First-Person POV: Mattheo
Rambutnya memiliki aroma Stroberi saat dia melewatiku, masuk kedalam kamarku. Dia duduk diatas ranjang Rosier, menungguku sambil menatap langit langit kamar.
Aku berusaha untuk tidak menatapnya sekarang karena... Tuhan, lihat dirinya. Bajunya basah membuat dadanya terlihat jelas dari kain putih yang memeluk tubuhnya.
Membuka lemari pakaianku, aku mengambil satu kemeja putih yang kurasa pas untuknya. "Ini, gantilah bajumu, aku akan menunggu diluar," kataku memberikan kemeja yang baru saja kuambil.
"Terima kasih," ucapnya pelan.
"Ketuk saja jika kau sudah selesai, aku ada tepat dibalik pintu."
Ruby mendongak dan menganggukkan kepalanya. Damn, this girl. Aku tidak tahu apa yang ada didalam gadis ini, tapi aku merasa jika kami memiliki sesuatu dimasa lalu. Entah reingkarnasi benar benar ada atau tidak, mungkin itu yang sedang terjadi.
Like... she was made for me and i made for her.
Aku tidak bisa membiarkannya sendirian. Dia sangat rentan dan harus ada dalam penglihatanku, selama aku masih bernafas tak akan ada yang bisa membuatnya terluka.
Aku berjalan menuju pintu dan menutupnya, membiarkan Ruby didalam untuk berganti baju. Aku menyandarkan kepalaku kepintu, menyadarkan kembali diriku, mengingat apa rencanaku datang kesini.
Setelah mendengar Ruby juga memiliki rencana datang kesini dan melihatnya memegang pistol dan menodongkan pisaunya, aku yakin dia bukan gadis biasa, dia seperti sudah terlatih akan hal itu.
Maksudku... Dia Ruby Meadow, putri tunggal Graham Meadow. Siapa yang tidak mengenal Graham Meadow? Miliarder, CEO perusahaan senjata api legal pertama di London.
Pastinya dia juga sudah mengatur strategi mengenai rencananya.
Aku mendengar ketukan pelan dari dalam, yang menandakan Ruby sudah selesai berganti baju. Kubukakan pintu untuknya dan kali ini terkutuklah diriku. Melihatnya dengan kemejaku? Ide buruk.
"Kau sudah selesai?" tanyaku. Pertanyaan macam apa itu? Kau melihatnya berdiri dengan kemejamu, tapi kau malah bertanya "Kau sudah selesai?" bodoh, Mattheo, sangat bodoh.
Dia tidak menjawab pertanyaanku. Lagi pula pertanyaan itu tidak penting untuk dijawab. "Can i go now?" dia bertanya.
"Yeah, let me walk you to your dorm."
Tegang dan canggung. Itulah yang kami rasakan saat aku mengantar Ruby kembali ke asramanya. Dia tak banyak bicara, yang dia lakukan hanyalah berjalan sambil menundukkan kepalanya.
"Aku bukan Ruby," ucapnya tiba tiba. Aku tidak mengerti apa yang dimaksudnya "Aku bukan Ruby." Jika dia bukan Ruby, siapa dia?
"Apa maksudmu kau bukan Ruby?" tanyaku menginginkan penjelasan.
"No, never mind," sambarnya begitu cepat setelah pertanyaanku.
"Kau membuatku bingung, love."
"Tidak perlu bingung, aku sudah mengatakan lupakan."
Seketika warna diwajahnya menghilang. Ruby terlihat pucat tak seperti biasanya yang pipinya selalu merona dan bibirnya juga tidak semerah biasanya.
"Stop staring at my lips," sergapnya merengut kesal. How can i stop? Apa lagi disaat seperti ini dengan bibir cemberutnya. God, she's so cute.
Aku sebaiknya tidak, tidak, dan tidak menatapnya sekarang. Ide buruk melihatnya seperti ini karena yang hanya ingin kulakukan sekarang adalah membawanya kembali kekamarku dan membuatnya tidur disampingku, tidak melakukan apapun hanya memandangi wajahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/332378417-288-k927281.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Defouted || Mattheo Riddle
FanficSlytherin boys series #2 Ini bukan tentang The-boy-who-lived. Ini tentangku yang harus menggantikan posisi saudari kembarku untuk bersekolah disekolah sihir terbesar di Inggris. Dia menyembunyikan banyak rahasia tentang dirinya sebelum dia pergi. Tu...