PENYIHIR MIMPI Wiendi Lauwinder
"Kau sudah dengar berita itu?" tanya seorang wanita tua berkerudung hijau pada temannya yang berdiri di sebelahnya.
"Ya, Raja mulai kehilangan akal sehat," sahut temannya kesal. "Bagaimana mungkin Permaisuri yang begitu baik bisa berkhianat?!"
"Sst, jaga mulut kalian kalau tak ingin disekap," desis pria berjubah merah yang segera berlalu dalam keramaian.
"Ini tak masuk akal. Pasti ada sesuatu yang salah," ujar wanita tua itu.
==oOo==
Beberapa hari berlalu, setiap warga Ludl, Ibukota Kerajaan Merida yang menuntut agar Permaisuri Raja segera dibebaskan dari hukumannya ikut ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah. Tak mau terlibat, para warga mulai menghentikan aksi mereka dan menganggap tak ada sesuatu yang terjadi demi melindungi keluarga mereka sendiri.
"Baginda ...." panggil salah satu Menterinya dengan ragu.
Raja menatap Menteri itu dengan sinis. Tanpa perlu berkata-kata, sang Menteri segera menundukkan kepalanya dan berjalan mundur, mengurungkan niatnya untuk berkomentar.
"Siapa pun yang berani menentangku tak akan kubiarkan berkeliaran dengan bebas di luar sana. Tak terkecuali kalian yang kini berada di ruangan ini!" kata Raja Xalverin, menunjuk ke semua Menterinya seolah dia mampu membaca pikiran para cendekiawan itu.
Semuanya segera bersujud dan serempak berseru, "Ampuni kami, Yang Mulia!"
==oOo==
"Rissa, kau harus percaya dengan perkataan Ibu," kata Permaisuri Trethis di balik sel yang lebih mewah dari sel lainnya. Rambut pirang panjang wanita itu acak-acakan, raut wajah cantiknya mulai kusam karena tekanan batin yang menimpanya begitu tiba-tiba.
"Ya, Ayahanda tampak aneh belakangan ini. Seperti sedang dikendalikan oleh seseorang," jawab Putri Rissa sambil menggenggam tangan Ibunya.
Ratu Trethis mengangguk pelan. "Belakangan ini Ayahmu sering mengigau, awalnya kupikir dia hanya mimpi buruk. Namun, pada saat dia bangun dia tak sadar dengan apa yang sedang dialaminya. Lalu, perlahan sikapnya mulai berubah."
"Mimpi?!" Rissa menggenggam terali besi yang mengurung Ibunya, sepertinya dia tahu sesuatu. "Ibu, aku akan segera kembali."
Rissa berlari memasuki perpustakaan kerajaan yang terletak tak jauh dari ruang singgasana Raja Xalverin. Dia memindai buku pengetahuan mengenai sihir manipulasi. Setelah berhasil menemukan beberapa buku, dia membawanya ke kamar dan mempelajarinya dengan seksama.
Seharian Rissa mengurung diri di dalam kamar. Tak ada seorang pun yang boleh masuk tanpa ijin darinya. Tak terasa hampir semua buku yang dipinjam dari perpustakaan sudah hampir selesai dibacanya. Namun, tak ada satu pun buku yang membahas tentang manipulasi melalui mimpi.
"Aneh, apakah ini adalah ilmu sihir baru?" Rissa bertanya pada dirinya sendiri. "Atau mungkin cara manipulasinya bukan melalui mimpi? Lantas, melalui apa? Dan siapa yang berani berbuat demikian pada pemimpin Kerajaan Merida ini?"
Rissa menutup buku pengetahuan mengenai sihir, memejamkan matanya untuk menenangkan pikirannya. "Pasti ada sesuatu yang terlewatkan."
Rissa menjentikkan jarinya. "Alam bawah sadar! Ya, pelakunya pasti memanfaatkan itu."
Rissa membuka kembali buku yang bertebaran di atas ranjangnya dan membacanya dengan seksama. "Ah, ini dia sesuatu yang kulewatkan."
Alam bawah sadar adalah material yang digunakan oleh penyihir manipulasi pikiran atau disebut juga penyihir mimpi untuk mencuci otak korbannya ketika mereka tertidur. Tingkat keberhasilan ditentukan dari kemampuan penyihir mimpi, semakin tinggi ilmunya maka semakin cepat korban termanipulasi. Namun, tidak menutup kemungkinan kegagalan sihir itu dipengaruhi juga oleh kesadaran alam bawah sadar korbannya yang kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERNA SAGA arung.semesta
FantastikDi semesta jagad teramat luas ini, terhampar keindahan dan prahara yang banyaknya bagai air dalam lautan Tak terhitung pula letupan-letupan kehidupan yang saling bergesekan, hingga berledakan Para pahlawan mulai bangkit dari cangkangnya Teruji dala...