09. Ugly & Big (3)

78 14 10
                                    

Aku melihat makhluk kecil kuning kejinggaan. Bentuknya aneh, ada gergaji di antara kedua matanya. Iblis? Tetapi gonggongannya seperti anjing. Wajahnya juga menggemaskan. Di sana aku melihat hewan itu mengitari anak kecil yang jika kuperhatikan sangat mirip Denji. Anak itu memeluk hewan yang mengitarinya, ia memanggilnya Pochita. Kemudian, anak kecil dan anjing itu menatapku. Anak kecil itu menunjukku, bibirnya berucap. Pochita pun tersenyum. Lalu, mereka berdua meledak.

"Tidak!" pekikku, spontan mengangkat kedua tangan. Jantungku berpacu cepat dan keringat membasahi pelipis. Aku mengaduh, ada tubuh yang terus menempel dan menibanku. Rasanya berat sekali, tetapi juga nyaman. Ketika aku menjatuhkan salah satu tangan, aku tak sengaja memegang tali yang kemarin aku lihat ada di dada Denji. Saat itu juga Denji terbangun, kemudian menguap. "De--Denji-kun, kenapa Kau ada di kasurku?"

Hei, pertanyaan bodoh apa itu? Jelas sekali kemarin dia sakit dan menumpang di kasurku. Seharusnya aku yang bertanya pada diri sendiri, bagaimana bisa aku ketiduran dan tidur sekasur dengan murid sendiri. Ya, aku sempat tidur bersebelahan dengan Denji karena punggungku tiba-tiba sakit. Niatnya, setelah punggungku terasa lebih baik aku akan pergi dan tidur di ruang tamu. Namun kenyataannya, aku justru ketiduran.

"Denji-kun, aku ingin menyiapkan sarapan lalu siap-siap kerja. Kau sudah sehatan, 'kan?" tanyaku lagi, Denji mengangguk tetapi enggan melepas pelukannya. Ia justru memelukku semakin erat.

"[Y/n]-san, libur dulu hari ini," pinta Denji.

"Mana mungkin. Aku harus jadi orang kaya, oleh sebab itu aku harus bekerja dengan giat." [Y/n] memberontak. Denji yang mengalami penolakan keras itu mengerucutkan bibir, ia melepas pelukannya kemudian memunggungiku.

"[Y/n]-san membenciku?"

Aku tak menjawab dan memilih mandi. Setelah mandi dan rapi, saatnya aku menyiapkan sarapan seadanya. Hanya empat roti bakar berisi daging, sayuran, saus, dan mayones. Lalu dua sisanya roti bakar berisi selai, sebagai cadangan kalau Denji tak suka roti isi daging. Setelah menyiapkan makanan, aku menyiapkan secangkir kopi dan segelas susu. Kemudian aku memanggil Denji, duduk di meja makan, dan menunggu anak itu datang.

Denji datang dengan muka bantal. Ia menjabal ponselnya yang berada di meja. Ia sempat diam dan berdiri, sambil menggulir layar ponselnya. Usai memeriksa ponsel, ia menggaruk-garuk punggung, kemudian duduk. "Sebaiknya [Y/n]-san tidak usah kerja dulu."

Lagi-lagi Denji membujukku untuk tidak kerja.

"Kenapa?"

Denji menunjukkan layar ponselnya kepadaku. Di sana terdapat pesan yang mengatakan bahwa pembasmi iblis telah mendeteksi adanya iblis yang akan muncul. Lokasinya sangat dekat dengan tempatku bekerja. Aku ingin membantah permintaannya, tetapi sepertinya Denji akan lebih keras kepala daripada aku.

"Apa iblisnya berbahaya?" tanyaku.

Denji tersenyum lebar. "Berbahaya bagi [Y/n]-san, kalau bagiku tidak."

"Aku tidak pernah berhadapan langsung dengan iblis. Jadi aku tidak tahu seberapa berbahayanya mereka," jawabku sambil memakan roti isi daging.

Denji juga mengambil roti isi daging. "Kalau bisa [Y/n]-san jangan pernah berhubungan dengan mereka. Aku tak ingin orang yang kusayang mati lagi. Jangan ke mana-mana ketika aku pergi. Aku akan memberitahu [Y/n]-san kalau suasananya sudah tenang. Jadi tunggu info dariku."

Aku mengangguk, walaupun masih tidak percaya.

"Oh, yang semalam. [Y/n]-san sangat wangi," puji Denji tersenyum. "Kapan-kapan ayo kita tidur bersama lagi."

Pipiku seketika memerah. Dalam hati perasaan senang bergejolak hebat, tetapi otakku mengatakan kalau aku tidak boleh terlalu berharap pada Denji. Alhasil, aku tidak menjawab.

Bertajuk Rasa [ Anime x Reader ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang