Forelsket O9

243 37 31
                                    

[ F O R E L S K E T ]

BUTUH beberapa saat untuk Riki sadar dari keterbekuan, segera menghembuskan napas lega setelah Taki dirasa benar-benar sudah pergi dari kediaman. Ia kembali duduk, masih menyentuh telinganya yang kian terasa hangat. Si raven tidak menyangka bahwa reaksi tubuhnya cukup sensitif untuk merespon godaan jahil Taki tadi. Padahal biasanya tak begitu, Riki terbiasa datar-datar saja tanpa terpengaruh beragam modus yang dijalankan si brunette.

Aneh.

Riki menumpu dagu, pandangannya masih belum sepenuhnya fokus pada kenyataan. Terlebih isi kepalanya yang secara kurang ajar membayangkan bagaimana dekatnya wajahnya dan Taki beberapa saat lalu. Hembusan napasnya hangat, feromonnya kuat tercium, wajahnya yang manis dan senyumnya yang tanpa dosa saat ia mengusak hidungnya ke milik Riki membuat jantung Riki berdetak tidak normal—ia sempat berpikir bahwa jantungnya mulai memiliki kelainan saking cepatnya organ itu berdetak.

"Berhenti mikirin dia."

Riki memukul-mukul pelan kepalanya sendiri, mengenyahkan segala pikiran soal Taki. Ia bangkit menuju dapur untuk makan makanan yang tadi ia beli. "Kayaknya ini efek laper makanya otak gue jadi konslet begini deh." lanjutnya bermonolog.

***

Hari berlalu dengan cepat. Setidaknya itu yang dirasakan Taki karena sekarang, ia harus kembali dipertemukan dengan senin yang terkutuk.

Namun, berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya, di mana dijam saat ini, senin pagi, biasanya setiap penghuni sudah rapi untuk berangkat kerja sampai kuliah, tapi sekarang mereka masih berada di kos dengan langkah gaduh dan wajah panik.

Pagi-pagi sekali, Euijoo menggedor setiap pintu kamar penghuni yang berstatus alpha, mengusir mereka untuk mencari hunian lain sampai keluarga Sunoo datang. Bukan tanpa alasan hal itu dilakukan, semua ini sebab siklus heat Sunoo yang datang lebih cepat dari perhitungan. Pemuda omega itu terisak lirihkan 'panas' yang membakar seluruh badan. Sontak semua omega dan beta hilir-mudik menenangkan Sunoo, memberinya suppresant, bahkan menyemprotkan scent blocker agar feromon milik si Kim tak terhidu alpha diluaran sana.

Taki ikut duduk di samping Sunoo, memerhatikan pemuda itu yang duduk gelisah. Bulir-bulir keringat, wajah memerah, hingga ledakan feromonnya yang kian memenuhi ruangan tampaknya masih tak cukup terbiaskan oleh scent blocker. Semua orang di kamar itu hanya bisa berharap untuk keluarga Sunoo lekas datang, agar si Kim segera mendapat perlindungan—tak aman jika Sunoo berada di kos terus-menerus selama siklus heat.

Melihat kondisi Sunoo sekarang, membuat Taki berpikir, mengingat-ingat kapan siklus heat berikutnya akan datang. Terakhir itu tiga bulan yang lalu, tanggal dua puluh, kalau Taki tidak salah ingat—uh, dia harus memastikannya nanti lewat kalender yang untungnya selalu ia catat kapan heat-nya akan berlangsung. Untuk menimalisir hal yang terjadi pada Sunoo juga terjadi padanya—heat di kosan, di mana penghuninya bercampur dari alpha, beta, dan omega—oh, dan Taki harus menghubungi Maminya nanti pokoknya!

"Masih lama?"

Euijoo bertanya pada Jungwon yang ditugaskan menghubungi keluarga Sunoo. Pemuda Yang mengecek ponselnya, lantas menggeleng tidak tahu karena pesannya tak kunjung dibaca.

"Kayaknya masih di jalan." Jungwon menjawab ragu-ragu dengan suara lesu.

Manik Taki mengerjab lambat saat Sunoo meraih tangannya, digenggam, diremat pelan. Sontak saja hal itu membuat Taki mengelusi punggung tangan Sunoo yang menggenggam tangannya, memberinya elusan penenang selagi katakan untuk Sunoo terus mengatur napasnya.

Forelsket | NikiTakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang