18. Berbagi Ranjang

39 5 1
                                    

"Pak Bapak, kenapa sih Bapak mau nikahi saya?" tanya Anggun saat mereka sudah berada di dalam kamar.

Tepat satu jam yang lalu acara pernikahan Arjuna dan Anggun digelar secara sederhana dan tertutup. Hanya keluarga inti dari mereka berdua yang hadir sebagai saksi. Hal itu sengaja dilakukan karena status pengantin perempuan yang masih bersekolah. Rencananya, nanti setelah Anggun lulus sekolah barulah akan digelar pesta pernikahan yang meriah.

Arjuna yang baru saja menyelesaikan salat isya menoleh, menatap Anggun penuh makna. Ia yakin Anggun bukanlah gadis polos yang tidak memahami status baru mereka berdua sekarang. Gadis itu pasti sedang berpura-pura baik-baik saja demi menutupi kesedihan di hatinya. Baik dirinya maupun Anggun tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Semua ini mereka lakukan hanya demi berbakti kepada orang yang mereka sayangi.

"Bukankah selama ini Bapak membenci saya karena bandel di sekolah?" Anggun mencecar pertanyaan demi menyamarkan rasa gugupnya. Bagaimana tidak gugup, malam ini adalah malam pertama mereka sebagai pasangan suami istri. Status mereka sebelumnya tentu saja yang menjadi penyebab utama kecanggungan yang tercipta di antara mereka.

Arjuna beranjak, mendekati ranjang yang seketika membuat jantung Anggun menabuh genderang perang. Spontan Anggun mengambil bantal seraya menggeser tubuhnya mundur. Ranjang berukuran 140x200 m tentu saja tidak akan muat untuk mereka tempati berdua. Salah satu dari mereka harus mengalah, dan demi kenyamanan dirinya Anggun yang akan tidur di tempat lain.

"Sebaiknya saya tidur sama Nenek saja. Kasurnya terlalu sempit," ucap Anggun dengan nyengir sambil turun saat Arjuna duduk di tepi ranjang miliknya.

Senyuman tipis seketika menyemai di bibir Arjuna yang sedari tadi diam saat mendapati Anggun panik, padahal Arjuna hanya ingin bicara. Tidak lebih dari itu. Semua harus dibicarakan malam ini juga agar gadis itu paham akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri sekarang. Anggun bukan lagi gadis bebas yang bisa melakukan apapun atau pergi kemana pun sesuka hatinya. Sekarang semua yang akan dilakukan oleh gadis itu harus seizin darinya. Karena kini gadis itu adalah tanggung jawabnya.

"Kamu yakin mau tidur sama Nenek?" Arjuna menimpali yang langsung mendapatkan anggukan kepala dari Anggun dengan cepat. "Di luar ada kedua orang tua kamu dan nenek kita. Lagipula malam ini mereka semua menginap di sini," papar Arjuna lalu merebahkan tubuhnya di ranjang setelah membenarkan posisi bantal sesuai keinginannya.

"A apa?" Anggun terkejut sambil memeluk bantal. "Trus saya tidur di mana Pak?" sambung Anggun semakin panik. Kamarnya cukup sempit, tidak ada sofa yang bisa ia tempati untuk tidur seperti di kamar miliknya di rumah papanya. Hanya terdiri dari ranjang, lemari, dan meja rias saja.

"Yang benar aja aku tidur di lantai. Mana cuaca lagi dingin gini." Anggun menggerutu dalam hati. Tikar atau alas lantai tentu saja tidak mungkin disimpan oleh neneknya di kamarnya. Mengambil ke luar tidak mungkin dilakukannya karena akan menimbulkan kecurigaan dari semua orang.

"Ya di sini!" balas Arjuna seraya menepuk sisi kosong di sebelahnya. "Kasur ini masih muat untuk kita tempati berdua," sambung Arjuna tanpa melepaskan tatapan dari objek di hadapannya.

Anggun meringis. "Ah Bapak bisa aja becandanya. Mana mungkin saya tidur di situ," sahut Anggun semakin mengeratkan pelukan pada bantal yang dipegangnya. Anggun benar-benar tidak siap berbagi ranjang dengan guru BK di sekolahnya tersebut. Ngeri.

"Emangnya kenapa klo tidur di sini?" Goda Arjuna sembari memperhatikan wajah Anggun yang tampak lucu dan menggemaskan. "Kita sudah sah menjadi pasangan suami istri. Jadi wajar kalau kita tidur satu ranjang," tambah Arjuna karena merasa terhibur dengan tingkah laku Anggun. Selama ini mana pernah Arjuna melihat Anggun ketakutan seperti malam ini. Anggun yang biasa ditemuinya di sekolah selalu menampilkan ekspresi wajah berani dan tanpa dosa.

Dinikahi Guru BKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang