3.

141 32 0
                                    

Keesokan harinya, Haruto berangkat ke sekolah seperti hari sebelumnya. Ayahnya sudah lebih dulu berangkat karena ada rapat pagi hari ini. Haruto berjalan keluar dari rumah diikuti dengan Lisa di belakangnya untuk mengantar sang putra. Haruto memeluk bundanya sebentar sebelum melangkah menuju mobilnya.

"Haru berangkat dulu, Bun," ucap Haruto.

Lisa mengangguk pelan sembari tersenyum. "Hati-hati, ya, Nak. Jangan bawa pulang hantu lagi, ya."

"Iya, Bunda."

Haruto masuk ke mobil dan mulai memundurkan mobilnya keluar dari area rumahnya. Haruto mengendarai mobilnya dengan santai menuju ke sekolah. Membutuhkan waktu sekitar lima belas menit bagi Haruto untuk sampai di sekolah.

Begitu sampai di tempat parkir, Haruto sudah dibuat menghela napas lelah ketika melihat sosok Jeongwoo sudah berdiri di pintu masuk barat dengan senyumannya. Seolah sedang menyambut kedatangan Haruto. Remaja manis yang disambut Jeongwoo itu melepas seat belt-nya dengan malas.

"Kenapa lagi hantu itu? Aish, aku hanya ingin belajar dengan tenang di sini. Kenapa sosok itu terus mengikutiku?" gumam Haruto kesal ketika melihat Jeongwoo yang masih berada di tempatnya.

Haruto menghela napas kesekian kalinya sebelum keluar dari mobil dan berjalan masuk ke sekolah melewati Jeongwoo begitu saja. Masih berusaha tidak menghiraukan keberadaan Jeongwoo yang saat ini mengikuti dirinya.

"Haru, kenapa kau kembali mengabaikanku? Bukankah kemarin kau sudah mau berbicara denganku?"

"Haru, apa aku ada salah denganmu? Kenapa kau kembali berpura-pura tidak melihatku? Kemarin jelas-jelas kau menoleh saat aku memanggilmu?"

"Bisakah hantu ini diam? Kenapa dia sangat cerewet untuk seorang hantu?" batin Haruto kesal ketika mendengar pertanyaan beruntun dari sosok di sampingnya ini.

"Manis, apa kau tidak mau berteman denganku?" 

Langkah Haruto terhenti ketika mendengar kalimat yang dilontarkan sosok itu. Dengan perasaan kesal, Haruto berbalik dan menatap Jeongwoo yang berhenti beberapa langkah di belakangnya sedang menunduk sedih. Merasa tengah ditatap, Jeongwoo mendongakkan kepalanya dan tersenyum simpul ketika Haruto berdiri di depan sana.

Dengan perasaan senang, Jeongwoo mendekat ke arah Haruto dan berhenti di depan remaja manis itu. Tatapannya pun jatuh tepat di kedua mata Haruto membuat manusia di hadapannya ini tertegun.

"Oh, sepertinya kau suka dipanggil 'Manis', ya?" ucap Jeongwoo yang langsung dibalas dengan tatapan kesal Haruto.

"Kau kesal, tapi kau baru berhenti ketika aku memanggilmu 'Manis'."

"Berhenti memanggilku seperti itu atau aku tidak mau berteman denganmu," ancam Haruto dengan nada pelan. 

"Tidak bisa, aku akan terus memanggilmu 'Manis' dan kau juga akan menjadi temanku." 

Belum sempat Haruto melayangkan protesnya, sosok Jeongwoo sudah menghilang begitu saja membuat Haruto harus menahan kesal dalam dirinya. Haruto memejamkan kedua matanya menahan agar amarahnya tidak pecah begitu saja sebelum akhirnya menghembuskan napasnya pelan. Berusaha meredam emosinya.

"Haru, tenang. Dia hanya hantu, kau tidak perlu khawatir. Dia hanya hantu, Haru. Iya, hanya hantu."










ephemeral || jeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang