Chapter 19 : Marah

2.6K 317 2
                                    

"Kau akan kehilangan keluarga dan identitas mu. Yang kau ingat adalah kejadian hari ini dan bukti bahwa perasaan mencintaimu pada gadis itu akan terus ada."

Wanita itu memetikkan jarinya, dan semua kembali semula.

Xuelian menatap sekeliling. Ini masih dikamarnya. Batu itu hanya menunjukkan flashback kehidupan pertamanya yang tersembunyi.

Gadis itu, dia masih termenung.

Kediaman terasa hening.

'Guru - berkorban.'

°°°

Kompetisi berpedang pun tiba. Para petarung handal dari berbagai benua, datang ke kerajaan ini untuk ikut.

Zen Xi mengetuk kamar Xuelian dan tidak ada sahutan sama sekali. Lalu ia mencoba membukanya perlahan, dan nampak Xuelian yang tengah tertidur pulas.
Zen Xi hanya tersenyum. 'Dia pasti membuat pil lagi tengah malam. Aku tidak boleh mengganggunya.' Zen Xi menutup kembali pintunya dan pergi ke arena pedang.

Pertarungan arena pun akan dimulai. Nampak putra mahkota juga ada di sana, tengah memelototi Zen Xi.

"DIMOHON UNTUK MENGAMBIL PAPAN NAMA DENGAN ANGKA," teriak juri.

Zen Xi mengambilnya dan ia mendapatkan angka 5.

"Hoo, tuan wakil perdana menteri, sangat kebetulan ya, kita berjodoh. Aku juga mendapatkan angka lima," ujar Qin San.

'Aku akan membunuh orang ini di arena. Dia sudah mengambil barang ku!' batin Qin San.

Pertarungan arena pun dimulai, petarung pasangan angka 4 sudah hampir selesai. Giliran Zen Xi untuk mulai.

Sementara itu di kamar Xuelian ...

"NONAAA!"

"AH, APA?" Xuelian reflek terbangun dari tidurnya usai mendengar suara melengking Meng Yu.

"Nona, matahari sudah berada di kepala kita kenapa anda belum bangun?! Katanya nona ingin melihat arena ped- Loh? Nona?" Meng Yu melihat wajah Xuelian.

"MATA NONA KENAPA SEMBAB?!"

"Aduh! Jangan berteriak!"

Meng Yu segera menutup mulutnya.

"Aku begadang membuat pil tau!"

'Mana mungkin aku bilang kalau aku menangis.'

"Bantu aku bersiap. Aku akan pergi ke arena pedang."

Xuelian akhirnya dibantu bersiap oleh Meng Yu. Ia keluar dengan mengenakan tudungnya.

Sayangnya gadis itu terlambat. Bagian Zen Xi sudah terlewat. Lalu siapa pemenangnya?

Tepat sekali saat Xuelian datang, juri mengumumkan pemenangnya.

"PEMENANGNYA ADALAH, PUTRA MAHKOTA QIN SAN!"

"A-apa?" Xuelian terkejut. Namun ia lebih terkejut karena tidak ada yang bertepuk tangan walau Qin San menang.

"Hei nona, kau baru datang ya? Tadi itu seharusnya wakil perdana menteri yang menang. Pertarungan arena adalah pertarungan hidup dan mati, tadi putra mahkota hampir mati di tangan wakil perdana menteri. Tapi dia mengalah dan turun dari arena," ujar seorang pria pada Xuelian.

'Hais! Padahal tujuan ku menyuruh dia ikut pertarungan arena karena aku ingin melihat seberapa kuatnya dia. Bisa-bisanya aku telat!'

"Xuelian?" Zen Xi turun dari arena dan menghampiri Xuelian.

Kembali SemulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang