Behind me

2.6K 285 23
                                    

"Bukankah biasanya kau diantar Jaemin saat ia tak ada shift? Sudah beberapa hari ini aku tak melihatnya mengantarmu, hanya menjemputmu saja kadang-kadang." Winter mempertanyakan keanehannya akan apa yang terjadi pada Renjun dan Jaemin.

Renjun yang diberi pertanyaan itu, tersenyum kecil. "Iya, lama-lama aku tak enak pada Jaemin karena sering mengantarku."

"Itukan kemauan Jaemin, harusnya kau tak usah tidak enakan seperti itu." Ujar Winter.

"Aku pergi ke belakang dulu, Winter." Renjun ingin menghindari pertanyaan lebih banyak dari Winter soal dirinya dan Jaemin.

Sebenarnya Jaemin memang masih sering menawarkan untuk mengantarnya, tapi Renjun jelas menolaknya. Ia banyak disadarkan oleh ucapan Jaemin malam itu, ia ini terlalu banyak memberi beban pada Jaemin. Maka Renjun mulai mengurangi semua ketergantungannya pada Jaemin.

Dimulai dari menolak diantar, untuk menjemputnya Renjun tak bisa menolak banyak karena itu justru akan lebih menyusahkan Jaemin. Jaemin sudah jauh-jauh datang menjemputnya, tak mungkin Renjun tolak begitu saja. Semenjak itu pula, Renjun tak bisa mengunjungi kakaknya setelah pulang kerja. Karena tak mau membuat Jaemin kesal padanya seperti malam itu. Renjun mengunjungi Winwin hanya saat ia bisa meminta izin pada Winter di jam tertentu saat restoran sedang tak begitu ramai.

Untuk memasak sarapan dan makan malam pun, Renjun sudah berbicara dengan Jaemin. Ia meminta Jaemin untuk tak memasak untuknya juga kalau dominan itu membuat makanan, dan saat giliran Renjun yang memasak ia pun hanya menyiapkan untuk Jaemin saja.

"Renjun kau bisa sakit kalau tidak makan." Saat itu Jaemin menegur Renjun yang mulai tak ikut makan bersamanya.

"Aku akan makan di luar."

"Kenapa tidak disini? Biasanya juga kau makan denganku."

Jawaban Renjun langsung membuat Jaemin terdiam saat itu. "Aku akan mengurangi apapun yang merepotkanmu, Jaemin. Aku sudah terlalu banyak mendapat bantuanmu."

Renjun baru selesai mencuci tangan hendak pulang, saat suara Winter terdengar. "Renjun, Jaemin menjemputmu."

Dengan itu tanpa sadar Renjun menghela napasnya, ia sebenarnya sudah sangat malu pada Jaemin. Dominan itu benar tak mengubah semua sikap baiknya terhadap Renjun, dan Renjun masih belum menemukan cara untuk membalas semuanya.

Ia sempat ingin angkat kaki dari rumah Jaemin, semenjak Jaemin menyuruhnya sadar diri. Ia tak mau terus menerus menumpang di rumah Jaemin, tapi dipikir kembali bagaimana cara ia membalas seluruh kebaikan Jaemin kalau ia malah pergi dari sisi dominan itu. Setidaknya dengan ia tinggal satu rumah dengan Jaemin, ia bisa membantu kehidupan dominan itu walau sedikit. Entah itu soal kebersihan dan kerapihan rumah, memasak. Juga kalau Jaemin masih sudi memakainya Renjun juga tak keberatan membayar kebaikan Jaemin dengan selain tabungannya nanti tapi juga dengan tubuhnya.

"Aku tak makan malam di rumah lagi. Tadi sudah makan dengan teman-teman di restoran." Ini adalah alasan serupa dari Renjun setiap waktu makan malam tiba, untuk menolak makan malam dengan Jaemin.

Jaemin menoleh, menatap Renjun lama sebelum bertanya. "Winter juga?"

Renjun mengangguk. "Iya. Winter juga ikut makan bersama."

Bukan seperti ini jawaban yang Jaemin harapkan, ia ingin Renjun yang selalu menggodanya setiap menyebut nama Winter. Tapi sekarang, anak itu hanya akan menjawab sesuai apa yang Jaemin tanyakan.

"Kau sudah makan bukan?" Tanya Renjun perhatian, ia tak mau sampai Jaemin jatuh sakit.

"Belum." Jawab Jaemin, ia tadinya ingin makan malam bersama Renjun tapi ternyata tak bisa karena Renjun sendiri sudah makan.

Behind you ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang