5. Baskara itu, siapa?

21 5 0
                                    


selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan, dan happy reading<33




Tentu saja bukan tanpa alasan Sera menelpon Baskara. Seperti sekarang, sesuai perkataan perempuan itu—Baskara menunggu di tempat yang sudah tertulis disana. Setelah lima menit, ia mendengar suara motor berhenti di belakang. Ia menoleh, melihat perempuan yang memakai cardigan coklat bersama sosok pria yang memakai helm.

"Lo ngga buka apapun kan?" Tanya Baskara.

"Sempet buka, soalnya gue mau ngerjain tugas. Tapi ngga gue buka lebih dalem." Jelas Sera, ia menyerahkan flashdisk milik Baskara.

Flashdisk mereka tertukar karena kebetulan warna dan jenisnya sama. Sera juga bingung kenapa bisa tertukar.

Setelah menyerahkan flashdisk, Sera pergi tanpa mengucapkan sepatah kata lagi bersama lelaki itu. Baskara melihat flashdisk, harusnya benda ini tidak boleh dibuka oleh orang lain. Harusnya beda ini hanya ada padanya. Harusnya hanya Baskara yang tau isinya.

💐💐💐

"Kenapa anjir?" Tanya Bian begitu melihat wajah Dimas yang ditekuk.

"Nice try," cetus Charlina.

"Lagi?"

Dimas melemparkan tisu ke wajah Bian. "Tai lo."

Beberapa diantara mereka tertawa. "Gue bilang jangan deketin anak pendiem yang pinter," ucap Pale, sedikit mengomeli.

"Tapi kalo ngga coba ngga bakal tau," balas Asha.

Sera prihatin melihatnya. Masalahnya dia juga terlibat dalam penolakan itu karena perempuan yang Dimas suka, menyampaikan penolakan itu lewat Sera.

"Emang ditolak kenapa?" Tanya Pale.

"Ya apalagi kalo bukan belajar," jawab Keinan. "Klise banget,"

"Buat beberapa orang pinter engga sih, Kei." Ucap Zara. "Dia tuh keliatan banget diatur sama orang tuanya,"

"Sok tau lo," balas Dimas.

"Lah emang iya. Lo kalo punya anak pinter apa ngga berharap banyak?"

"Orang tua gue engga sih," jawab Keinan. "Tapi yaudah lah mungkin emang itu yang terbaik. Ini bukan kali pertama lo ditolak kan, Dim?"

Mereka tertawa lagi kecuali Dimas. "Gue maju aja belum bangsat,"

"Tapi gerakan lo keliatan suka dia," ujar Sera.

"Udah lah ntar makin kesana," ucap Asha.

Tak lama, nama Serana dipanggil dari piket. Tentu saja bersama angkatan Osis lainnya.

Mereka dikumpulkan untuk membicarakan lomba olahraga antar kelas yang sering dilakukan.

💐💐💐

"Thanks ya, Bas." Ucap William, ia membalikkan uang yang pernah Baskara pinjam tempo hari lalu.

"Sana, Will. Ntar kena masalah lagi," jawab Baskara. William mengangguk lalu pergi.

Baskara menyimpan lima lembar uang itu. Ia duduk di kantin dengan dirinya sendiri. Pelajaran hari ini di kelasnya membosankan karena beberapa guru tidak hadir—ada olimpiade yang mewajibkan beberapa guru mengantar.

Ia memesan satu nasi lalu memakannya. Tak lama Evan datang dengan minuman kemasan yang dia berikan ke Baskara.

"Udah dibayar?"

Baskara mengangguk.

"Traktir lah,"

"Tai lu."

Evan memainkan ponselnya. "Eh Bas, gue pinjem laptop dong besok,"

SekaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang