Forelsket O4

252 48 21
                                    

[ F O R E L S K E T ]


SETELAH tiga hari Taki bertolak pulang dan menginap di rumah untuk menemui Harua yang sudah lama tak bertemu dengannya, hari ini Taki putuskan untuk kembali ke kosan.

Sedikit kilas balik beberapa hari yang lalu; Taki dan Harua sudah mengenal sedari kecil, namun saat masuk masa SMP, keluarga Harua pindah ke kota sebelah. Jadilah, mau tak mau, Taki dan Harua harus berpisah. Memang, sesekali mereka mengobrol via telepon genggam, tapi tetap saja, kesibukan masing-masing membuat intensitas obrolan semakin minim. Bahkan mereka sempat lost contact selama setahun.

Dan seminggu yang lalu, Harua dan keluarganya kembali pindah ke daerah rumah Taki, menempati rumah kosong di blok C. Mendengar kabar itu, Taki tentu sangat senang. Dengan buru-buru ia memutuskan pulang ke rumah untuk menemui Harua buat melepas rindu setelah sekian lama tak bertemu.

Taki sampai bolos kuliah karena itu, beralasan pada kedua ibunya jika jatah absensinya masih ada. Jadi, tak perlu khawatir jika dia bolos beberapa hari.

Banyak hal yang Taki dan Harua lakukan selama beberapa hari ini, dari menonton bersama, saling curhat pasal bagaimana struggle-nya mereka setelah hasil secondary gender keluar, memasak bersama—hari di mana Harua selesai mengantarkan Nomnom (Naomi) terapi, dia dan Taki memutuskan untuk bertemu di supermarket yang menjual makanan dan bahan-bahan masakan berbau Jepang, sekalian membeli bahan-bahan untuk mukbang berdua, di hari itu jugalah mereka bertemu Riki dan adiknya—menginap di rumah Harua, dan juga bercerita soal orang yang disukai.

Untuk opsi terakhir, hanya Taki sebenarnya yang bercerita dengan nada berapi-api. Sedangkan Harua hanya mendengarkan, karena dia sendiri sedang tak minat menceritakan pasal percintaannya yang lagi slek dengan si kekasih.

Di sesi curhat itu juga, Taki secara blak-blakan membeberkan betapa naksirnya dia pada kakak Biel yang mereka temui di supermarket hari itu.

Mendengar cerita Taki, lantas membuat Harua mengangguk-angguk. Sekarang ia paham kenapa ekspresi Taki berubah marah saat dirinya iseng bertanya terkait Riki yang sudah punya pacar apa belum.

Ternyata ini alasannya, Taki naksir berat pada Riki.

Ransel hitamnya Taki sampirkan di bahu kanan, tangannya memutar-mutar kunci motor sembari bersiul ke arah garasi. Hari ini, rencananya dia akan kembali ke kosan membawa motor. Biar ibu alphanya, di hari sabtu nanti, tak perlu menjemputnya.

Jarak rumah dan kampus Taki lumayan jauh, sekitar dua jam perjalanan dengan motor. Itu sebabnya dia memilih tinggal sendiri di kos agar waktunya tak terbuang di jalan jika ia memaksa untuk pulang-pergi dari rumah ke kampus. Kendati demikian, setiap minggunya Taki selalu menyempatkan waktu untuk pulang. Sekadar temu kangen singkat dengan keluarga dan meminta jatah uang saku yang memang diberikan per minggu.

"Bawa motornya hati-hati. Jangan ngebut. Nyawamu cuma satu, kalo melayang 'kan nggak lucu." nasihat si ibu yang kini tengah menyiram bunga.

Motor dikeluarkan dari garasi dan dipanaskan sebentar.

"Ya, kalo melayang tinggal masuk kuburan aja."

"Hush! Ngada-ngada nih anak mulutnya."

Cengiran lebar Taki beri pada si ibu yang mendelik. Dia berjalan ke ibu omeganya, menyempatkan memberi kecupan singkat di pipi dan berpamitan pergi setelahnya, "aku berangkat ya, Ma. Mama di rumahnya hati-hati, sama bilangin ke Mami, tolong minta orang buat benerin wastafel di kamar mandiku. Soalnya tadi rada ngadet gitu krannya."

"Yaudah, ntar Mama sampein."

"Taki berangkat ya! Dadah, Mama!"

Dengan itu, motor yang Taki kendarai keluar dari perkarangan rumah. Bergabung dengan kendaraan lain di jalanan yang syukurnya, tak terlalu padat karena jam sudah tunjukkan pukul sepuluh pagi. Yang artinya, orang-orang yang biasa memadati jalanan; pekerja kantoran dan anak sekolahan, sudah tinggal sedikit hingga perjalanan Taki hari itu terpantau lancar.

Forelsket | NikiTakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang