3. Dilaporin (?)

25 4 0
                                    

anjay update pagi WKWKWK, hari senin gue udah ujian sekolah 😓




Ipa 5 tuh selalu jadi kesayangan guru apalagi Bu Fania selaku pembina Osis yang seneng banget ngeliat kelas aktif ini. Kadang Bu Fania cuman ngasih tugas yang dikerjakan dirumah, lalu dikelas ngapain? Bahas konspirasi. Aneh bukan? Tapi Bu Fania suka dengan argumen kelas Ipa 5 yang bisa masuk akal dan diterima banyak orang.

Kayaknya hanya di Ipa 5 konspirasi aneh dibahas. Kayak tadi, mereka lagi bahas masalah seseorang perempuan dari Jepang yang ditemukan sedang merokok disamping tubuh pria yang berdarah. Kasus Takaoka Yuka yang sempet viral di tahun 2019. Apa yang mereka bahas? Ya jelas aja seperti, apa yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu? Selain itu motif lain atau kepuasan apa yang akan seseorang dapatkan jika membunuh orang lain?

Sepertinya jika dilihat dari cara mengajar Bu Fania di kelas Ipa 5 sudah kelihatan jurusan yang beliau ambil saat kuliah apa bukan? Benar, Psikologi. Ilmu yang mempelajari kurang lebih tentang tingkah laku manusia. Atau banyak orang yang mengartikannya sebagai 'Cenanyang' padahal tidak seperti itu.

Bu Fania selalu menyampaikan ilmunya di setiap kelas. Seperti beberapa minggu lalu beliau bilang, "Jangan pernah menyalahkan apa yang seseorang lakukan jika di mata kalian itu buruk. Karena penilaian kita itu subjektif, kita tidak pernah tau mengapa seseorang seperti itu. Pahami dan coba mengerti jauh lebih baik dibanding mencaci maki perbuatan seseorang."

Mungkin itu sedikit banyak soal pola mengajar Bu Fania di Pelita, khususnya di Ipa 5.

"Buset tumben amat lo bikin laporan di revisi segininya," ucap Keinan saat melihat laporan yang tergeletak di meja penuh coretan.

"Bukan punya gue."

Keinan membacanya. Lalu mengerti laporan penuh coretan itu punya siapa.

"Lo pernah liat Baskara sebelumnya ngga Kei?"

Keinan menggeleng. "Eh apa pernah ya? Kayaknya pernah deh di belakang,"

"Kenapa emang?"

"Ngga ada sopan santunnya. Lo tau kemarin pas gue samperin dia jawabnya ngentengin banget terus ketus,"

"Dia mah emang begitu ke semua orang," timpal Pale, ia menarik bangku dengan makanan dari kantin yang dibawanya. "Mau?"

"Mauu," Keinan mengambil. "Thanks, tumben baik."

"Serba salah anjir,"

Sera menaruh pulpennya. Ia tertarik pada omongan Pale barusan. "Gitu ke semua orang gimana, Le?"

"Ketus. Semua orang diketusin sama dia, gue ngga tau kenapa sih ya. Kata si Andra juga emang begitu, jawab semaunya, ngomong seadanya, gitu dah." Jelas Pale, ia mengenal Baskara dari kelas sepuluh.

"Emang gitu kali Ser wataknya,"

Sera mengedikan bahu. Ya mungkin memang wataknya. Ia berpamitan pada teman-temannya untuk ke sekre Osis dengan membawa laporan futsal itu. "Eh ada Genta,"

Genta menoleh. "Nah, mana sini liat,"

Serana memberikan laporan itu. Ia duduk disamping Genta, melihat apa yang sedang pria itu kerjakan.

"Udah kayak skripsi Ser," ucapnya terkekeh diakhir.

"Gue bingung sebenernya  Ta, itu ngga salah-salah amat tapi salah ngerti ngga?"

Genta mengangguk. "Ada file orinya nggak? Takutnya ngga keburu kalo nanti balik sekolah,"

"Nah itu dia, ngga ada. Gue lupa minta. Apa gue temuin dia aja ya?"

SekaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang