"Maksud kamu??" sahut Anggun dengan harapan jika pemikirannya salah. Anggun yakin, Samuel pasti sedang bercanda seperti gayanya yang berisi sindiran seperti biasa.
Samuel tersenyum sinis lantas kembali berbicara, "Aku tahu apa yang terjadi pada keluarga kita adalah takdir Tuhan. Tapi aku tidak akan pernah bisa memaafkan orang yang menjadi penyebab mamaku meninggal," papar Samuel lalu mendekati Anggun yang terdiam.
Anggun bergeming seraya memperhatikan Samuel dengan lekat. Otaknya tengah bekerja extra demi mencerna kata demi kata yang dilontarkan oleh laki-laki itu. Kembali Samuel mengulas senyuman sinis seraya menikmati setiap perubahan ekspresi wajah Anggun. Mungkinkah Samuel puas dengan melukai hati putri dari wanita yang sangat dibencinya? Tentu saja tidak. Tapi Samuel merasa terhibur jika gadis di hadapannya terluka seperti dirinya.
"Ah,,, Sepertinya aku keceplosan berbicara tentang mama kamu!" Samuel mendekati Anggun. Saking dekatnya hingga napasnya menerpa wajah Anggun yang masih membeku dengan mata berkaca-kaca. "Tapi.. Kamu sudah cukup dewasa untuk mengetahui kebenaran jika mama kamu adalah wanita jalang!"
Plak... Tamparan keras mendarat di pipi Samuel.
"Jangan menghina mamaku! Mamaku wanita baik-baik!" bentak Anggun dengan mata memerah, satu persatu buliran kristal yang ditahannya jatuh di pipinya.
Samuel menyeringai. Mencoba mengintimidasi Anggun yang sama sekali tidak menyiratkan rasa takut. "Tentu saja baik. Karena kamu tidak tahu apa-apa," balas Samuel sembari memaku ke dalam mata gadis di hadapannya. Bagi Samuel menyakiti Anggun menjadi kesenangan tersendiri. "Dasar gadis bodoh!"
Mendengar hinaan Samuel spontan membuat Anggun kembali melayangkan tangan. Tapi kali ini Samuel menangkap tangannya. Samuel kembali tersenyum lalu sengaja melontarkan kata-kata menyakitkan. "Aku berharap kamu tidak mengikuti jejak mama kamu menjadi wanita jalang!"
"Hentikan!!!" Anggun berteriak seraya meronta demi melepaskan cengkeraman tangan Samuel di pergelangannya.
"Ok!" Tawa Samuel berderai menguasai ruangan tersebut. Memenuhi gendang telinga Anggun yang dikuasai oleh emosi.
Ingin sekali Anggun merobek mulut laki-laki yang berani menghina wanita yang telah melahirkan dirinya. Kata-kata penuh dengan bisa yang pastinya hanya sebuah bualan belaka. Mana mungkin mamanya tega berselingkuh dari papanya. Kedua orang tuanya berpisah bukan karena kehadiran orang ketiga melainkan ketidakcocokan. Mereka sering bertengkar karena kurangnya komunikasi. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing sehingga menciptakan jarak, dan pada akhirnya keluarga mereka karam karena keegoisan.
Ting... Tong... Suara bel memaksa Samuel menghentikan ocehannya. Lagipula ia sudah cukup puas melihat Anggun marah karena semua ucapannya.
"Sebaiknya kita sarapan dulu adik tiriku tersayang!" ucap Samuel lalu pergi sambil tertawa.
***
Di alun-alun kota kini Anggun kembali terdampar. Meskipun merasa sedih tapi cacing di perutnya tak mau mengerti dan memahaminya. Mereka tetap saja berdemo secara brutal meminta jatahnya, sehingga membuat Anggun terpaksa menghentikan motornya di depan sebuah rumah makan sederhana langganan bersama kedua sahabatnya.
Tak peduli dengan penampilannya yang sedikit berantakan Anggun masuk ke dalam rumah makan tersebut lalu bergegas memesan 2 porsi makanan dengan dua menu berbeda sekaligus. Tadi saat kurir datang mengantarkan makanan pesanan Samuel ia langsung pergi dari rumah tersebut. Bersama Samuel dalam waktu yang lama bisa membuatnya semakin stress. Apalagi ditambah cerita karangan yang dibuat oleh laki-laki itu, bisa-bisa Anggun dibuat gila seketika. Ya walaupun saat ini pun ia merasa sudah setengah gila.
Setelah pesanan makanannya datang Anggun segera menyantapnya. Hanya dalam hitungan 10 menit saja satu piring makanan pindah ke dalam lambungnya dengan lancar. Berikutnya satu gelas teh hangat pun habis tak bersisa. Kini giliran menu kedua, Anggun meraih mangkuk berisi soto daging yang masih tampak mengepul. Namun kali ini tak lagi bersemangat seperti tadi, baru pada suapan ketiga, kedua mata Anggun kembali berkaca-kaca. Tadinya ia ingin tidak mempercayai semua ucapan Samuel tentang mamanya, tapi nyatanya Anggun tidak mampu melakukannya. Semua kata-kata pedas yang diucapkan oleh saudara tirinya begitu sangat menyakitkan. Bahkan semua kata-kata itu terekam kuat dalam ingatannya. Menggaung terus-menerus dalam benaknya meskipun sudah sekuat tenaga ingin menghapusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Guru BK
Любовные романыBlurb "Pak Bapak jangan galak-galak kenapa? nanti gantengnya luntur loh!" ucap Anggun dengan santainya kepada guru BK di hadapannya tersebut. "Nggak papa luntur wong saya udah punya calon istri kok," balas Arjuna dengan tatapan tak terbaca. "Hahah...