Chapter 1

1.5K 91 2
                                    

First-person POV : Jade

Aku terbangun dengan kain menutupi mulut dan sebagian hidungku, kaki dan tanganku terikat dan aku terduduk disebuah kursi ditengah tengah ruangan gelap yang hanya diterangi lampu diatas kepalaku.

Chloroform. Shit shit shit shit, aku harus menyingkirkan kain ini dari mulut dan hidungku. Kugerakkan mulutku dan hidungku sebisa mungkin untuk menyingkirkan kain ini. Ikatannya mengendur dan kainnya mulai turun keleherku.

"Hei, assholes!" Aku berteriak memancing siapa orang yang menculikku kali ini. Ini bukan kali pertama aku diculik, seingatku ini yang ke 6 kali.

"Well well... The princess sudah bangun." Satu laki laki muncul dari gelapnya ruangan ini.

"Siapa kau?"

"I'm your kidnapper, stupid." Laki laki jelek itu melangkah mendekat kearahku, menyentuh bekas luka yang melentang dimata kananku. "Kau cantik walaupun wajahmu memiliki bekas luka," kata laki laki jelek itu. "Kau ingin kembali ke ayahmu atau menikah denganku?"

Kuludahi wajah laki laki jelek itu. "Kau tidak tahu malu, eh tua bangka? Kau bisa dipenjara karena menikahi anak dibawah umur, bodoh."

Berfikir, Jade, berfikir. Aku harus keluar dari sini. Mereka membuang buang waktu dengan menculikku karena pada akhirnya mereka tidak akan mendapatkan apa apa selain mati.

Laki laki jelek itu mencekik leherku. "Jalang kecil, kau benar benar pemberani diluar ekspektasiku."

God, help. Oksigen mulai berhenti masuk kedalam pernapasanku tapi aku harus tetap berfikir! Fucking God.

Jesus! Aku hampir lupa kalau aku memiliki pisau kecil dilengan jaketku. Tangan kiriku meraih lengan kananku, merogoh kedalam celah dan mengambil pisau yang biasa lekat disana.

Aku menggesekkan pisauku perlahan ketali yang mengikat kedua pergelangan tanganku. Laki laki jelek itu melepaskan cekikannya dileherku dan mulai berbicara, "Jadi kau ingin dikembalikan keayahmu?"

"Yup. Minta tebusan berapapun dan dia akan membayarnya." Bullshit. Ayahku tidak akan menebusku, dia akan membiarkanku menyiksa semua penculik yang berani menculikku.

"Bagaimana jika 5 juta pounds?" ucap laki laki jelek itu mengentuk ngetuk dagu dengan telunjuknya.

"5 juta? Kau memberiku harga 5 Juta? Minta 5 Miliar, ayahku banyak uang, kau menghinanya jika hanya meminta 5 juta." Terlepas, ikatan dipergelangan tanganku terlepas.

Laki laki itu mendekatkan wajahnya padaku hingga aku bisa merasakan napas busuknya. "Ide bagus," katanya.

Tanpa banyak bicara, kuhantam kepalaku dengan bibir laki laki jelek itu. Dia meringis, mengumpat dan memundurkan posisinya. "Sialan!"

Aku meraih pistol yang tersimpan disaku jaketku. Bodohnya mereka tidak menggeledahku dan mengambil senjata yang kubawa. Aku menarik trigger pistolku dan menembakkannya dikaki laki laki jelek itu saat dia lengah mengusap darah dibibirnya.

Jeritannya meraung, laki laki itu terjatuh kelantai. Ini kesempatanku untuk membuka ikatan dipergelangan kakiku sebelum anak buahnya datang.

Saat aku berhasil membuka ikatan dipergelangan kakiku, lima laki laki bersenjata masuk kedalam ruangan. "Hai," sapaku pada kelima laki laki itu.

Aku mengambil sniper yang terikat dipinggang laki laki jelek yang kutembak. Kutarik trigger sniper itu dan mengarahkannya pada kaki kelima laki laki yang ada dihadapanku. Mereka tidak menembakiku karena mungkin bos mereka tidak ingin aku cacat karena jika aku cacat, mereka fikir ayahku akan membayar murah tebusan untuk mereka.

"Hei, asshole? Are you alive? Eum... meet your death angel then." Aku menembak dada laki laki jelek yang terkapar dilantai itu beberapa kali hingga aku puas.

Aku keluar dari ruangan gelap itu, berjalan dengan santai melewati penjaga penjaga lain yang setiap kulewati, aku menembak kaki mereka. Saat mencampai pintu terakhir, aku membuang pistolku kedalam dan aku berjalan keluar rumah tua itu.

1... 2... 3...

Rumah itu meledak dan terbakar.

————————

"Father," ucapku saat masuk kedalam rumahku. Dengan penampilan lusuh seperti habis diculik. Well... i was kidnapped.

"Dear god, princess, dari mana saja kau?" tanya ayah melirik dari berkas yang ia baca kearahku. "Jangan beritahu aku jika kau diculik lagi."

"Bisa dibilang iya."

"Apa yang kau lakukan kali ini?"

"Meledakkan rumah tempat dimana aku disembunyikan." Aku membersihkan sela sela kuku ku yang terdapat kotoran. "Menggunakan pistol rancanganku."

"It works?" Ayah menutup berkas yang ada ditangannya seolah tertarik dengan topik pembicaraan ini. Ayah selalu tertarik dengan pistol.

"Works so well." Aku membuka jaket kulitku, menjatuhkannya kelantai dan berakhir diambil oleh asisten rumah tangga yang bekerja dirumahku. "Akan meledak jika terbentur dilantai setelah delapan kali tembakan," jelasku.

"Kau jenius." Ayah berdiri, menepuk pelan puncak kepalaku. "Kita akan mengurus berkas, proposal dan produksi setelah itu baru kita pikirkan launching," ucapnya bermonolog sambil mengetuk ngetuk ujung pulpen didagunya.

"No," sambarku tak setuju. "Aku tidak mau menjual pistol desainku yang ini."

"Princess, don't be silly. Ini desain pistol pertamamu tanpa bantuanku, kau yakin?"

"It's too dangerous, too risky."

"Ingat motto kita, princess?"

Fucking, holy, trinity fuck. Terkadang harus menggunakan kesabaran ekstra menghadapi ayah.

"Dangerous in our veins," jawabku malas.

"That's it!"

"But, seriously, Father. Ini terlalu berbahaya, bisa menjadi bom waktu untuk kita. Jika kita menyebarluaskan pistol ini, polisi akan datang pada kita dan itu tidak baik untuk Meadow's Shot karena polisi dan pemerintah tidak akan percaya pada kita lagi," jelasku. Tidak, ayahku tidak bodoh. Dia hanya ingin tahu bagaimana jalannya otakku.

"Well done, princess, im so proud of you." Ayah bertepuk tangan pelan mendekat kearahku. "Jadi... apa yang ingin kau lakukan dengan desainmu?" tanyanya.

"Aku tetap ingin memproduksinya tapi hanya untuk kita. Kau, aku, Marcus dan anggota Meadow's Shot lainnya."

"Kau bisa melakukannya sendiri, kan?"

"That's a reason why you make me the commander, you can trust me."



















































segitu dulu ya chapter pertamanya

cerita sebelah nanti, belom ada stok hehe

kali ini agak beda dari cerita yg lain yg biasanya pake pov orang ketiga, pengen nyoba nyoba kek penulis luar wkwk

Defouted  || Mattheo RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang