Sudah tiga hari sejak kedua gadis kecil itu dikurung. Mereka disiksa dengan kejam. Bahkan makanan yang layak pun tak mereka dapatkan. Keduanya hanya bisa menangis tanpa suara dengan tangan yang saling tergenggam. Berusaha memberi kehangatan pada satu sama lain.
Keesokan harinya, mereka mendapat perlakuan yang sama lagi. Hari berikutnya juga. Semua terus terulang sampai mereka tidak mengingat lagi berapa lama yang mereka habiskan di dalam kurungan itu.
Terbitnya mentari menandakan siksaan pada mereka akan dimulai lagi. Keduanya hanya diam, menunggu kepala desa dan warga lainnya datang dan melampiaskan amarah pada mereka. Pada dua gadis kecil yang sebenarnya tidak tahu apa kesalahan mereka sendiri.
Terdengar dengan jelas suara langkah kaki dari pintu kayu itu. Seperti biasa, kedua gadis kecil itu hanya saling mengeratkan pelukan. Menguatkan satu sama lain untuk menerima siksaan yang akan datang.
Keduanya tertegun kala melihat sosok asing yang menjulang di hadapan mereka. Pria itu menatap keduanya dengan raut wajah yang sulit diartikan. Kemudian dalam sekejap mata, semuanya menjadi merah.
Kedua gadis kecil itu melongo menatap pria yang tengah tersenyum ramah pada mereka. Seolah tak merasa berdosa setelah membantai semua orang yang ada di sana. Ia berlutut di hadapan keduanya. Tangannya meraih jemari kecil kedua anak itu.
"Sekarang kalian bebas, kalian mau ikut bersamaku?"
* * *
Senang? Tentu saja mereka merasa seperti itu. Pria yang menolong mereka sangat baik. Ia membantu keduanya keluar dari siksaan yang mereka pikir tak akan pernah berakhir. Menghirup udara bebas kembali, membuatnya keduanya merasa hidup.
Pemandangan desa dengan lautan merah pekat tak membuat keduanya merasa takut sama sekali. Mereka justru merasa lega dan bersyukur. Seumur hidup, mereka akan terus berterima kasih pada pria asing itu.
"Namaku Geto Suguru, dan kalian berdua?"
Keduanya saling melirik bersamaan kemudian tersenyum kecil.
"Aku Mimiko," ujar gadis kecil dengan surai raven yang indah.
"Aku Nanako," ujar gadis berambut pirang.
"Senang berkenalan dengan kalian." Pria itu menepuk pelan kepala keduanya, kemudian mengajak mereka pergi dari desa itu. Keduanya tentu mengikuti dengan perasaan riang.
Namun, tiba di depan jalan masuk desa, keduanya tiba-tiba menghentikan langkah. Ada perasaan aneh yang melingkupi keduanya.
Geto menoleh, menatap keduanya dengan ekspresi heran. "Ada apa?" Kedua gadis kecil itu terlihat ragu-ragu untuk berbicara. "Kalian tidak mau pergi?"
"Kami mau! Tapi ... " Kata-kata yang ingin diucapkan Nanako tertahan di tenggorokannya. Ia merasa ragu untuk mengatakannya. Ia takut, Geto mungkin akan tak suka.
"Katakan saja, tidak akan ada yang bisa melukai kalian lagi." Nanako memandang pria itu sekejap. Pandangannya kemudian beralih pada pemandangan desa yang berserakan mayat. Tubuhnya tiba-tiba saja gemetar.
"Apa Geto-Sama, membunuh semuanya?"
Geto tersenyum lalu mengangguk kecil. "Iya, monyet-monyet itu sudah kuhabisi untuk kalian."
Kedua anak itu tersentak ketika mendengarnya. "Maksudnya, semua yang ada di desa sudah mati?" Mimiko bertanya dengan ekspresi seperti ingin menangis. Geto yang melihat itu menjadi bingung.
"Kenapa? Apa kalian tidak senang?" Keduanya sama-sama menggeleng.
"Berarti ... Geto-Sama juga membunuh kakak?" Nanako bertanya dengan suara bergetar. Air mata sudah membasahi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
<HIATUS> Come With Me || Geto Suguru
FanfictionAku tak pernah menyangka akan terlibat dengan orang seperti dirinya. Aku tak pernah menyangka bahwa tindakanku menyelematkan anak-anak itu akan membawaku padanya. Orang paling keji yang pernah kutemui. Dia menganggap manusia yang berbeda dengan dir...