Mine(1)

82 4 0
                                    

*tok.. tok... tok*

"Bi???"
Axel mengetuk pintu dengan perlahan, dan memanggil nama Bia dengan sangat lembut. Kedua tangannya dikepalai hingga bergetar, dia tau bahwa situasi ini tidak bisa terus dibiarkan.

"Bi...?? Aku harus ngomong. Kamu udah tidur? Aku masuk ya?"

*Ceklak*

Axel melihat Bia yang dalam posisi tidur menghadap ke dinding dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya,
Axel perlahan duduk di ujung ranjang dengan sangat hati-hati, dia menumpu kedua siku tangannya di kakinya, dan beberapa kali mengusap wajahnya,

"Aku tau aku salah.. Caraku yang salah"
Ucapnya membuka suara dengan pelan
"Tapi untuk permintaanku... Sepertinya ga ada yang salah dengan itu, kan?"
"Aku suami kamu Bi, aku berhak melihat seluruh badan kamu. Kamu milikku"
Ucapnya perlahan menekankan kata-kata nya
"Kamu wajar marah, karena caraku meminta itu salah. Tapi ga wajar kalau kamu marah karena aku minta itu. Aku berhak atas kamu"
"Huffftt.. Aku ga ngerti, gimana caraku menekankan bahwa kamu milik aku Bi"
"Kamu selalu salah paham"

Bia perlahan membuka mata nya, dia mendengarkan setiap kata-kata yang keluar dari mulut Axel, tapi entah kenapa kata-kata itu justru membuatnya sedikit kesal hingga meremas selimut dengan sangat kencang. Bukan itu kata-kata yang dia ingin dengar.

"Seperti layaknya seorang anak kecil minta dicium dan dipeluk orang tuanya, aku juga butuh itu dari kamu sebagai pembuktian kasih sayang"

"Bukan itu"
Ucap Bia dalam hati

"Apa wanita ini masih menganggapku sebagai sahabatnya? Bukan suaminya? Itu yang selalu dipikiran aku"

"Bukan.. Bukan itu"
Ucap lagi dalam hatinya

"Bagaimana caraku membuktikan bahwa dia milikku? Aku ga bisa pamer ke dunia, kalau aku aja belum dapet kepastian dari kamu"

"Bukan"
Ucap lagi

"Atau aku harus membuktikan bahwa aku milik kamu? Aku harus membuktikan bahwa aku suami kamu? Suami seperti apa yang kamu mau? Lelaki seperti apa yang kamu inginkan? Tiba-tiba pikiran itu terpikir barusan. Bagaimana caranya membuktikan itu semua, Bi? Bantu aku. Tolong aku"

Bia bangun dari posisinya dan memeluk Axel dari belakang, membuat Axel terkejut dan menengok.

"Seperti sebuah mainan milik anak kecil. Bukan status seorang anak kecil untuk orang tuanya. Atau status seorang istri untuk suaminya. Aku butuh fungsi dari status itu"
"Bukan orang tua yang mencari uang sepanjang hari tanpa bertemu anaknya, bukan suami yang meminta untuk berciuman lalu pergi"
"Bukan itu yang aku mau"
"Aku butuh suami yang tidak hanya menganggap dirinya sebagai suami, tapi menganggap dirinya sahabat sekaligus suami"
"Jangan cium aku untuk mengakui aku istri kamu, jangan telanjangi aku untuk membuktikan aku milik kamu"
"Sayangi aku, beri perhatian padaku, dengarkan ceritaku, seperti yang kamu lakukan saat menjadi sahabat aku dulu"

Bia menjelaskan seluruh isi hatinya pada Axel saat itu, membuat Axel memahami seluruh kata-kata nya. Dan berpikir bahwa semua yang dia lakukan saat menjadi suaminya adalah kesalahan besar, dia terlalu terobsesi menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang suami dan meminta Bia menjadi seorang istri. Tanpa berpikir apa kemauan Bia selama ini. Dia terlalu terobsesi dengan status 'suami' dan lupa bahwa seorang suami juga wajib menjadi 'sahabat' untuk istrinya.

Axel membiarkan air mata menetes di wajahnya dan terus menerus merenungi kesalahannya. Terobsesi menjadi suami yang sempurna justru membuatnya menjadi suami yang gagal.

Di tengah-tengah itu semua, tiba-tiba Bia memeluk Axel lebih erat dari sebelumnya dan menempelkan seluruh wajahnya pada punggung Axel.
"Ini semua terlalu tiba-tiba, ga ada waktu untuk kita belajar cara menjadi suami istri yang baik. Karena itu, ayo belajar perlahan"

My crazy wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang