Rabu sore, hujan mengguyur kota Tokyo. [Name] memandangi tumpahan air itu. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Tak ada seorang pun yang menemaninya di halte itu. Bahkan tak ada kendaraan yang lewat. Padahal sudah hampir satu jam ia menunggu.
[Name] mendengus pelan. Ia berharap hujan itu segera berhenti. Sejujurnya ia merasa sedikit takut. Sejak tadi ia merasakan ada sesuatu yang tengah mengawasinya. Hawa dingin yang ia rasakan sangat berbeda dengan hawa dinginnya hujan.
[Name] meremat kain roknya. Tubuhnya terasa lemas. Ia sudah lelah menunggu. Ingin menghubungi orang tuanya, tetapi tak ada telpon umum di sekitarnya. Jika ada pun, ia tidak yakin bisa mencapainya karena hujan yang begitu lebat.
[Name] berdecak sebal. Ia merutuki diri sendiri karena tidak membawa payung ke sekolah. Sebentar lagi sore akan berganti malam dan dirinya masih terjebak di halte itu. Lama sekali, oh Dewa tolong hentikan hujan ini, batinnya.
Terdengar suara guntur yang cukup keras. [Name] tersentak dan langsung menutup telinganya. Tanpa sadar, gadis itu mulai menangis. Ia benar-benar merasa takut. "Uh, tolong, siapapun, aku ingin pulang. Kumohon semoga ada kendaraan yang lewat," gumamnya.
[Name] masih menutupi telinganya. Matanya terpejam dengan kepala yang menunduk seolah sedang meringkuk.
Lagi, ia memandang [Name]. Surainya yang hitam dan panjang melambai diterpa angin. Meski begitu, matanya tak bisa lepas dari sosok gadis itu. Perlahan sesuatu mulai menggeliat mengelilingi tubuhnya. Dua makhluk mengerikan itu berusaha mendekat, mencapai lengan si gadis.
[Name] tersentak. Ia bisa merasakan keberadaan makhluk itu. Rasa takutnya semakin besar. Kepalanya mendongak, perlahan menoleh ke kanan. Lalu tiba-tiba saja lengannya ditarik ke kiri.
[Name] memekik lantaran terkejut. Tubuhnya meronta, berusaha lepas dari siapapun yang tengah menahannya sekarang.
"Aku tidak punya apa-apa, kalau mau, ambil saja tas milikku. Kumohon jangan sakiti aku."
[Name] begitu panik dan mulai menangis lebih keras. Orang yang membuatnya seperti itu menatap malas. Ia mencengkram kedua bahu gadis itu dan berusaha menenangkannya.
"Hei gadis gila, tenanglah. Ini aku."
Suara yang familiar. Tubuh [Name] seakan membeku saat mendengarnya. Matanya mengerjap untuk menghilangkan air mata yang menutupi pandangannya. Mata itu kemudian melebar saat mengenali wajah di hadapannya.
"Geto ... -sama?"
* * *
Geto menyodorkan secangkir coklat panas untuk gadis itu. [Name] menerimanya dengan perasaan ragu. Apakah ada racun di minuman itu? Apa itu aman untuk diminum?
Geto menyadari kegelisahan gadis itu dari raut wajahnya. Ia menghela napas panjang dan berkata, "Tidak ada apapun. Itu hanya coklat panas." Keraguan [Name] tidak hilang setelah mendengar itu. Tetapi ia tetap meminumnya karena merasa sangat lapar.
Enak sekali
Geto dapat menebak isi gati gadis itu setelah melihat ekspresinya. Pria itu merogoh sakunya, mengeluarkan sepucuk surat dan melemparnya pada [Name].
Gadis itu terdiam menatapnya. Tangannya ingin mengambil benda itu, tapi dirinya terlalu takut dengan sosok di hadapannya. Geto memutar mata. Ia menatap tajam gadis itu seolah menyuruhnya untuk segera membaca surat itu.
[Name] buru-buru meraihnya dan membuka isinya. Tak butuh waktu lama baginya untuk memahami isi surat itu. Hanya saja, ia merasa bingung dengan tujuan Geto yang menyerahkan itu padanya.
"Anak-anak ingin kau datang," ujar Geto seolah dapat membaca pikiran [Name].
Gadis itu terdiam sejenak. Berusaha mencerna ucapan pria di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
<HIATUS> Come With Me || Geto Suguru
FanfikceAku tak pernah menyangka akan terlibat dengan orang seperti dirinya. Aku tak pernah menyangka bahwa tindakanku menyelematkan anak-anak itu akan membawaku padanya. Orang paling keji yang pernah kutemui. Dia menganggap manusia yang berbeda dengan dir...