Prolog

182 23 80
                                    

🌸 Happy Reading 🌸

Deritan suara pintu lemari terdengar cukup nyaring di telinganya, pupil matanya menyapu menelusuri potongan-potongan kain yang bergantungan pada hanger pakaian. Nami berpikir sejenak untuk memikirkan pakaian apa yang akan ia pakai di hari pertama masuk kuliah?

Pilihannya jatuh pada kemeja putih yang pada ujungnya bermotif kotak-kotak biru. Akan pas jika dipadukan dengan celana jeans biru muda. Gadis bermarga Lee itu kemudian mengganti pakaian rumahan nya menjadi pakaian khas anak kuliahan. Hanya butuh waktu satu jam untuk bersiap-siap, Nami sudah keluar dari kamarnya menenteng tas selempang yang berukuran sedang.

"Naeul! Ini bekalnya jangan lupa dibawa!" suara nyaring khas milik Nyonya Lee menyapa Nami yang baru saja menutup pintu kamarnya.

"Iyaa, bentar! Aku baru rapiin rambut!" jawab Naeul dari dalam kamarnya.

"Astaga, benerin rambut aja sampe satu jam," ucap Nyonya Lee sembari menggelengkan kepalanya. Wanita berusia matang itu tampak berjalan dari arah dapur, hendak melewati kamar putri sulungnya. "Kamu udah siap?" tanyanya saat menyadari putri sulungnya sudah rapi.

Nami menganggukkan kepalanya, "Ayah mana Bu?"

"Biasa, baru semedi pagi. Kamu tunggu Ayah sama Naeul di ruang tamu dulu."

Nami menurut, ia kemudian pergi ke ruang tamu menunggu ayah serta adiknya. Hari pertama kuliahnya memang diantar oleh ayahnya. Meski awalnya Nami ingin berangkat sendiri menggunakan bus-sama seperti yang ia lakukan saat SMA dulu. Tetapi Tuan Lee bersikukuh ingin mengantar putri sulungnya itu ke kampus. Alasannya, karena ia ingin terlihat seperti di drama yang entah apa judulnya.

Harap maklum, Tuan Lee memang sedikit aneh.

Sepuluh menit-atau lebih-berlalu, Nami bersama ayah dan adik perempuannya berangkat. Nami duduk di kursi depan bersama ayahnya, sementara si bungsu berada di kursi belakang. "Kamu selesai ngampus jam berapa, Nami?"

"Gatau sih, kayaknya sekitar jam setengah tiga sore." jawab Nami seadanya dengan mata yang masih memandangi jalanan luar.

"Kamu gimana Naeul? Pulang jam berapa?" Tuan Lee menatap putrinya melalui pantulan cermin.

"Jam empat, tapi nanti aku langsung ke rumah temen nanti." jawab remaja tersebut sembari memainkan ponselnya.

"Hah? Temen? Pacar kamu maksudnya?" goda Tuan Lee pada putri bungsunya. Dan jelas, Naeul langsung bersengut kesal menanggapi ayahnya. Berakhirlah dengan perdebatan yang tidak ada habisnya antara Naeul dan juga sang ayah.

Sementara si sulung memilih untuk mengeluarkan ponselnya. Sekedar mengisi kekosongan waktu daripada dia harus mendengar keributan ayah dan adiknya itu. Kebetulan, saat itu ia mendapatkan pesan dari teman yang dulu ia jumpai di fancafe, Jaerin namanya.

Gadis itu mengatakan jika kemarin ia sudah memberikan surat Nami pada Ni-ki. Dan idolanya itu kemudian menitipkan salam kepadanya untuk Nami.

Ngomong-ngomong, minggu lalu memang diadakan fansign kedua dari grup mantan kekasih Nami itu. Namun sayang, kuota saat itu sudah penuh dan Nami tidak bisa mengikuti. Syukur Jaerin mendapatkan kesempatan itu, jadilah Nami menitipkan surat untuk Riki padanya.

Percakapan itu kemudian diakhiri dengan Nami yang pamit undur diri dari chatroom. Dia memasukkan ponselnya kedalam tas selempangnya lagi-dan perdebatan antara Naeul dan Tuan Lee masih berlangsung.

Cruel Summer [Nishimura Riki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang