Pada suatu hari, hiduplah seorang gadis kampung bernama Megan, keluarganya bisa dibilang cukup sederhana, Megan sekarang duduk dibangku kelas 2 SMA.
Megan memang memiliki kekurangan pada ekonominya namun dia memiliki bakat bermain biola yang sangat hebat sehingga dia diterima disalah satu sekolah elite dengan hasil maksimalnya Megan.
Ibu Lindia, dia adalah orang tua dari Megan, Ibu Lindia bekerja sebagai penjual nasi yang dimana penghasilannya tidak seberapa untuk ekonominya.
Ibu Lindia hanya hidup bersama Megan dan juga adiknya yang bernama Jericho. Ayah dari Megan dan Jericho sedang bekerja diluar kota maka tidak setiap hari mereka bertemu.
Suatu hari seperti biasanya, Megan selalu bangun pagi dan meluangkan waktunya untuk bermain biola jadulnya dan mempelajari hal-hal baru yang ada dipermainan biola tersebut.
Disaat Megan ingin keluar dari kamar, Ibu Lindia memanggil Megan
"Megan, apakah kamu sudah selesai bermain biola?". Megan pun menjawab pertanyaan Ibu Lindia
"Sudah Bu, Megan ingin bergegas menuju sekolah karena waktu sudah pukul 05.30".
Megan segera menuju kekamar mandi dan bersiap menuju sekolah. Setelah melaksanakan mandi, Megan mencari-cari dimana letak seragam yang seharusnya ada pada lemari kamar Megan.
Megan pun menanyakan kepada Ibu Lindia.
"Ibu, dimana seragam Megan untuk hari ini?". Ibu Lindia yang sedang memasak pun segera menuju kekamar megan.
"Megan, baju seragammu baru saja Ibu cuci, seragam itu sekarang ada ditempat pengeringan".
Tanpa berbicara apapun Megan langsung mengambil baju seragam itu dan memakainya tanpa basa-basi.
Sesampainya disekolah, Megan selalu bertemu dengan Melisa, teman Megan satu-satunya yang mau berteman dengannya.
"Pagi Melisa!". Ketus Megan pada hari itu.
"Hallo Megan, yuk masuk kelas". Jawab Melisa yang juga baru datang dari sekolah.
Sesampainya dikelas, Megan dan Melisa selalu memilih duduk dibangku depan karena mereka tidak ingin ada salah satu pelajaran yang terlewatkan.
Saat pelajaran akan dimulai, ada salah satu murid yang baru datang, dia bernama Jessica, dia merupakan siswa tercantik yang ada disekolah itu bahkan tidak ada seorang pun yang tidak kenal dengan dia. Jessica bersama dua temannya mengusir tempat duduk Megan dan Melisa.
"Eh lo berdua, minggir kebelakang dong inikan kursi aku". Ketus Jessica dengan nada yang tinggi.
Tiba-tiba saja Melisa sangat murka dengan perkataan Jessica tersebut "Eh, kan yang dateng kita duluan, seharusnya lo lah yang duduk dibelakang."
Mendengar perkataan tersebut, Jessica makin kesal dan akhirnya berkata "Eh lo itu gak berhak ya bentak-bentak gw, sana lo duduk dibelakang sama temen buluk lo itu"
Jawaban dari Jessica begitu membuat Megan merasa sedih dan pada akhirnya Megan dan Melisa berpindah duduk kebelakang.
Bel istirahat telah berbunyi, Melisa segera mengajak Megan untuk makan bersama dikantin andalan mereka.
"Megan, yuk kita makan dikantin situ, nanti gw yang bayarin semuanya."
Megan yang masih memikirkan perkataan Jessica tadi akhirnya menjawab "Lo duluan ajadeh Melisa, gw lagi males buat kekantin."
Akhirnya Melisa meninggalkan Megan yang sedang sendiri duduk dikelas sambil menulis tugas yang diberikan guru tadi.
Disaat Megan asyik menulis tugas, pulpen yang dipegang Megan tidak sengaja jatuh dan terjatuh pada tepat didepan kaki seseorang laki-laki.
Ternyata lelaki tersebut adalah Marvel, siswa laki-laki yang banyak sekali penggemar disekolah tersebut.
"Eh sorry-sorry, gw gak fokus makanya pulpen itu jatuh." Jawab Megan dengan tangannya yang bergemetar.
"Ini pulpen lo? Yaudah ini ambil aja" jawaban Marvel begitu dingin sehingga Megan segera mengambil pulpen itu dari kaki Marvel.
Jam tepat berada pada pukul 15.00, itu tandanya para siswa sudah diperbolehkan pulang dan kembali kerumahnya masing-masing.
Megan dan Melisa sedang asyik berbicara berdua sambil berjalan menuju gerbang pintu masuk sekolah.
"Eh Melisa lo tau gak, tadi gw ketemu sama cowok ganteng yang itu" Megan berbicara sambil tertawa kecil.
Melisa pun menjawab pertanyaan Megan itu. "Oh si Marvel yaa? Kok bisa?." Melisa cukup terkejut dengan apa yang sudah dikatakan oleh Megan baru-baru ini.
"Oh itu namanya Marvel ya? Dia cakep dan tinggi banget plis" jawab Megan yang ekspresi wajahnya mulai berubah menjadi kemerahan.
Setelah sesampainya dirumah, Megan selalu disambut oleh adik kecilnya yang bernama Jericho ini.
"Selamat sore kaka Megan, gimana sekolah hari ini?" Sapaan dari Jericho yang selalu berulang kali diucapkan bila Megan pulang dari sekolah.
Megan yang masih memikirkan cowok bernama Marvel itu tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Jericho dan memilih untuk menuju kekamar mandi dan langsung mengunci kamar mandi tersebut.
Hari sudah mulai malam, Megan selalu menghabiskan waktunya untuk bermain biola jadulnya itu yang sudah hampir rapuh dengan lantunan lagu yang sangat indah.
Ibu Lindia membuka kamar Megan, "Megan, ayo makan, Ibu sudah memasakkan masakan kesukaanmu". Megan pun segera meletakkan biolanya dan bergegas menuju meja makan bersama Ibu Lindia dan juga Jericho.
Makanan yang Megan santap sudah habis, Megan segera kembali kekamar tidurnya untuk melanjutkan bermain biola bersama Jericho.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00, Megan dan Jericho segera menyelesaikan permainan biolanya dan kembali kekamar masing-masing untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violinas
Teen FictionMegan, seorang gadis kampung yang berkeinginan untuk menggapai mimpinya menjadi pemain biola handal, dia selalu berlatih setiap saat agar mendapatkan apa yang dia impikan. Sementara dikehidupan dia ada Marvel, seseorang pemain basket yang akan menem...