Chapter 13

520 55 4
                                    

First-person POV: Jade

I was the black dahlia, and she is the peony.

Hari ini hanya kutipan itu yang ada dikepalaku. Kutipan baru yang kudapat dari buku harian Ruby. Dimana aku harus mencari arti bunga dahlia hitam dan peony?

Ruby memang sangat suka pada bunga. Tapi maksudku... tidak seperi ini. Jika seperti ini, siapa yang susah? Aku.

Dan sekarang dimana aku? Tidak lain dan tidak bukan, perpustakaan. Kau bisa mendapatkan apapun di perpustakaan. Itulah kenapa aku suka duduk di perpustakaan berjam jam, walaupun kadang bertemu Riddle.

Tapi hari ini aku tidak melihat dia disini, bahkan dimana pun.

"Kenapa dia memanggilmu love?" Suara Azriel tiba tiba menggema disekitarku yang artinya dia baru saja datang.

Dia terus menanyakan hal itu padaku sejak kemarin. "Kita tidak akan membicarakan itu lagi," jawabku kembali memfokuskan pandanganku pada buku yang kubaca.

"Kau tidak bisa menyembunyikan sesuatu dariku, Jade, we're in a relationship." Suara Azriel semakin keras dan nadanya meninggi. Jesus, aku lelah dengan drama seperti ini.

"God, Az, can you shut the fuck up?! Kita ada di perpustakaan."

"Sorry," ucap Azriel seketika diam. Aku melirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul delapan, artinya jam malam akan segera dimulai dan aku harus segera kembali keasrama jika tidak ingin ada didalam masalah lagi.

Aku membawa buku yang kubaca bersamaku untuk diberikan pada madam Pince agar dicatat karena aku ingin meminjamnya. Azriel mengikutiku dari belakang tanpa berkata apapun.

"Good night, madam Pince, thank you," ucapku setelah madam Pince menandai dan mencatat buku yang kupinjam dibuku yang dia miliki.

Aku berjalan dengan diam diikuti Azriel disampingku yang juga diam seribu bahasa. Sepertinya dia merasa bersalah karena sejak kemarin menuduhku yang tidak tidak dengan Riddle.

Aku tidak tahu harus marah atau biasa saja karena jika dia mengatakan aku memiliki sesuatu dengan Riddle...itu benar, kami berciuman tapi kami tidak memiliki hubungan apapun jadi Azriel tidak berhak menuduhku.

"Jade, kau marah?" tanyanya. Dia melirik kearahku dengan mata yang berbinar.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau diam?"

"Aku kesal, sejak kemarin kau membahas itu sedangkan kepalaku sedang penuh."

"Maaf. Kuantar keasramamu?"

Aku diam sejenak, pura pura berfikir untuk menjawab tawarannya. Lalu aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum.

"Come here." Azriel meraih wajahku dan menempelkan bibirnya denganku. Cecapan bibirnya terasa hangat membuatku tak ingin melepaskannya.

Azriel membawaku kedinding, menghimpitku disana dan memegangi kepalaku. Dia terus mengecup bibirku hingga aku kehabisan oksigen, membuatnya berpindah mengecup leherku dan daun telingaku sambil berbisik, "You're gorgeous, the most beautiful girl i've ever seen."

Bisikannya itu membuatku cekikikan sekaligus geli karena dia berbisik dan nafasnya terasa dikulitku.

Tapi kehangatan itu buyar begitu saja saat kami mendengar suara batuk. "Hati hati, Filch mungkin sudah berkeliaran sekarang  dengan kucingnya," kata suara itu. Tuhan, bisa tidak sehari saja tanpa gangguan Riddle?

"Fuck off," balas Azriel terdengar kesal. Well...siapa yang tidak kesal saat sedang berciuman malah diinterupsi?

"Memaki, huh? Memaki hanya untuk orang yang tidak memiliki kosa kata yang bagus," ucap Riddle dengan senyum lebar diwajahnya.

Defouted  || Mattheo RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang