LIBERASI DUNIA BARU [.Re]

294 28 5
                                    

LIBERASI DUNIA BARU [.Re]

"Katakan pada dunia: aku ada!" -Adramalech Ingelram

Aku menatap lembar halaman terakhir buku berjudul "Liberasi Eksplorasi". Buku ini berisi kumpulan penjelajahan dunia yang warnanya sudah menguning digerogoti waktu. Aku menghela napas. Ini buku karanganku...

"Sayang, kau masih membaca buku itu?"

Aku menoleh, tak kusangka istriku terjaga. Mata hijaunya menatapku lurus. Ah, ia hendak mencari tahu kebenaran di hatiku.

"Kau sudah tahu," jawabku.

Istriku menundukkan wajah moleknya. Rambut merahnya melingkar di udara, berputar satu-dua kali sebelum mematikan lampu kamar.

"Kita sudah membicarakan hal ini... jadi kumohon... tidurlah," ucapnya parau.

Aku dapat merasakan lingkar tangannya di punggungku. Merayap perlahan sampai ke dada. Perlahan pula kurasakan rambutnya menggelung kedua tanganku. Bibirnya mengecup leherku. Ah, ini memang hal yang biasa dilakukan wanitaKaum Rycorrow saat mereka butuh diperhatikan.

"Jangan lagi membaca itu..." Wanita itu terisak. "Bukankah kau sudah mengatakan..." Ia terdiam sejenak, mungkin menungguku mengatakan, "Aku telah berlabuh selamanya di sini..."

Ah, Imina Uriyael, istriku. Bagaimana mungkin aku meninggalkannya di sini? Kerapuhannyalah yang membuatku jatuh hati. Gadis Kaum Rycorrow begitu pasif, begitu lemah dan tak berdaya. Mereka terbiasa dipingit dan hidup bergantung pada kaum pria. Mereka kusebut serapuh porselen kaca dengan kaki yang begitu kecil dan lemah -walau diberkahi dengan rambut yang indah lagi kuat.

"Tapi-"Imina menggigit leherku -tetap lembut. Lagi-lagi ia membaca emosiku. Ah, kemampuan gadis-gadis inilah yang membuat para pria takluk. Mereka mampu membaca hati -bukan dalam bentuk literal. Mereka mengerti gundah gulana jauh lebih cepat dari kaumku, Kaum Manusia.

"Apa kau tak tertarik?" tanyaku padanya.

Gelap. Aku tak tahu apa yang menjadi ekspresinya. Apalagi ia tak bersuara. Lilitan rambutnyapun sama tak bergeming. Apa yang ia pikirkan?

"Aku..." Ia terdiam lagi. "Aku tak tahu... tapi kita sudah berjanji, bukan... kau sudah berjanji!"

Sumpah sehidup semati. Hanya sebulan bertemu dengannya dan aku sudah berikrar kalimat yang ditakuti lajang-lajang manusia.

Wajah Imina tampak memelas. "Kau berkata... kau berkata bahwa petualanganmu telah berakhir, begitupun petualangan cintamu. Kau mengajakku berikrar di Taman Suci Alvoella."

"Tapi tidakkah kau tertarik untuk melihat dunia baru?" tanyaku.

"Katamu waktu itu... aku adalah dunia baru bagimu."

Sekarang ganti aku yang terdiam. Itu memang benar. Aku mengatakannya sebagai kalimat pendekatan terbodoh yang pernah kugunakan. Masih lebih baik "Wajahmu mengalihkan duniaku" walau memplagiat sebuah iklan kuno. Tapi itulah, cinta membuat orang jadi lebih bodoh. Dan aku tahu, itu bukan ilusi sesaat seperti nafsu membara.

Ujarku, "Kalau kubilang aku hanya menggodamu, apa kau akan percaya?"

Imina balas menggigit kupingku dan mempererat pelukannya.

"Jahat," ucapnya lirih. "Tidurlah... kumohon."

Istrikumembuaiku dengan lantunan lagu khasDesa Pulau Letemin, tempat tinggalku ini. Lagu perdamaian yang bertempo lambat. Aku pun merebahkan diriku, balas memeluk dan mencumbu wanita kesayanganku sebelum bermimpi, bermain di alam lain.

EVERNA SAGA arung.semestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang