburan ombak. Nauzan Areza Ravindra. Matanya sayu dan bibirnya pucat seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Senyumnya telah sirna direnggut semesta. Keadaannya sangat kacau.

Hari ini adalah tepat sepuluh hari kepergian orang tersayangnya, sudah sepuluh kali pula dia ke pantai ini.

Dia akan bergegas ke pantai untuk menjernihkan pikiran, ketika memori itu kembali terputar di otaknya. Memori dimana kecelakaan tragis menimpa sang mama hingga merenggut nyawanya.

"Gue liat lo disini udah yang ke lima kali" Ucap seorang gadis yang tiba-tiba duduk di sampingnya. "Lo suka kesini?" Tanya Naraya pada cowok di sampingnya itu.

Nauzan hanya mengangguk. Pandangannya lurus ke depan tidak menoleh sedikitpun.

"Gue nggak tau apa yang lo rasain, tapi gue bisa liat kalo lo lagi gak baik baik aja. Tapi lo nggak sendiri kok, percaya deh masih banyak orang yang sayang sama lo" Naraya berhenti sejenak.

"kalo lo butuh gue juga gue siap bantu lo, selama gue mampu". Naraya melanjutkan kalimatnya.

Naraya bukan tipe cewek yang mudah menghampiri orang lain bahkan sampai mengajak bicara.
Tapi tiba-tiba netranya menangkap sosok yang cukup memprihatinkan, ia tak bisa membiarkannya begitu saja.

"Gue boleh minta peluk? " Akhirnya Nauzan mengeluarkan suara.

"Sure" Naraya mengangguk.

Nauzan langsung memejamkan matanya dan berhambur ke dalam pelukan Naraya.

"Sekarang mau cerita?" Tanya Naraya dengan hati-hati.

Nauzan mengangguk, lalu kembali berbicara "Mama gue pergi untuk selama-lamanya". Masih dengan posisi yang sama yaitu berpelukan.

Ahhhh Naraya Paham. Gadis itu langsung mengusap pelan punggung cowok itu seperti memberi kekuatan.

Nauzan merasa sangat nyaman, ia teringat sang mama yang biasa mengusap punggungnya ketika bersedih atau sedang kesal.

"Lagi ada masalah?" Pikir Nauzan jika gadis di sebelahnya ini juga sedang memiliki masalah.

"Enggak, gue kesini mau liat senja" Balas Naraya sembari melepaskan pelukannya.

"Nama lo siapa ?" Naraya bertanya pada cowok itu.

"Nauzan, lo?" Tanya Nauzan.

"Naraya, tapi panggil Raya aja" Kata Naraya.

Entah kenapa berbicara pada Naraya membuat beban yang dia bawa hilang begitu saja. Usapan halus itu ingin dia rasakan lagi, ia merasa membutuhkan usapan itu suatu saat nanti.

Semilir angin laut berembus menerpa dua insan yang tengah duduk di hamparan pasir pantai. Menunggu sang surya menghilang di bawah garis cakrawala sebelah barat.

"Lo mau temenin gue ?" Nauzan tiba-tiba bertanya dengan menatap mata gadis itu.

"Sampai kapan ?"

"Sampai gue lupa kejadian itu" Nauzan berbicara lirih sambil menundukkan pandangannya.

"Gimana? " Naraya tidak mendengar apa yang dikatakan cowok itu.

"Jadi pacar gue" Kata Nauzan tiba-tiba mendongakkan kepalanya menatap Naraya.

Sontak Naraya mengernyitkan dahinya. Ia pikir Nauzan hanya ingin ditemani di tempat ini.
"Lo bercanda ya?" Tanya Naraya memastikan.

Bisa-bisanya orang asing yang baru ia temui tiba-tiba mengajaknya pacaran.

"Gue gak pernah bercanda" Tutur Nauzan. Jalan pikiran Nauzan memang sulit untuk ditebak.

Gadis itu membuang pandangan ke arah laut "Apa alasan gue nerima lo?".

"Bantuin gue buat ngelanjutin hidup" Balas Nauzan.

Sungguh Naraya dibuat bingung olehnya, ia tak  tega untuk menolak. Ia bahkan mengira Nauzan ingin bunuh diri sebab tampilannya benar-benar kacau. Rambutnya acak-acakan dan kemeja yang melekat ditubuhnya sangat lusuh, entah sudah berapa hari dipakai.

Jika dilihat Nauzan bukan tipe cowok buaya, ganteng pula. Terlebih Naraya belum pernah pacaran, coba dulu kali pikirnya.

"Yaudah tapi backstreet" Jawab Naraya.

Tak mau ambil pusing Naraya mengiyakan ajakan cowok itu, hari ini mereka resmi berpacaran. Tapi siapa sangka bahwa mereka ternyata satu kampus.

Flashback off.

Dating With Stranger (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang