NELANGSA PERI AIR Kayzerotaku
Musim Gugur
Negeri Merida
Tahun 3907 A.V.
Namaku Jozef, seorang calon pengusir arwah. Cerita ini dimulai ketika aku tengah mengikuti guruku untuk menuju sebuah kampung yang cukup jauh dari Ludl.
Sejak kejadian tragis yang menimpaku, aku memutuskan untuk berguru padanya.Alasan aku berguru padanya adalah untuk mempersiapkan diriku jika aku bertemu mantan 'sahabat' baikku, Kralizec kembali.
Orang-orang memanggilnya pemburu vampir. Namun aku cukup memanggilnya "Guru".
"Berapa lama lagi kita akan tiba di desa itu?" omelku. "Aku sudah lelah, Guru. Koper Guru berat sekali!" Pria tua itu berbalik. Ia mengenakan kacamata bundar yang berwarna hitam dan jas hitam yang kusam. Janggutnya yang berwarna abu-abu menjuntai hingga ke perut.
"Tidak lama lagi." ujarnya berdehem. "Anak muda sekarang ini kerjanya hanya mengomel."
Telingaku merah mendengar ucapannya. Orang tua ini memang berlidah tajam, terkadang ia berkata terus terang tanpa memperhatikan keadaan di sekitarnya.
Kemudian ia berkata. "Desa itu sudah tak jauh lagi. Begitu kita tiba di sana, kau bisa beristirahat dan makan sepuasmu!" Setelah itu, ia langsung berjalan meninggalkanku. Seraya mengeryitkan alis, aku terpaksa mengikutinya sambil membawa koper hitamnya. Kami terus berjalan. Udara musim gugur yang dingin menusuk tulang-tulangku.
-#-
Begitu kami tiba di sana, matahari mulai terbenam di Barat. Desa itu berada di tepi danau Ovalna. Walau gelap, aku masih bisa melihat reruntuhan rumah besar di seberang danau. Jalanan di sekitar kami nampak lengang, tak seorangpun terlihat. Guru segera menuju sebuah kapel kecil. Di luar, seorang Romo tengah membersihkan halaman. Ia menengadah ke arah Pak Tua dan bertanya.
"Apakah Anda pemburu vampir?" Guruku menganggukan kepala seraya menanggalkan topi hitamnya. Ia membalas.
"Ya, aku orangnya dan ini muridku. Apakah Anda Romo Kolchak?" Aku segera memperhatikan bahwa wajah Romo itu mulai berseri. Ia segera menyambut kami.
"Aku Romo Kolchak! Selamat datang di kampung kami yang sederhana ini!" Tanpa membuang waktu, ia segera mengajak kami ke kamarnya. Seperti layaknya para Romo, kamarnya hanya berisi sebuah ranjang, meja makan, dua kursi kayu dan meja kecil dimana sebuah kitab kecil tergeletak. Ia mempersilahkan kami untuk duduk di kursi, sementara ia keluar untuk menyediakan makanan bagi kami. Makanan yang dihidangkan hanya roti dan semangkuk sup. Kami mulai menyantap hidangan kami setelah melayangkan doa. Saat itulah guruku bertanya.
"Maaf, mengapa Romo mengundang kami ke kampung ini? Apakah ada kejadian yang tidak biasa?" Kolchak terdiam sesaat, sebelum menjawab.
"Beberapa bulan terakhir, penduduk memperhatikan bahwa ikan hasil tangkapan mereka berkurang, padahal tahun lalu cukup berlimpah. Seperti ada yang mengusir mereka. Lima hari lalu, dua orang anak menghilang. Penduduk sudah melaporkan hal ini pada pemerintah setempat tetapi tidak ada hasil." Kami mendengarkan cerita itu dengan perhatian.
"Tak lama lagi, tugasku di desa ini berakhir dan Romo baru akan menggantikanku. Aku berjanji kepada para penduduk kampung untuk tidak membiarkan hal ini berlarut-larut." Ia menatap kami. "Aku tahu hal ini dilarang oleh gereja, tetapi aku tidak bisa berpikir hal lain. Justru itu aku mengundang kalian untuk mencari tahu penyebab hal ini."
Guruku mengangguk sebelum berkata. "Kami akan membantu, tetapi bantuan kami tidak murah. Ada harga yang harus dibayar..."
Kolchak segera memohon. "Kami akan membayar Anda, Pak! Penduduk desa hampir kehilangan mata pencaharian mereka! Aku tak tahan melihat orang-orang menderita! Ketika aku memberitahukan rencanaku pada mereka, mereka bersedia memberikan apa saja asalkan mereka mengetahui apa yang terjadi." Ia segera mengambil sebuah tas yang berisi berbagai macam perhiasan dan uang logam, dan meletakkannya di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERNA SAGA arung.semesta
FantastikDi semesta jagad teramat luas ini, terhampar keindahan dan prahara yang banyaknya bagai air dalam lautan Tak terhitung pula letupan-letupan kehidupan yang saling bergesekan, hingga berledakan Para pahlawan mulai bangkit dari cangkangnya Teruji dala...