Geto tidak menyangkah bahwa pertengkaran antara [Name] dan para pengikutnya akan berlanjut keesokan harinya. Mereka semua yang dulu mulai menerima wanita itu, kini kembali menindasnya. [Name] kembali diperlakukan seperti budak rendahan.
Geto sendiri tidak bisa melakukan apa-apa. Jika dirinya membela wanita itu, maka yang lainnya akan kembali menuntut keadilan padanya. Di saat seperti ini ia hanya bisa berharap pada si kembar yang selalu membantu wanita itu.
Hari yang ditentukan semakin dekat. Namun, mustahil bagi Geto pergi jika situasi [Name] sangat buruk seperti ini. Akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi wanita itu di kamarnya dan berusaha membujuknya untuk meminta maaf kepada yang lainnya.
"Tidak! Aku masih tetap tidak setuju. Aku tidak akan biarkan kalian pergi." Penolakan itu akhirnya membuat Geto kesal juga. [Name] sangat keras kepala. Padahal Geto hanya berusaha untuk melindunginya.
"Kenapa kau tidak mau mengerti, [Name]. Ini demi kebaikanmu juga."
"Aku tidak mau. Kalau Suguru-san tetap ingin melakukan rencana itu, Suguru-san bisa membunuhku seperti ucapan mereka."
Geto tersentak. Ucapan [Name] kali ini sudah keterlaluan. Ia meraih lengan wanita itu dan menyeretnya keluar dari kamarnya. Sepanjang jalan, orang-orang memperhatikan mereka.
Nanako dan Mimiko yang melihat dari jauh langsung menghampiri keduanya. "Geto-sama, apa yang kau lakukan? Kaki kakak terluka, berhenti menariknya." Ucapan keduanya diabaikan. Geto terus menarik [Name] hingga mereka keluar dari area kuil. Barulah saat itu Geto melepaskan tangan [Name] dengan kasar. Wanita itu langsung jatuh tersungkur di atas tanah bersalju.
"Kakak!" Nanako dan Mimiko segera membantu [Name] untuk berdiri. "Apa yang Geto-sama lakukan? Kenapa sangat kasar kepada kakak?" Nanako memekik di hadapan pria itu. Padahal sebelumnya tak pernah si kembar berani bersikap kurang padanya.
"Jangan lihat aku. Tanyakan pada kakak kalian yang keras kepala itu." Nanako tertegun sementara Mimiko memeriksa tubuh [Name].
"Kakak hanya khawatir pada kita semua. Geto-sama tidak perlu sekasar itu." Kali ini Mimiko yang berseru. Ia sudah kesal dengan orang-orang kuil yang berperilaku kasar pada [Name], ditambah lagi Geto juga ikut seperti itu. Ia tidak tega melihat bekas kemerahan di pergelangan tangan [Name] akibat cengkraman Geto tadi.
"Dia yang memintaku seperti ini. Sekarang coba tanyakan, apa sebenarnya yang menjadi masalahnya sampai harus membuat kericuhan seperti ini." Nanako dan Mimiko terdiam. Sekarang mereka berbalik memandang [Name]. Sejujurnya mereka juga penasaran dengan alasan wanita itu yang terus bersikukuh.
"Hal buruk akan terjadi."
"Kau terus mengatakan hal itu. Hal buruk apa yang kau maksud, [Name]?"
[Name] menggigit bibir bawahnya. Hal itu tak bisa ia beritahukan karena akan melanggar hukum kausalitas. Diamnya wanita itu sudah cukup menjadi jawaban bagi Geto.
"Aku tidak butuh ijinmu untuk memulai rencanaku. Mulai sekarang kau akan dikurung sampai aku kembali." Geto berniat menarik tangan [Name] kembali, tapi wanita itu lebih dulu mendorongnya.
"Apa kau yakin bisa kembali? Apa kau bisa mengalahkannya? Dia yang terkuat, kan?"
"Apa?"
"Kau bukan Gojo Satoru, Suguru-san. Rencanamu ini terlalu konyol. Kalau kau sekuat dia, aku juga tidak akan seperti ini. Kau tidak akan bisa melakukannya karena dirimu bukan Gojo Satoru!"
Geto terkesiap. Kata-kata itu tak pernah ia sangka akan keluar dari mulut [Name]. Padahal ia tahu benar seperti apa perasaannya, tetapi wanita itu malah membandingkan dirinya dengan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
<HIATUS> Come With Me || Geto Suguru
FanfictionAku tak pernah menyangka akan terlibat dengan orang seperti dirinya. Aku tak pernah menyangka bahwa tindakanku menyelematkan anak-anak itu akan membawaku padanya. Orang paling keji yang pernah kutemui. Dia menganggap manusia yang berbeda dengan dir...