"Cepatlah, dasar manusia lamban." [Name] buru-buru membawa nampan itu dan meletakkannya di meja. Tangan dan kakinya mulai terasa nyeri lantaran terus bekerja sejak pagi.
Tinggal di kuil Geto berarti harus siap mendapat perlakuan tak pantas dari pada pengikutnya. Seperti pria itu, mereka juga sangat membenci manusia non-penyihir seperti gadis itu. Sekarang [Name] memahami alasan Geto yang menolak keras kehadiran gadis itu di kuil.
Dia ternyata punya sisi baik seperti itu
Si kembar memperhatikan kakak mereka. Keduanya ingin membantu, tetapi takut dengan larangan Geto pada mereka. Pria itu berkata bahwa Nanako dan Mimiko tidak boleh sama sekali terlihat akrab dengan [Name]. Itu demi melindungi mereka dan juga gadis itu sendiri. Setidaknya walau diperlakukan seperti budak, para pengikut Geto itu tidak membunuhnya.
Pria itu pun sama, hanya memperhatikan sosok [Name] dari jauh, sembari berpikir cara membuat gadis itu pergi dari kuil secepatnya. Rasanya tak tenang melihat gadis yang harusnya melayaninya itu diperlakukan seperti itu. "Seharusnya hanya aku yang boleh memerintahnya," gumam Geto.
* * *
[Name] mendengus pelan. Ia membaringkan tubuhnya di atas tatami. "Tubuh manusia ini sangat lemah." Gadis itu berdecih pelan. Tiba-tiba saja muncul wanita bersurai panjang di sampingnya.
"Yang Mulia, seharusnya kau membunuh mereka saja." [Name] menggeleng pelan mendengar ucapan Yuki. Ia kemudian bangkit dan tersenyum pada wanita itu.
"Kita sudah pernah membicarakan ini, Yuki." Wajah pucat Yuki terlihat marah. [Name] yang melihat itu malah terkekeh pelan. "Berhentilah merajuk, Yuki. Wajah cantikmu jadi aneh. Sekarang pergilah dan gantikan posisiku di rumah itu."
Yuki menghela napas pelan. Ia lalu mengangguk dan segera pergi untuk melaksanakan perintah [Name]. Gadis itu sendiri kembali membaringkan tubuhnya. Di dalam hati ia mulai berhitung.
Beberapa saat kemudian terdengar suara dobrakan pintu. Geto muncul dengan raut wajah marah. [Name] langsung bangkit dan membungkuk padanya. "Geto-sama," ujarnya pelan.
Geto mendekat dan menarik lengan [Name]. Gadis itu tersentak karenanya. Alis Geto makin menukik saat melihat luka bakar di tangan gadis itu. "Kenapa kau sangat keras kepala?"
[Name] tidak menjawab, membuat Geto merasa jengah. Ia kemudian menarik lengan gadis itu dan membawanya ke kamarnya. Untuk pertama kalinya ada gadis yang masuk ke ruang pribadi milik Geto itu.
Pria itu menyuruh [Name] duduk di kursi sementara dirinya mengambil kotak obat. Setelahnya ia langsung mengolesi salep luka bakar di tangan [Name]. Gadis itu kebingungan melihat tindakan Geto saat ini.
"Geto-sama?"
"Diamlah!" [Name] langsung diam setelahnya. Geto melirik kaki gadis itu. Terlihat banyak luka memar di sana. Pasti itu karena [Name] berlarian ke sana ke mari tanpa alas kaki. Pria itu kemudian berlutut dan segera mengobati kaki gadis itu.
"Eh? Geto-sama!"
"Sudah kubilang diam. Dan berhenti memanggilku seperti itu. Aku punya nama." [Name] mendengus pelan. Aneh sekali melihat seorang Geto bersikap seperti ini. Setelah mengobatinya, Geto kemudian meminta pelayan membawakan makanan untuknya.
"Makan dan segeralah kembali. Kau masih punya kuncinya, 'kan?" [Name] menelan ludah. Ternyata Geto masih bersikeras agar dirinya kembali ke apartemen. [Name] lantas menggeleng pelan.
"Saya sudah bilang akan tetap tinggal di kuil." Dahi Geto mengkerut. Gadis yang keras kepala. Ia menarik lengan [Name] dan memperlihatkan kondisi gadis itu padanya.
"Baru tiga hari dan tubuhmu sudah seperti ini. Aku bahkan tidak yakin kau akan bertahan sampai akhir pekan." [Name] terdiam memandangi Geto. Memang benar dirinya diperlakukan seperti hewan di kuil itu. Bahkan lebih buruk lagi. Tetapi tujuan gadis itu sudah ada di depan matanya. Ia tak mungkin menyerah hanya karena mendapat perlakuan tak menyenangkan. Baginya, ia masih bisa bertahan selama orang-orang itu tidak membunuhnya.
"Apa Geto-sama mencemaskanku?" [Name] bertanya dengan nada pelan. Ia menduga Geto akan memberikan respon penolakan. Tak ia sangkat pria itu malah memeluknya.
"Tentu saja aku cemas. Mereka bisa membunuhmu kapan saja." [Name] tersentak mendengar hal itu. Itu bukan hal yang ia prediksi. "Kalau terjadi apa-apa padamu, aku harus bilang apa pada kedua anak itu?"
[Name] mendengus pelan. Rupanya pria itu khawatir dengan respon si kembar. [Name] melepas pelukan Geto dan tersenyum pada pria itu. "Saya baik-baik saja Geto-sama."
Geto berdecih pelan. "Seharusnya aku membunuhmu waktu itu." Geto memalingkan wajahnya dan beranjak pergi meninggalkan [Name] sendirian di kamarnya. Sebelum itu, ia meminta gadis itu menghabiskan makanannya lalu segera pergi.
[Name] terkekeh pelan memandangi pintu kamar Geto. Beberapa tangan-tangan pucat kemudian muncul memeluk tubuhnya.
"Yang Mulia ... "
[Name] mengambil sepotong kue di atas nampan dan memakannya. "Ini pasti akan menyenangkan," lirihnya.
.
.
.
.
.
.Hayooo apa tuh? Mencurigakan si nem ini
Siapa sebenarnya dirimu nem? Kamu bikin aku pusing aja
Kepada para pembaca...
Terima kasih udah baca ><
KAMU SEDANG MEMBACA
<HIATUS> Come With Me || Geto Suguru
FanfictionAku tak pernah menyangka akan terlibat dengan orang seperti dirinya. Aku tak pernah menyangka bahwa tindakanku menyelematkan anak-anak itu akan membawaku padanya. Orang paling keji yang pernah kutemui. Dia menganggap manusia yang berbeda dengan dir...