Chapter 26 : Es Buah

2.1K 228 0
                                    

"Aduh!" Nampak Xuelian yang tertusuk jarum karena tengah menyulam kain bertuliskan nama Honglian.

"N-nona, biar saya saja yang menyulamnya."

"Tidak mau. Biar aku saja. Lagipula ini akan segera selesai."

Tak lama kemudian, Xuelian akhirnya menyelesaikan kegiatannya itu. Xuelian bergegas pergi pergi ke paviliun Honglian dengan langkah lebar dan mengetuk pintu ruangannya.

Tok Tok

"Ayah?"

"Yang mulia perdana menteri sedang rapat, nona," tukas penjaga.

Xuelian menepuk keningnya. "Oh iya. Aku lupa."

Xuelian berbalik kembali dan menuju ruang rapat.

Ia baru sampai di ambang pintu dan baru ingin mengetuknya, tapi pintu itu langsung terbuka dan memperlihatkan Zen Xi serta Honglian yang tengah membicarakan sesuatu.

"Ah .... Ayah, ini, aku —" Xuelian ingin memberikannya.

Honglian mengangkat tangan dan telunjuknya seolah berkata, "tunggu sebentar." Kemudian ia pergi mengacuhkan Xuelian yang masih termangu di ambang pintu. Begitu juga dengan Zen Xi. Biasanya ia selalu tersenyum apabila hanya berpapasan dengan Xuelian di kediaman Lian. Tapi kali ini, dia ikut mengacuhkan Xuelian juga.

'Ada apa dengan mereka?'

Dari kejadian itu, Xuelian tidak mau menemui mereka lagi selama satu hari full. Xuelian pergi ke ibukota sendirian dan pergi ke restoran bambu cagyo.
Seraya berjalan, Xuelian terus mengumpat dalam benaknya atas kejadian tadi pagi. 'Apa-apaan itu? Mereka mengacuhkan ku? Kenapa?' Hingga tibalah ia di restoran bambu cagyo.
Gadis itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan mencari sosok Cu He. Xuelian duduk di satu tempat kosong, di lantai atas dan memanggil pelayan.
"Tolong panggilkan pelayan dengan nama Cu He."
Pelayan itu mengangguk dan bergegas pergi memanggilnya.

Sambil menunggu kedatangannya, Xuelian termenung dengan pandangan kosong. Lalu tiba-tiba dari lantai bawah, terdengar keributan. Pandangan gadis itu teralihkan ke arah bawah dan nampak putra mahkota Qin San yang tengah memaksa melakukan transaksi dengan Cu He.

'Apalagi ini?'

Xuelian memutuskan untuk meninggalkan mejanya dan turun ke lantai bawah.

"Maaf yang mulia, tapi pemilik restoran ini sedang tidak ada. Jadi kami tidak bisa melakukan transaksi terlebih dahulu," ujar Cu He.

Xuelian mengamati keduanya dari jauh.

"Kau ingin membantah seorang putra mahkota, hah?" jawabnya dengan sombong.

"Bukan begitu—"

"Lalu apa? Kalau begitu jual saja restoran ini pada ku. Aku akan membayar berapapun yang kau mau," selak putra mahkota Qin San.

'Jika aku berhasil mendapat restoran ini, aku bisa mengalahkan gadis itu.' batin Qin San.

Cu He hanya terdiam, tak tau mau menjawab apa.

"Apa yang kau lakukan? Kau ingin membuat ku menunggu?" ujar Qin San.

"Salam saya haturkan kepada matahari kekaisaran." Xuelian membungkukkan sedikit badannya pada Qin San.

Kini pusat perhatian itu pada Xuelian.

"Siapa kau? Apa kau ingin ikut campur?" sinis Qin San.
Cu He pun terkejut melihat Xuelian, berada di sini.

"Saya tidak ingin mengusik yang mulia putra, tapi menurut saya, menarik usaha restoran ini tanpa sebuah persetujuan, itu bukanlah tindakan yang bijak dan itu memalukan," jelas Xuelian, yang membuat putra mahkota itu menahan malu.

"Apa maksud mu itu!?"

"Maksud saya, pemilik dari restoran ini sedang tidak ada. Mungkin anda bisa menunggunya dengan sabar, atau membuka usaha yang sama berupa restoran. Jika seperti ini, bukankah ini dinamakan perampasan hak rakyat dan bangsawan? Bangsawan dan rakyat di sini yang sedang menikmati makanan pun akan merasa terganggu. Restoran ini menyajikan makanan dengan kualitas tinggi sesuai dengan selera lidah pada pelanggan. Restoran ini juga, adalah restoran kelas atas yang berhasil menyatukan bangsawan dan rakyat tanpa memandang harkat ataupun status bangsawan, dan kami menghormati semua orang dengan jabatan sama rata."

Publik yang melihat itu merasa kagum atas pemikiran seorang gadis bertudung itu. Pemikiran dewasa dan berlogika. Mereka tidak tau, bahwa pemilik restoran itu tengah berada di antara mereka dan sedang mengendalikan mereka.

Sementara posisi putra mahkota terpojok usai Xuelian mengambil alih opini publik.
"K-kau! Berani-beraninya kau!"

"Hamba tidak berniat melawan, namun takutnya muncul rumor aneh kalau yang mulia putra mahkota kurang bijak dalam mengatasi masalah dan menjadi bahan cemohan kerajaan."

Wajah putra mahkota semakin memerah. Kemudian ia pergi begitu saja dari ruangan itu dengan wajah menahan malu.

"Sialan," umpatnya seraya berjalan.

Sementara ia keluar dari restoran, orang-orang justru memberikan tepukan tangan pada Xuelian yang telah berhasil mengusir putra mahkota tanpa menghinanya secara langsung.
"Kalian bisa melanjutkan menikmati makanan kalian," ujar Xuelian.

'Cih. Lagipula ini memang restoran milik keluarga Lian yang disembunyikan dari publik. Berani-beraninya baji*gan itu membuat ulah dan ingin mengeksploitasinya!'

Cu He menepuk pundak Xuelian seraya bernafas lega.
"Fuh .... Terimakasih, nona. Hari ini akan ku traktir."

"Apa-apaan itu, ini kan restoran milik ku—ump." Xuelian menutup mulutnya dengan cepat, takut takut ada pelanggan yang mendengar.
"Aku tidak ingin melanjutkan makan ku. Aku hanya ingin memberikan satu lagi resep minuman untuk kau jadikan menu di restoran ini."

"Oh ya? Apa namanya, nona?"

"Terserah mau kamu namakan apa. Bahannya mudah, hanya terbuat dari beberapa buah yang disatukan lalu diberikan tambahan es dan susu."

Mata Cu He berbinar. "Aku yang akan pertama kali mencobanya!"

Xuelian terkekeh.

"Lalu bagaimana dengan pengembala itu? Apakah kau sudah melakukan transaksi dengannya?"

"Tentu sudah, nona!"

"Bagus. Sangat cepat. Kau bisa diandalkan."

"Tapi pengembala itu menolak."

"Tunggu— Apa?"

Cu He mengangguk.

"Pengembala itu menolak karena ia tidak mau ditipu lagi. Katanya, dia sudah pernah berinvestasi pada satu orang tapi ternyata dia dibohongi. Sapi kesayangannya dibawa lari."

Xuelian menghela nafas. "Kerjaan ku bertambah."

"Baiklah. Aku yang akan membujuknya langsung hari ini."

Kemudian ia berpamitan dan pergi dari restoran.
Gadis itu berjalan menuju ujung ibukota, desa Ouying.
'Aku harus belajar berkuda lain kali. Sebenernya bisa memakai kereta kuda keluarga Lian, tapi itu pasti akan menarik perhatian orang-orang sebab dulu aku sendiri yang meminta kepada ayah untuk mengukir kereta itu menjadi lambang keluarga Lian.'

"Tetap saja lelah."

Hingga tibalah Xuelian di desa Ouying ...

Kembali SemulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang