Chapter 8 : The Plans

79 11 55
                                    

! WARN !

15+

Terdapat kata kasar, adegan kekerasan, dan kurang pantas. Bagi pembaca diharapkan bijak dalam membaca!




🌸 Happy Reading 🌸


"Kamu bawa apaan?" tanya Tuan Lee saat melihat sebuah kotak kardus berukuran sedang yang entah apa isinya itu. Kotak itu dipeluk putri sulungnya ketika ia hendak pamit ke rumah temannya.

"Titipan temen," jawab gadis itu singkat. Ia kemudian berlalu dan memakai sepatunya.

"Loh, emang kamu ga kuliah? Ini udah jam berapa?" ucap Tuan Lee yang mengikuti putrinya. Pria berusia matang tersebut melihat jam di pergelangan tangannya.

"Kelas mulainya jam sembilan, masih ada waktu kok sekalian berangkat." jawab gadis itu yang sekarang berdiri dan mengambil kotak yang ia letakkan di lantai. "Aku berangkat dulu, Yah." pamitnya. Lalu pergi ke halte bus setelah ayahnya menganggukkan kepala.

Syukurlah bus datang bertepatan dengan sampainya ia di halte. Segera ia naik dan duduk di kursi tunggal yang masih kosong. Gadis itu melihat ke arah kotak berwarna cokelat muda yang ia pangku. Di kepalanya ia menerka-nerka rencana yang telah ia rancang dari beberapa hari yang lalu. Seketika perutnya terasa bergejolak. Entah mengapa rasa gugup langsung menyelimuti dirinya saat itu juga.

Gadis itu menghembuskan nafasnya perlahan, dia mengangguk pelan dan memantapkan niatnya.

Bus kemudian berhenti di pemberhentian yang tak begitu jauh dari tempat tujuannya. Nami segera turun bersama beberapa penumpang di sana. Gadis itu melihat ke arah sekitar halte itu. Hampir tidak ada yang berubah, mungkin hanya ada beberapa dahan pohon yang di potong dan beberapa poster yang di tempel di dinding bagian belakang halte.

Tepatnya, halte yang terletak tak begitu jauh dari sekolahnya dulu. Tempat ini juga menjadi salah satu saksi bisu dari kisah percintaan nya dengan Riki dulu. Meski saat berada di sini mereka harus berpura-pura tidak dekat, karena keinginan Nami yang tidak ingin memublikasikan hubungannya.

Gadis itu menggeleng pelan, mengenyahkan kenangan manis itu. Saat ini bukan saatnya untuk bernostalgia, Nami harus bergegas sebelum terlambat. Pikirnya.

Dengan terburu, gadis itu pergi ke sebuah gedung yang cukup besar di sana. Tempat dimana ia menuntaskan pendidikannya yang ke dua belas tahun. Gadis itu tak berniat untuk masuk dan bertemu beberapa guru, ia hanya berdiri di depan gerbang dan menyapa satpam sekolah yang biasa ia sapa saat masih sekolah dulu.

Lee Nami mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, ia segera menghubungi orang yang hendak ia temui di sekolahnya ini. Dan setelah mendapatkan respon—bahwa orang tersebut segera menemuinya di gerbang. Tak butuh waktu lama, seorang gadis datang kepada Nami. Gadis itu tersenyum dan melambaikan tangannya dengan ramah.

"Halo, Kak Nami!" sapanya.

Nami tersenyum pada gadis yang lebih muda darinya itu. "Hai, Yeji. Makasih ya udah mau dateng ke sini." ucapnya.

Park Yeji, adik dari Park Sunghoon yang ia kenal melalui Riki. Park bersaudara itu memang berteman dengan Riki, dan Nami mengenal mereka. Meski mereka tidak begitu dekat.

"Iya, gapapa. Btw ada apaan ya, Kak?" tanya gadis itu.

Nami kemudian menyerahkan kotak yang ia bawa pada Yeji. "Aku minta tolong ini ke kamu. Tolong kasih ini ke Riki lewat kakak kamu ya? Bilang kalo aku titip salam buat Riki." ucap gadis itu.

Cruel Summer [Nishimura Riki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang