07 - Kaya Bukan Antagonis

718 137 45
                                    

50 vote, 50 komen
Tembus, langsung boom update
Yok bisa yuk, sider tahu diri
Hargai karya orang

Jangan lupa follow ya, 280, sabi ni

Happy Reading

"Lepasin, ck! Kita dilihatin ini!!"

"Bodoamat!

Lea meronta-ronta. Berupaya melepaskan tarikan Rafael pada kerah bajunya. Pasalnya mereka menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sekitar.

Menatap heran tanpa tahu apa yang dibahas oleh Lea dan Rafael. Lagi pula, siapa yang nggak gumon? Melihat seekor kucing yang menyeret seekor anjing.

Apalagi di mata mereka, terlihat seperti induk kucing yang menyeret anaknya. Padahal Lea dan Rafael adalah spesies yang berbeda. Mana ukuran tubuh anjing itu lebih besar dari si kucing.

Lamun Rafael tetap kuat menyeretnya hingga ke sebuah gang buntu. Terlepas dari pandangan semua orang yang terheran melihat mereka.

Setelah itu ia melepaskan cengkramannya dari kerah belakang gadis itu dan mendorong si anjing hingga tersungkur ke lantai. Lea yang diperlakukan seperti itu jelas tak terima. Dia pun buru-buru bangkit dari tanah.

Lantas berbalik, menatap sengit Rafael yang menurunkan pandangannya dari atas ke bawah. Terlihat seperti orang yang tengah menilai sesuatu.

"Apa lo lihat-lihat?! Gue tahu gue cantik. Tapi, biasa aja melihatnya."

Lea menghimbau dengan pedenya. Tanpa mempedulikan Rafael yang menatapnya jijik.

"Bego! Lo nggak hamil, kan?"

"Siapa bilang gue hamil?!"

"Lah tadi..?!"

"Canda doang babyck, baperan lo!"

Rafael menggertak lantas mencengkram erat kerah Lea di hadapannya. Mendekat wajah gadis anjing itu yang menatapnya songong.

"Lo anjing ya!"

"Lah.. gue memang anjing kok!!"

Lea mengakui dirinya yang sekarang. Lalu menatap santai Rafael yang mengeraskan rahangnya. Pemuda kucing itu benar-benar marah sekarang. Dengan alis yang menukik tajam, disertai bunyi dua deretan gigi yang beradu.

Terlihat seram, sih. Tapi, tidak bagi gadis anjing yang menatapnya gemas. Sepertinya otak Lea tereset pabrik. Makanya dia jadi nggak bisa membedakan mimik wajah yang perlu ditakuti dan digemesin.

"Iiih.. lo lucu!!" pekik Lea sambil mencubit pipi gembil pemuda itu.

"Aww.." Rafael mengaduh lantas menepis tangan Lea yang mencubit pipi chubby nya.

Lalu memandang sangsi, gerun pada gadis yang terkikik gemas di depannya. Dia benar-benar nggak habis pikir. Kenapa ada anjing yang menganggapnya lucu saat marah.

Biasanya anjing bakalan langsung kabur setelah dia gertak. Lamun Lea justru menyebutnya lucu dengan wajah cantiknya.

"Pipi lo merah!"

Rafael menunduk. Menyembunyikan panas di wajahnya yang diikuti rona merah di pipi. Ini memalukan.

Dia merona hanya karena sanjungan dan air muka gadis itu. 'Sadarlah, Lea anjing.. bukan kucing..' batinnya ketika jantung berdegup kencang.

Ia tidak boleh sampai jatuh cinta. Apalagi jatuh hati pada pandangan pertama. Itu nggak boleh, melawan kodrat.

Masa dia kawin sama anjing yang jelas-jelas jenis, spesies, dan rasnya beda. Mau ditaruh mana mukanya nanti kalau ditanya.

Kucing Antagonis {Fem!Dom}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang