15. Zeira, Nura dan Sponsor

13 5 2
                                    


happy reading! jangan lupa follow roleplayer Sekara yapss, bisa dilihat di bio wp akuu<33

Tak terhitung sudah berapa kali Asha dan Keinan menengok ke arah jam dinding. Tak terhitung juga berapa pesan dan telepon yang sudah mereka lakukan. Karena ini sudah jam tujuh lewat tetapi Sera belum kelihatan batang hidungnya. Perempuan itu memang pernah telat tapi tidak menjadi kebiasaan apalagi sampai telat lima belas menit.

"Eh lo kenapa ngga nelpon Baskara aja deh?"

"Oh iya," ujar Asha, ia langsung mencari kontak Baskara di grup kelas. Jawabannya sama seperti ponsel Sera, hanya berdering.

Guru pun mulai mengajar dan mengabsen satu persatu dari mereka.

"Serana?"

"Serana??" Kali ini guru itu menatap Asha dan Keinan karena tau mereka berdua yang dekat dengan nama yang disebut tadi.

"Kita ngga tau kak, ngga ada kabar. Di telepon juga ngga bisa."

"Oke, kabarin ya,"

Saat semua nama hampir selesai dan saat Asha ingin mematikan ponselnya, terdengar bunyi.

"Baskara,"

"Speaker speaker,"

"Bas?"

"Halo? Kenapa?"

"Lo belum pulang kah sama Sera?"

"Udah, dari setengah tujuh udah pulang."

"Hah?"

"Kenapa? Ada yang aneh?"

"Sera ngga dateng les,"

"Dateng kok, tadi dia turun di tempat les."

"Lo udah pastiin dia masuk?"

Lalu hening...

"Bas??"

"Dia suruh gue duluan, tapi pas gue liat dari spion dia udah mau masuk."

"Yaudah thanks ya,"

"Dia ngga ada?"

"Engga."

"Yaudah Bas, makasih infonya."

Sambungan diputus sepihak oleh Asha. Alisnya mengerut. "Kalo ngga sama Baskara, terus dia sama siapa anjir?"

"Dia bukan tipe orang yang cabut les gitu sih...." Keinan menjeda omongannya, "Kecuali masalah keluarga?"

"Anjir iya juga,"

"Yaudah lah nanti juga dia ngabarin sendiri," putus Keinan.

💐💐💐

Sera berlari menuju ruangan yang telah diberitahu adiknya. Seragam sekolahnya lumayan berantakan serta rambutnya yang lumayan lepek. Saat melihat Shaka yang berdiri di depan ruangan ia bernafas lega.

"Gimana??"

Shaka mengangguk, "Dia telat makan, magh-nya kambuh,"

Sera menghembuskan nafas lega. Melirik ke dalam, melihat adiknya yang sedang tertawa bersama papa dan mama. "Pingsan atau gimana, Shak?"

"Pingsan. Tapi udah di rumah,"

"Kakak ngga bilang papa kalo ngga pulang ke rumah?"

Sera menggeleng. "Aku bilang ke mama,"

Lalu pintu terbuka. Pria dengan kemeja putih serta dasi yang menjadi pelengkap kemejanya itu menatap Sera. "Loh kakak ngga les?"

"Loh?" Mama juga kaget dengan kehadirannya.

SekaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang