1. Harusnya ngga gitu

37 5 1
                                    

HAPPY READING, SEMOGA SUKAKKK

Kelas Ipa 5 sudah sering dijuluki sebagai kelas yang muridnya penuh anggota organisasi. Dari mulai ketua basket, ketua tari daerah, lalu ada sekertaris Osis yang tak lain dan tak bukan adalah Serana. Juga ada pemenang olimpiade Kimia disini.

Tapi kelas unggulan bukan di Ipa 5, ada lagi. Yang isinya bener-bener anak pinter semua. Gatau dari kapan Pelita bikin sistem pengelompokan kelas gini.

Saat ini Sera, Keinan, Dimas dan Rafael sedang duduk melingkar mengerjakan tugas kelompok. Sera tidak seperti Barra yang diam, dingin, atau apalah itu. Sifat ceria dan ramah dari Alisha menurun pada Serana. Sera juga lebih suka berkomunikasi, ketemu orang banyak, terus ngomong di depan orang daripada belajar seharian.

"Lo dicariin abang gue," Dimas memberi tau, Afkar yang dimaksud dengan abangnya.

"Kita udah lama ngga ketemu sih. Nanti deh gue sempetin," jawab Sera. Ia dekat dengan Afkar dalam artian sebagai abang dan adik karena Afkar tidak mempunyai adik perempuan dan Sera tidak mempunyai abang.

"Kei lo kalo nulis bisa ngga cepetan dikit?"

Keinan mengangkat kepala. "Biar ngga kayak tulisan lo."

Rafael atau akrab disapa Pale itu melihat tulisan Keinan. Ya emang rapi tapi lamanya itu bikin dia ngga sabar.

"Btw Le, kemarin si Zara balik bareng kakel ya? Gue liat dia nungguin di depan koridor kelas dua belas. Pas gue samperin katanya lagi nunggu orang," Sera memberi tau sambil menulis.

"Dia pala batu males gue bilanginnya,"

"Ama siapa emang? Lo liat ngga Ser?"

Sera menggeleng. "Dari belakang doang,"

"Bodo lah suka-suka dia aja," jawab Pale acuh.

Mereka ini satu circle tapi beda kelas. Delapan orang, lima perempuan dan tiga laki-laki. Biasanya kalo ngumpul pas istirahat atau pulang sekolah. Rumah yang biasanya dijadiin tempat main itu rumah Asha sama Chara.

💐💐💐

Baskara masuk ke kantin yang sudah dipenuhi, cacing dalam perutnya meminta asupan karena terakhir makan kemarin siang hari. Ia memilih penjual makanan yang tidak terlalu ramai dan segera menempati bangku. Hari ini ia ke kantin bersama Andra, teman SMP-nya yang berbeda kelas. Evan akan menyusul.

"Pake saos, Bas?"

Yang ditanya menggeleng. Ia langsung menyantap makanannya dengan lahap tanpa ada percakapan. Lalu Evan datang membawa bakso dua porsi, untuknya sendiri. Memang agak porsi tukang gali tapi perut Evan muat segala macam makanan.

"Nanti ke belakang ngga?"

"Ngapain?" Evan menjawab.

"Rokok,"

"Lo iya ngga Bas? Lo iya gue iya nih,"

Baskara menggeleng. "Tenggorokan gue ngga enak,"

"Ya gimana enak, lo minum air putih aja jarang," cibir Evan. "Mending lo panggil mbak buat rumah lo deh, lo makin kerempeng."

"Bacot goblok."

Sudah sangat dimaklumi oleh kedua temannya ini. Mereka tau watak dan sifat Baskara seperti apa, toh mereka juga sering toxic begitu kok. "Gue mau balik,"

"Dih?" Kata Andra. "Najis lo,"

Baskara tak membalas. Ia pergi membawa piringnya lalu keluar dari kantin. Kantin sangat ramai membuat udaranya tidak segar. Baskara memutuskan untuk bermain bola karena sewaktu keluar dari kantin, salah satu kakak kelas memanggil dirinya.






SekaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang