"Kau pulang dari tadi?" Tanya Jaemin saat memasuki rumah, ia melihat Renjun yang sudah mengenakan pakaian tidurnya.
"Tidak juga, aku bahkan belum membuat makan malam untukmu." Jawab Renjun, mereka berdua memang biasanya gantian membuat makan malam. Siapa yang pulang lebih dulu akan memasak untuk yang belum datang. Dan hari ini kebetulan Jaemin pulang telat, dan Renjun lebih dulu ada di rumah.
"Memasak untukmu saja, aku barusan sudah makan malam dengan beberapa temanku." Ujar Jaemin.
Renjun yang sudah memasuki area dapur menoleh. "Benarkah?" Dan Jaemin mengangguk menjawab hal itu.
"Aku tetap buat saja untukmu. Siapa tau kau masih lapar." Renjun mengatakannya dengan raut usil.
"Aku tak serakus itu." Ujar Jaemin tak terima.
Renjun terkekeh, kemudian ia berjalan menuju kulkas. "Tadi aku membeli yogurt sebelum pulang, mau mencobanya tidak? Aku tambahkan granola dan potongan buah kalau kau mau."
"Kau ingin aku menemanimu makan malam?" Tebak Jaemin.
"Iya." Renjun tak mengelak, senyumnya persis anak kecil yang senang keinginannya akan dituruti.
Jaemin terkekeh, merasa lucu akan kelakuan Renjun. "Baiklah, aku akan pergi mandi dulu."
Ada yang Jaemin sadari semenjak tinggal dengan Renjun beberapa minggu ini, anak itu tak terlihat memiliki trauma setelah kekerasan yang Jaemin tau. Ia pikir tadinya, mungkin Renjun akan cukup terganggu akan beberapa orang yang bisa saja memiliki kemiripan dengan orang yang telah menyakitinya. Ternyata tidak, Winter bahkan menceritakan padanya kalau Renjun begitu ramah bahkan pada pelanggan restorannya. Tanpa terkecuali.
Winter sampai berpikir kalau justru kehadiran Renjun lah yang menarik banyak orang untuk makan di tempatnya.
Renjun memang memiliki kepribadian yang mudah akrab, bahkan Jaemin merasa kalau ia dan Renjun seperti telah berteman lama karena nyamannya berada di sekitar sosok itu.
Setelah selesai mandi dan memakai baju, Jaemin tak langsung turun dan merebahkan tubuhnya di kasur. Berniat menghilangkan lelahnya dengan berbaring sebentar, tapi ia malah tak sengaja jatuh tertidur.
Jaemin terbangun tengah malam, ia tersentak mengingat apa yang sebelumnya ia ucapkan pada Renjun. Untuk menemaninya makan malam. Ia keluar kamar dengan tergesa, dan menemukan Renjun tengah menonton tv.
"Maaf aku malah ketiduran." Jaemin merasa bersalah.
Renjun menoleh, senyum hangatnya tampak di wajahnya. "Kau pasti sangat lelah."
Ia beranjak menuju area dapur. "Sebentar, tadi yogurtnya aku makan karena aku pikir kau tak akan turun."
Sebenarnya Jaemin turun bukan untuk menagih yogurt yang tadi Renjun tawarkan, ia ingin memastikan kalau Renjun sudah tidur di jam larut seperti ini. Tapi Jaemin tak mau menolak begitu saja apa yang ingin Renjun berikan, setelah barusan ia membuat kesalahan pada anak itu.
Tak lama kemudian Renjun kembali membawa mangkok kecil berisi yogurt dengan granola juga bluberry di atasnya. "Ini."
Jaemin menerima itu sambil mengucap terimakasih, dan kembali mengulang permintaan maafnya. "Maaf ya, aku ingkar menemanimu makan malam."
Keduanya duduk bersisian di atas sofa, hingga tawa Renjun walau kecil bisa Jaemin dengar. "Kenapa meminta maaf seolah itu adalah hal besar? Tidak apa Jaemin, sungguh." Renjun meyakinkan.
Ini juga salah satu apa yang Jaemin sadari dalam diri Renjun, ia bukan sosok yang mempermasalahkan hal sepele. Renjun orang yang cukup santai menanggapi beberapa hal.