Rencana

74 6 5
                                    

"Mobil sudah disiapkan?"

"Sudah pak"

"Oke, tolong bawakan koper saya di dalem"

"Baik Pak"

Axel yang baru keluar dari ruangannya, berjalan lurus sambil membawa sebuah tas yang berisikan laptop, sedangkan tangannya yang lain sibuk memperhatikan HPnya,
Saat di dalam lift pun, dia terlihat sangat gelisah seperti menanti pesan dari seseorang,
Sekretarisnya pun memberanikan diri untuk bertanya padanya,

"Ada seseorang yang sedang bapak tunggu?"

"Kamu punya pacar?"

Rona terkejut karena Axel tiba-tiba bertanya seperti itu,

"Punya pak"

"Huft"

Setelah menghela nafas yang dalam, Axel memasukkan HPnya ke dalam sakunya dan menghadap ke Rona.

"Kamu sayang pacar kamu?"

"Tentu, makanya saya mau pacaran"

"Kalau pacar kamu mau pergi, kamu sedih ga?"

"Huh? Umm, mungkin sedikit sedih tapi kalau itu urusan penting, saya ga akan sedih"

"Gimana kamu nunjukin sedihnya?"

"Cemberut, sambil terus-menerus menghubunginya, sebelum dia bepergian rasanya saya ingin terus memeluknya dan ingin melihat setiap langkah kakinya"

Axel terdiam mendengar jawaban dari Rona, Rona yang peka terhadap situasi Bosnya tersebut langsung tersenyum dan berusaha menenangkan hati Bosnya,

"Tapi.... Itu karena saya terlalu menunjukkan emosi saya, ada juga perempuan yang menyembunyikan rasa sedihnya"

"Contohnya?"

"Dia sedih, tapi terlihat biasa saja karena tidak ingin menjadi beban bagi pacarnya. Seperti istri bapak saat ini"

"Dia tidak terlihat seperti itu"

"Kenapa?"

"Dia itu senang menjadi beban untuk orang lain, kenapa dia tidak mau jadi beban untuk saya?"

"Mungkin karena dia terlalu menyayangi bapak? Biasanya, semakin kita mencintai seseorang, semakin kita ingin mengurangi beban orang itu"

"Tapi kalau begini justru.... Ah saya ga ngerti pikiran cewek! Sejujurnya, dia wanita pertama yang saya sukai, bisa dibilang dia adalah cinta pertama saya, dan langsung saya nikahi, jadi saya tidak ada pengalaman dalam berpacaran"

"Ehem... Gimana kalau saya bantu bapak?"

"Bantu apa?"

"Bantu supaya istri bapak bisa mengeluarkan emosi yang sesungguhnya, supaya dia bisa bucin sama bapak"

"Hahahahahhaa..... Saya bertaruh kamu ga akan bisa"

"Kalau bisa, bapak mau naikin gaji saya?"

"Ok! Siapa takut?! Jadi apa rencananya?"

"Bapak berhenti mengirimi pesan untuknya, perempuan itu seperti layangan, semakin ditarik dia akan semakin menjauh bahkan putus karena angin yang kencang"

"Jadi.... Maksud kamu... Saya ga boleh menunjukkan emosi kasih sayang saya ke istri saya sendiri?"

"Bukan begitu pak, maksudnya bapak harus belajar tarik ulur"

"Kalau pas di ulur putus gimana? Kalau saya cerai makin susah dong?"

"Waaahh bapak bener-bener gatau apa-apa ya?"

My crazy wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang