"Hah... Serius kamu ditraktir Pak Arjuna?" Wulan dan Jessica serempak menyahut saat Anggun menceritakan pertemuan dirinya dan Arjuna di rumah makan kemarin.
Anggun menganggukkan kepala seraya mengaduk es teh di hadapannya.
"Pak Arjuna pasti merhatiin kamu pas mewek di sana," sahut Jessica seraya membayangkan betapa malunya Anggun kemarin.
Kembali Anggun menganggukkan kepala sebagai jawaban. Tadi pagi saat Anggun baru saja sampai sekolah kedua sahabatnya langsung menginterogasi. Anggun pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya sepulang dari klub malam.
"Trus pas Pak Arjuna nganterin kamu pulang kalian ngobrolin apa?" tanya Wulan dengan tampang innocent.
"Ih kamu ini gimana sih! Anggun kan udah bilang klo Pak Arjuna hanya mengikutinya sampai depan rumah nenek Anggun trus langsung pergi, mana sempat Anggun ngobrol!" sahut Jessica dengan kesal. Sahabatnya satu itu memang berbeda, mereka harus menjelaskan dengan sejelas-jelasnya agar bisa dimengerti oleh gadis itu.
Melihat wajah murung sahabatnya Jessica langsung menginjak kaki Wulan agar mengunci mulutnya. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk mereka bercanda.
"Aduh!" Wulan memekik saat merasakan ujung kakinya sakit seraya menatap Jessica tajam.
Jessica mengacuhkan protes dari Wulan dan mencoba menghibur Anggun. "Udah nggak usah dipikirkan ucapan saudara tiri kamu itu. Lagian dia memang sejak dulu nggak suka sama kamu kan?"
"Iya sih. Tapi...," balas Anggun sembari menghela napas dalam-dalam. "Dia terlihat serius kemarin. Dan sebelumnya mana pernah dia ngajak aku bicara. Aku sapa aja dia cuek!" sambung Anggun mengingat sikap Samuel padanya selama ini. Laki-laki itu selalu acuh setiap kali mereka bertemu, bahkan seperti tidak pernah menganggap kehadirannya.
"Sebaiknya sekarang kamu fokus belajar aja, Gun. Ingat dua minggu lagi kita ujian akhir. Aku nggak mau kamu sakit atau kenapa-kenapa. Lagipula nenek kamu sudah tahu kebenarannya jika kemarin malam kamu nggak mabuk." Ucapan Jessica dibenarkan oleh Anggun. Baginya yang terpenting saat ini adalah neneknya percaya dengan dirinya. Lalu untuk apa ia berlarut-larut dalam kesedihan hanya karena perilaku papanya dan ucapan Samuel tentang mamanya.
Obrolan mereka harus diakhiri karena bel masuk sudah berbunyi. Mereka harus segera beranjak dari kantin dan kembali ke kelas.
"Kali ini aku yang bayar!" ucap Wulan seraya mencegah Anggun yang hendak membayar makanan mereka.
"Ok!" Jessica menjawab sambil menggamit lengan Anggun kemudian menariknya ke luar dari kantin.
Saat melewati perpustakaan tiba-tiba Arjuna ke luar. Sebelum Arjuna melihat ke arah mereka bertiga Anggun segera menarik tangan kedua sahabatnya menjauh dari sana. Anggun benar-benar tidak ingin bertemu dengan guru BK-nya tersebut.
"Anggun apa-apaan sih!" protes Wulan dengan bingung.
"Kita lewat gedung bahasa aja!" ajak Anggun tanpa peduli dengan protes sahabatnya.
"Lah kenapa kita harus muter-muter sih. Lagian cepetan lewat sini kali!" Wulan masih saja tak mengerti sedangkan Jessica hanya diam, menuruti apapun keinginan Anggun.
"Kita cuci mata dulu sebelum masuk kelas biar fresh. Anak bahasa kan banyak yang cakep!" jawab Anggun dengan asal.
"Cocok!" timpal Wulan dengan antusias.
***
Seminggu kemudian....
"Oya Anggun, besok malam Nenek Sovia bersama cucunya datang," ucap Umi yang sedang memasak bersama Anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Guru BK
RomanceBlurb "Pak Bapak jangan galak-galak kenapa? nanti gantengnya luntur loh!" ucap Anggun dengan santainya kepada guru BK di hadapannya tersebut. "Nggak papa luntur wong saya udah punya calon istri kok," balas Arjuna dengan tatapan tak terbaca. "Hahah...