Setelah satu minggu yang menyiksa, Geto benar-benar melampiaskan rasa rindunya dengan membabi buta. [Name] ia kurung di kamarnya dan tidak membiarkan wanita itu berinteraksi dengan orang lain selain dirinya. Saat ini nominasi pria paling posesif dan pencemburu mungkin sudah dipegang oleh Geto Suguru.
[Name] sendiri senang-senang saja. Toh Geto tidak melakukan hal yang buruk padanya. Malahan pria itu terus bertingkah manja padanya. Di matanya Geto terlihat seperti seorang anak kecil yang haus kasih sayang.
Contohnya saja saat ini, pria itu tengah berbaring di pangkuan [Name] dengan tangan wanita itu yang terus mengelus kepalanya. Sedetik saja tangan [Name] terhenti, Geto akan menampilkan wajah cemberutnya.
[Name] yang melihat itu tak tahan untuk mengusilinya. Ia kadang sengaja berpura-pura mengucek matanya atau memperbaiki rambutnya. Geto yang kesal pun akan langsung menarik kembali tangan [Name] agar tetap menyentuh kepalanya.
"[Name]," panggil Geto pelan. [Name] membalasnya dengan dehaman pelan. Beberapa detik mereka berdua hanya bertatapan. Kemudian tiba-tiba Geto berkata, "Cium aku."
[Name] tersenyum kecil. Ia menunduk untuk menghilangkan jarak. Begitu bibir keduanya bertemu, tangan Geto dengan cekatan menarik tengkuk [Name] dan memperdalam ciumannya. Ia melumat dan mengecap bibir ranum itu seperti orang yang kehausan.
[Name] tidak mampu menyaingi tempo milik Geto. Paru-parunya sudah kehabisan stok oksigen. Ia meremat lengan Geto sebagai isyarat. Pria itu melepas tautannya namun begitu [Name] menarik napas, dirinya kembali menyatukan bibir mereka.
Geto melingkarkan lengan pada pinggang [Name]. Dalam sekejap ia merubah posisi keduanya. Dengan mudahnya ia mengangkat tubuh [Name] dan membawanya ke pangkuannya tanpa memutus ciuman mereka.
[Name] sendiri hanya pasrah di bawah dominasi Geto. Ketika ciuman yang panjang itu berakhir, yang tersisa adalah bibir [Name] yang sedikit membengkak. Geto menatapnya sebentar dan memberikan kecupan lembut di sana.
"Itu benar-benar belum selesai?" Geto bertanya dengan ekspresi memelas. [Name] yang melihat itu merasa gemas sekaligus kasihan. Ia lalu tersenyum dan mengecup pelan pipi Geto.
"Maaf ya Suguru-San, tapi ini baru hari kedua." Alis Geto menukik. Nampak jelas merasa kecewa. [Name] terkekeh kecil, kemudian mengecup pipi Geto sekali lagi. "Begini saja, bagaimana kalau kita pergi kencan?"
Geto tidak terlihat senang saat mendengarnya. "Aku tidak suka itu. Ada banyak monyet yang suka melirikmu di luar sana." [Name] mendengus pelan. Ia sudah menduga Geto akan mengatakan hal itu.
"Aku tahu tempat yang cocok. Hanya ada kita berdua."
Sekarang ekspresi Geto menjadi sedikit antusias. Rautnya wajahnya nampak begitu penasaran dengan tempat yang dimaksud. [Name] seolah dapat melihat telinga dan ekor anjing yang bergerak-gerak menunggunya untuk bicara.
Menggemaskan sekali
* * *
Kota Matsue, prefektur Shimane. Sebuah kota nelayan yang unik. Letaknya cukup jauh dari Tokyo, namun bukan hal yang sulit ditempuh oleh pengguna kutukan seperti Geto. Ia bisa dengan mudah membawa dirinya dan [Name] ke sana.
Jika dibilang itu adalah tempat yang sepi, tentu saja sangat salah. Ada begitu banyak pengunjung yang datang ke sana untuk melihat kompleks istana Matsue yang terkesan mistis. Banyak legenda dan dewa-dewa yang katanya tercipta di sini. Karena itulah kuil-kuil yang ada di sana pun ramai dengan wisatawan.
"Kita tidak hanya berdua di sini," keluh Geto saat mereka tiba di sana.
"Bersabarlah, Suguru-san. Kita akan segera ke sana." [Name] berusaha menenangkan Geto yang nampak ingin mengumpat.
KAMU SEDANG MEMBACA
<HIATUS> Come With Me || Geto Suguru
FanfictionAku tak pernah menyangka akan terlibat dengan orang seperti dirinya. Aku tak pernah menyangka bahwa tindakanku menyelematkan anak-anak itu akan membawaku padanya. Orang paling keji yang pernah kutemui. Dia menganggap manusia yang berbeda dengan dir...