Dering bel berbunyi nyaring. Anak-anak itu tersenyum gembira. Mereka meraih tas masing-masing dan segera berbaris di depan kelas. Guru mereka tersenyum melihatnya. Anak-anak itu kemudian diarahkan menuju gerbang sekolah.
Nanako dan Mimiko saling bergandengan tangan. Bibir keduanya bersenandung kecil. Di balik gerbang itu, nampak wajah cantik yang familiar. Keduanya langsung berlari menghampirinya.
Karena Nanako berlari terlalu cepat, Mimiko jadi kehilangan keseimbangan. Gadis kecil itu tersandung menabrak kembarannya. Tubuhnya keduanya nyaris menabrak tanah jika tidak ada yang menangkapnya.
Keduanya mendongak, menatap satu lagi wajah familiar. Kedua gadis kecil itu melebarkan senyuman.
"Geto-Sama!" Mereka berdua memeluk Geto bersamaan.
"Kalian harus berhati-hati." Keduanya tak mendengarkan dan malah asik memainkan rambut milik Geto. "Kalian malah sibuk sendiri, ya?"
Nanako tertawa kecil saat jemari Geto menggelitikinya. "Aku senang melihat Geto-Sama!" ujarnya penuh semangat. Geto terkekeh pelan. Kebersamaan mereka terlihat begitu hangat. Gadis itu jadi tidak tega menginterupsinya.
Tetapi mereka tidak bisa terus-terusan menghadang gerbang sekolah seperti itu. Anak-anak lain serta orang tuanya banyak yang berkerumun untuk menyaksikan mereka.
Gadis itu mendekat, menepuk pelan bahu Geto. "Geto-Sama, sebaiknya kita pulang sekarang." Geto melirik dari ujung matanya. Ia merasa sedikit tak suka karena disentuh sembarangan.
"Sudah kubilang jangan dekat-dekat denganku, kau menyebarkan bau monyet padaku." Gadis itu menghela napas pelan. Padahal dirinya tidak pernah melakukan kesalahan pada pria itu. Entah mengapa Geto begitu membencinya.
Atmosfer di antara keduanya disadari oleh Nanako dan Mimiko. Salah satu dari mereka melepas pelukannya dari Geto dan berlari menghampiri gadis itu. "Kak [Name]! Tolong gendong aku."
[Name] tersenyum pada gadis bersurai raven itu. Ia menjulurkan tangannya dan mengangkat tubuh kecil itu ke dalam gendongannya.
"Ayo kita pulang, aku sudah lapar," keluh Nanako. Geto dan [Name] tersenyum menatap gadis kecil itu.
"Baiklah, mari kita pulang," ujar Geto sembari melangkah pergi.
* * *
[Name] melambaikan tangannya pada kedua gadis kecil itu. Bagaimana pun mereka merengek, ia tidak akan bisa masuk ke sana. Geto telah melarangnya menginjakkan kaki di sekitar kuil miliknya. Mau tidak mau, [Name] menurut saja. Toh dirinya juga punya hutang budi pada pria itu.
"Besok, Kakak harus menjemput kami lagi!"
"Iya-iya, aku pasti akan menjemput kalian. Sekarang masuklah, nanti Geto-Sama marah pada kalian."
Setelah mengucapkan itu, [Name] berbalik pergi. Ia menuruni anak tangga yang membawanya menuju jalan setapak kecil. Gadis itu melangkah ringan, hingga ia tiba halte bus terdekat.
Begitu bus berhenti, ia langsung masuk ke dalam. Kursi paling belakang adalah tempat favoritnya. Ia duduk dengan tangan menumpu dagunya. Matanya memandang ke luar jendela.
"Kenapa ya? Memangnya aku salah apa?" lirihnya pelan. Ia tiba-tiba teringat dengan memori yang masih hangat di ingatannya.
Enam bulan yang lalu, ia mengalami kecelakaan saat sedang karyawisata sekolah. Bus yang ia tumpangi menerobos pembatas jalan yang tepat berada di tebing curam. Bus itu jatuh menghantam bebatuan tajam di bawahnya dan meledak.
Sebelum itu, benturan pada kaca bus membuat beberapa orang terpental keluar lebih dulu. [Name] adalah salah satunya. Tubuhnya berguling dengan kasar, masuk ke dalam hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
<HIATUS> Come With Me || Geto Suguru
FanfictionAku tak pernah menyangka akan terlibat dengan orang seperti dirinya. Aku tak pernah menyangka bahwa tindakanku menyelematkan anak-anak itu akan membawaku padanya. Orang paling keji yang pernah kutemui. Dia menganggap manusia yang berbeda dengan dir...