5. Gosip

63 6 1
                                    

"Kayaknya aku harus tobat beneran ini!" gerutu Anggun seraya melangkah menuju ruang BK dengan malas. Membayangkan wajah masam guru BK yang sudah menunggu kedatangannya di sana.

"Assalamu'alaikum!" ucap Anggun seraya mengetuk pintu bercat hitam di hadapannya.

"Anggun lagi?" Tiba-tiba suara laki-laki dari arah belakang mengejutkan Anggun.

Gadis itu segera berbalik badan lalu menggeser tubuhnya menyamping demi memberikan jalan untuk orang yang saat ini berdiri seraya tersenyum di hadapannya.

"Hehehe Pak Ridwan," kekeh Anggun memberikan jalan kepada salah satu guru BK di sekolahnya. Guru BK paling senior di SMA Tunas Bangsa yang memiliki sifat santai dan humoris. Tapi jangan ditanyakan jika sedang serius atau marah. Tetap saja menyeramkan.

Laki-laki itu lantas membuka pintu seraya memerintahkan kepada Anggun untuk ikut masuk ke dalam ruangan.

"Sepertinya Pak Arjuna masih di luar. Kamu tunggu di meja beliau saja," ucap Ridwan sembari menunjuk ke arah meja Arjuna.

"Baik Pak. Terima kasih," jawab Anggun kemudian melangkah menuju meja Arjuna. Ia tarik kursi lalu duduk di sana sembari menenangkan debaran jantungnya. Anggun tak mampu lagi menebak hukuman apa lagi yang akan didapatkannya sebentar lagi.

Tak lama suara dua orang sedang berbincang-bincang memasuki ruang BK. Orang itu adalah Arjuna dan Putri, guru-guru BK di sekolah ini. Putri tersenyum menatap Anggun lalu berjalan menuju mejanya. Kehadiran Anggun di ruang BK sudah menjadi hal biasa bagi mereka semua. Justru jika seminggu saja siswi itu tidak datang maka akan menjadi hal yang aneh.

"Isi jurnal dulu!" titah Arjuna seraya menyerahkan buku yang berisi daftar siswa yang ditanganinya.

Anggun segera membubuhkan tanda tangan di sana seraya menuliskan pelanggaran yang telah dilakukannya hari ini. Setelah Anggun mengisi jurnal tersebut Arjuna lantas mengambilnya, menuliskan deretan kalimat yang tentu saja tidak diketahui oleh Anggun.

"Sekarang masuk ke kelas kamu!" perintah Arjuna yang seketika membuat Anggun yang sudah menunggu hukuman dengan gelisah tercengang. Mimpi apa dirinya semalam sampai-sampai guru BK yang dikenal kejam itu melepaskan dirinya begitu saja tanpa hukuman.

"Eh serius ni orang nggak kasih hukuman? Kayaknya nggak mungkin deh. Sebentar lagi pasti bertausiah ngalor - ngidul seperti biasanya," gerutu Anggun dalam hati.

Arjuna lantas menghentikan tarian penanya di atas kertas saat menyadari jika Anggun masih bergeming di tempatnya. "Mengapa masih di sini? Sana masuk kelas!" Kembali Arjuna memberikan perintah.

Jangan ditanya bagaimana ekspresi wajah laki-laki galak di hadapan Anggun saat ini. Tugasnya memang seperti malaikat Atid, pencatat amal buruk yang selalu berada di bahu kirinya. Tapi untuk ekspresi wajahnya persis dengan malaikat Izrail, sang pencabut nyawa. Sungguh menyeramkan.

"Se serius saya bisa langsung masuk ke dalam kelas, Pak?" Anggun balik bertanya demi memastikan jika pendengarannya tidak salah. Atau bisa jadi memang otak Arjuna yang sedang bermasalah.

"Atau kamu sedang menunggu hukuman dari saya?" sahut Arjuna seraya menatap tajam ke dalam mata siswi badung di hadapannya. Seketika napas Anggun terhenti sesaat saking takutnya.

"Ti tidak Pak. Kalau gitu saya permisi Pak." Gegas Anggun beranjak sebelum Arjuna mengurungkan niat untuk meloloskan dirinya dari hukuman kali ini.

"Oya, besok-besok lagi kalo berkendara motor diperhatikan rambu-rambu lalu lintas. Jangan main terobos lampu merah saja!"

Kalimat Arjuna sontak membuat Anggun kembali tercengang. Belum juga reda debaran jantungnya sekarang malah dikejutkan lagi oleh pria itu. "Loh kok Pak Arjuna tahu?" gumam Anggun dalam hati.

Dinikahi Guru BKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang