⚠️⚠️⚠️Jaemin tengah mengambil air dingin dari kulkas, saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Reflek ia mendongak, dan menemukan Renjun yang terlihat baru selesai mandi. Dengan bathrobe yang membungkus tubuhnya.
Tanpa sadar Jaemin menelan ludahnya. Dulu, ia tak memperhatikan jelas lekuk tubuh Renjun tapi sekarang semuanya terasa menggoda. Cepat-cepat ia mengalihkan tatapan dengan menegak air minum dengan rakus.
Wajah kaku Jaemin ditangkap Renjun, matanya melirik ke arah selangkangan Jaemin. Ia sadar apa yang sedang ia kenakan saat ini, lalu respon Jaemin saat melihatnya barusan dapat Renjun kenali. Renjun pun mengambil langkah maju mendekati Jaemin.
Jaemin yang mencium wangi sabun Renjun, segera menyelesaikan tegukannya. Lalu menatap Renjun yang kini ada di hadapannya.
"Renjun."
Suara serak Jaemin membuat Renjun semakin yakin untuk berjinjit dan mencium bibirnya, merapatkan tubuhnya pada tubuh dokter yang sudah banyak membantunya itu. Ia pikir ini saatnya dirinya yang membantu Jaemin dengan cara ini.
Ciuman Renjun jelas bukan seorang yang baru dan kaku dalam memagut bibir, Jaemin dapat merasakan itu. Renjun memang pandai berciuman, membuat gairah Jaemin rasanya semakin naik. Ia pun membalas ciuman Renjun tak kalah bernapsu, tangannya meremas-remas tangan Renjun. Ia benar sudah tak bisa menahan diri lagi.
Langkahnya ia bawa maju, membuat Renjun mundur sampai terduduk di sofa dengan Jaemin yang mulai mengukungnya. "Hmm." Renjun tidur terlentang, sambil mencoba mengimbangi ciuman Jaemin yang kini mendominasi.
Jaemin merasakan dadanya berdebar kencang disetiap pagutan yang ia lakukan pada Renjun, sekarang ia membuka bathrobe Renjun. Dan tubuh telanjang Renjun kini ditindih tubuh keras Jaemin.
"Renjun.." Panggil Jaemin di tengah ciumannya, dengan tangan yang menari erotis di atas permukaan kulit halus Renjun.
Dulu, ia hanya menyentuh kulit ini saat mengobati lukanya. Dan sekarang ia dapat menyentuhnya dengan tujuan lain.
"Lakukan." Suara Renjun menjawab apa yang hendak Jaemin minta, submisif itu seolah tau maksud Jaemin memanggilnya barusan.
Dengan nakal jari Renjun memainkan puncak dadanya sendiri, membuat tubuhnya menggelinjang atas apa yang dirinya sendiri buat. Desahannya membuat Jaemin semakin merasakan denyutan nyeri pada kejantanannya, hingga saat matanya menikmati pemandangan Renjun yang menyentuh dirinya sendiri Jaemin pun mulai menanggalkan pakaiannya. Menggesekkan kejantanannya pada paha dalam Renjun.
Tangan Renjun berhenti menggoda Jaemin dengan cara menyentuh dirinya sendiri, kini ia duduk dan mendorong tubuh Jaemin agar bersandar pada sofa. Sementara ia kini turun untuk mengecup kejantanan Jaemin, sebelum memasukkannya pada mulutnya.
Jaemin dapat merasakan lidah lembut Renjun menjilati bagian bawahnya, kemudian menghisapnya, mengeluarkan sebagian kejantanannya lalu memasukkannya lagi. Renjun mengulang kelakuannya itu, sampai Jaemin tak bisa hanya sekedar diam dan mendesah nikmat. Ia menggerakkan perlahan pinggulnya, mengejar puncak yang nyaris ia dapat.
Suara Renjun yang tersedak, sempat membuat Jaemin berhenti sebelum Renjun memeluk pinggangnya dan menariknya untuk bergerak lagi.
"Ahhh." Jaemin mendesah sambil menyugar rambutnya, di bawah sana ia masih merasakan lidah Renjun yang membersihkan cairannya.
Renjun merangkak naik, menduduki tubuh Jaemin. Dan Jaemin dapat merasakan basah di sekitaran tubuh bawah Renjun, tanda submisif itu pun menginginkan sebuah kepuasan.
Jaemin menarik tangan Renjun, agar submisif itu jatuh pada pelukannya. Meraih bibir yang sempat Jaemin obati juga sudutnya, menyecapnya perlahan. Tangannya mengelus-elus punggung Renjun, lalu turun pada area bokongnya dan kembali menggerakkan jarinya perlahan yang membuat Renjun mengerang. Jaemin kembali menindih tubuh Renjun, lalu mengecup puncak kecoklatan itu lembut.