⚠️
Semenjak kejadian malam itu, sentuhan fisik yang dilakukan Jaemin dan Renjun jadi lebih intens dari sebelumnya. Sebuah pelukan atau kecupan ringan jadi kebiasaan baru keduanya, seolah itu hal wajah antara dua orang itu.
Seperti saat ini, Jaemin tengah memangku tubuh Renjun sambil berbagi ciuman panas. Tangan Renjun mengusap lembut kepala Renjun selama ciuman mereka berlangsung, sesekali Jaemin juga mengelus tengkuk Renjun sebelum menekannya untuk memperdalam ciuman keduanya.
Renjun melepas ciuman itu, kemudian turun menuju kejantanan Jaemin. Tangannya membuka celana Jaemin sebagian, kemudian meraih apa yang sudah memasuki tubuhnya beberapa kali itu.
Selesai memuaskan Jaemin, Renjun mengelap sekitaran bibirnya. Lalu Jaemin menarik Renjun agar kembali naik ke atas pangkuannya. "Kemari."
"Ini sudah malam, kau perlu istirahat kemarin kau mendapat shift malam terus." Renjun menolak apa yang akan Jaemin berikan padanya.
"Tak perlu membalasnya Jaemin." Renjun tersenyum, benar berbicara seolah apa yang sedang mereka bicarakan adalah perkara barang dan bukan soal kenikmatan tubuh.
"Aku juga ingin tidur sekarang." Renjun sedang merasa begitu mengantuk hari ini, ia tak akan bisa melayani Jaemin malam ini.
Mendengar hal itu, Jaemin tersadar. Benar, Renjun perlu tidur dengan benar juga. "Tidurlah dengan nyenyak." Jaemin memberi kecupan lembut pada pipi Renjun.
"Iya, kau juga." Renjun membalasnya dengan kecupan pada leher Jaemin, sebelum berlalu memasuki kamar.
Melihat kepergian Renjun, Jaemin mendengus sambil membenarkan celananya. Ada yang ia sadari akhir-akhir ini, dan barusan ia mencoba memastikan lagi hal itu dan ternyata benar. Jaemin sudah jatuh.
Bukan karena ia sudah tau tubuh Renjun, bukan karena ia sudah pernah berhubungan badan dengan submisif itu—tapi memang semuanya berawal dari persetubuhan mereka kala itu. Karena semenjak itulah kedekatan mereka semakinmembuat Jaemin tak segan pada Renjun, dan ia mulai menyadari kalau dirinya memang nyaman atas kebersamaannya dengan Renjun. Hatinya nyaman melihat keberadaan Renjun di dekatnya.
Semua skinship yang ia berikan pada Renjun tak hanya ia berikan sebagai reflek atau kebiasaan saja, itu memang salah satu hal yang ingin Jaemin berikan untuk Renjun sebagai bentuk kasih sayangnya untuk submisif itu.
Keesokan harinya, Jaemin melihat Renjun yang sudah rapih hendak pergi. Ia dengan cepat menahan kepergian Renjun. "Sebentar, biar aku antar."
Renjun mengerutkan dahinya mendengar hal itu, ia menatap Jaemin yang berlari menuju kamarnya sendiri.
"Aku mengambil jaketku dulu." Ujar Jaemin sebelum memasuki kamarnya.
"Ini waktu biasa kau beristirahat." Renjun menatap heran Jaemin yang kini melingkarkan lengannya di pinggang Renjun.
Sentuhan itu tak membuat Renjun heran, yang membuatnya aneh adalah Jaemin yang ingin mengantarnya.
"Mengantarmu tak memakan banyak waktu." Jaemin menyuruh Renjun agar jangan banyak protes, dan segera memasuki mobil.
Selama perjalanan Renjun memikirkan apa alasan sikap Jaemin yang tiba-tiba ini, hingga satu pemikiran membuatnya tersenyum akan praduganya. "Sekalian bertemu Winter kan?" Tebaknya.
"Ck, hari ini ia bahkan tak akan datang. Mamanya ada acara dan ia harus menemaninya." Ujar Jaemin, matanya melirik Renjun sekilas sebelum kembali fokus menyetir.
"Kau bahkan tau jadwalnya." Renjun tersenyum lebar sambil menatap Jaemin.
Jaemin hanya memasang wajah malas, yang dibalas tawa renyah Renjun. Jaemin tak begitu meladeni keusilan Renjun, karena tentu saja ia tau jadwal itu karena jadwal mama Winter sama dengan milik mamanya.