Forelsket O3

262 48 9
                                    

[ F O R E L S K E T ]

KEDIAMAN Nishimura yang biasa sepi, mendadak ramai berkat hadirnya sekumpulan orang-orang tak tahu diri—Riki menyebutnya demikian karena mereka hampir menghabisi seluruh kudapan dan mengubah tatanan rumah yang semula rapi menjadi berantakan. Sangat-sangat berantakan. Sampai rumah Riki terlihat seperti habis tertiup puting beliung, jika boleh dilebih-lebihkan.

Si empu pemilik rumah jelas menatap sinis setiap insan yang seenaknya leha-leha setelah mengacaukan isi rumahnya itu. Bahkan satu diantaranya, dengan kurang ajarnya mengelap tangan yang berlumuran cokelat ke hoodie Riki yang tersampir di bahu sofa. Membuat alpha muda itu tidak henti-hentinya menggerutu kesal.

Memang sialan.

Baru ia tinggal setengah jam untuk mandi dan berganti pakaian, keadaan rumah sudah tak berbentuk begini. Apalagi semisal Riki mandi lebih lama? Bisa-bisa bukan hanya ruang tamunya, rumahnya juga bisa dibuat roboh oleh tangan-tangan kurang ajar mereka.

Mencoba menahan amarah yang sudah memuncak sampai ke ubun-ubun, Riki menghela napas berat. Ia ingin sekali memukuli mereka satu-persatu dengan peralatan dapur milik ibunya, tapi urung dilakukan karena takut si ibu negara mengamuk. Bukan. Bukan mengamuk pasal Riki yang kelepasan menghajar teman-teman begundalnya ini, tetapi mengamuk karena pancinya penyok setelah dijadikan alat pemukul.

Entahlah, kadang Riki bingung, yang anaknya di sini itu Riki, atau seperangkat alat dapur milik ibunya itu?

Ceklek.

Tubuh jangkung Kim Dongkyu, atau yang lebih kerap disapa Daniel itu masuk tak lama setelah pintu rumah dibuka dari luar. Pemuda Kim itu tampak menenteng dua plastik belanjaan. Sepertinya dia kedapatan tugas untuk membeli camilan tambahan karena camilan di rumah Riki sudah tandas mereka habiskan—kini hanya tersisa beberapa kripik yang tersisa dalam toples. Itupun bentuknya sudah tak beraturan, sudah berubah jadi keping-keping remahan.

"Kucel banget tuh muka." ledek Daniel saat dia melewati Riki yang masih berdiri diam di anak tangga terakhir.

"Diem lo." balas Riki, kentara sekali dari nada bicaranya jika ia tengah kesal setengah mati.

Bagaimana tidak kesal? Rumah berantakan seperti ini ujung-ujungnya Riki juga yang membersihkan. Boro-boro mereka mau tahu diri dan membantunya, yang ada mereka akan kabur duluan seperti yang sudah-sudah.

Dan jika kekacauan ini sampai terlihat oleh ibunya, wah, sudah. Tamat riwayat Riki. Terakhir kali dia membiarkan ruang tengah dalam kondisi kotor, esoknya sang ibu dengan kejamnya memotong uang saku Riki seminggu penuh. Termasuk uang bensin. Membuat Riki, di suatu hari, dikondisi hujan lebat, harus mendorong motornya sampai ke rumah dalam keadaan basah kuyup.

"Sensi mulu deh," celetuk Kim Minji, satu-satunya wanita diperkumpulan abal-abal mereka. Gadis alpha yang semula duduk bersila menonton permainan catur antara Hikaru dan Gaku itu, memandang Riki yang balik menatapnya datar.

Iya, betul, kalian tak salah baca. Hikaru memang berada di rumah Riki sekarang. Karena mereka sudah saling mengenal sedari lama.

Mereka bertetangga, jadi tak heran saat Taki mengatakan jika dia sedang naksir keponakan Jo yang bernama 'Riki', Hikaru lantas bertanya apakah yang dimaksud Nishimura Riki, si tetangga. Ia bertanya begitu untuk memastikan bahwa dia tak salah orang. Dan ternyata benar. Taki, temannya sejak SMA naksir pada tetangga depan rumahnya.

Kendati demikian, Hikaru belum ada niatan untuk memberitahukannya kepada Taki.

Karena beberapa hari yang lalu, Hikaru tak sengaja membeberkan pasal ada temannya yang tertarik pada Riki. Dan saat diceritakan panjang lebar, ternyata itu Taki—membuat Riki menekuk wajah masam dan meminta Hikaru untuk tak memberitahukan pasal mereka yang bertetangga. Sebab sejak hari di mana ia memberikan nomornya pada Taki, pemuda itu tak henti-hentinya mengiriminya pesan beruntun setiap hari. Terlebih dengan serentet meme—yang demi apapun, sangat jelek, buram, dan alay maksimal!

Forelsket | NikiTakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang