Don't like me-! (Diculik)

1.1K 53 2
                                    

Sekolah hari ini sudah berakhir, para siswa dan siswi SMA ANTARIKSA bergerumun keluar kelas untuk menuju motor masing-masing. Entah mereka ingin pergi nongkrong atau pulang kerumah Alan tak perduli. Dia ingin sekalipulang secepatnya tanpa menunggu kakak sialannya itu, dia tak ingin melihat guru psikopat itu untuk hari ini.

Di koridor yang panjang itu dia berlari bak dikejar hutang, dia tak perduli tatapan heran semua orang disekitarnya. Setidaknya dia harus lolos dulu dari guru itu. Sejenak dia berhenti di sebuah tangga yang dimana tangga tersebut akan membawanya langsung ke halaman sekolahnya, dia menetralisir detak jantungnya yang ngos-ngosan habis berlari.

"percuma kamu lari-lari kayak gitu, karena saya bakal nemuin kamu dimana pun kamu berada" ucap seseorang dari belakangnya

Bu Kalista tersenyum sambil memandang remeh kepada Alan

"kamu ngehindarin saya hm?"

". . . "

"jawab Alan, kalau tidak saya bakal ngulang masa lalu kamu"

"engga"

"engga? Kalau gitu ayo ikut saya. Bukankah kita ada les?" Tanya kalista sambil berjalan turun

"saya ga mau, saya kan udah bilang. Saya selesai les privatnya sama ibu" balas alan

"....ohh jadi kamu ga mau???"

.

.

.

.

"AAAAKKKHH BU! LEPASIN SAYA BUUU. JANGAN CULIK SAYAAA" teriak Alan

Mereka akhirnya tiba di rumah besar nan mewah Kalista, Alan tak dapat memungkiri bahwa kali ini dia benar-benar diculik. Ia sempat kaget karena setelah kalista mengikat tangan dan kakinya, ia di gendong seperti karung beras. Dan wanita itu malah dengan santainya lewat didepan para guru. Saat ini pula Alan sedang digendong ala pengantin oleh gurunya itu, dia sempat berpikir bahwa gurunya ini sudah gila

"teriakan kamu lumayan juga, hampir membuat telinga saya tuli. Tapi itu hampir"

"woi bu! maksud ibu apaan pake nyulik-nyulik saya segala"

"Saya cuma pengen milikin kamu buat diri saya sendiri" balas bu kalista dengan entengnya

"maaf ya bu, kayanya saya lagi mimpi. Makanya salah denger, saya tidur dulu buat bisa bangun dari mimpi buruk ini" ucap Alan sambil memejamkan matanya

Kalista menghela nafas. Kemudian menghimpit jarak mereka berdua, bisa Alan rasakan nafas gurunya itu sampai ke dahinya

"Mungkin setelah kamu bangun, kamu akan kaget karena akan berada disebuah kamar asing dengan sebuah tangan putih yang melingkar di pinggangmu"

Alan dengan cepat membuka matanya lebar-lebar, dan terlihat kalista dengan senyuman khasnya berada sangat dekat dengannya. Bahkan bibir mereka hanya berjarak lima senti. Dengan sigap pula alan menjauh dari gurunya itu, namun naas karena dia sedang berada di gendongannya Kalista yang sedang berjalan jadi mustahil baginya bisa lari. Ditambah tangan dan kaki yang terikat membuatnya susah untuk melepaskan diri

"jangan pikir bisa lari lagi dari saya Alan, saya tak segan-segan memotong kedua kakimu itu"

"bu, udah jangan kayak gini. Mending ibu tobat dah"

"kalau saya tobat, kamu mau nikah dengan saya?"

"ihh, engga lah"

Kalista menghentikan langkahnya, dan itupun karena mereka sudah sampai disebuah kamar milik kalista sendiri. Dia tak lagi membalas perkataan anak didiknya itu, wajahnya yang tertutup poni karena terus menunduk.

'astaga apa gue salah?' batin alan

"sepertinya saya harus paksa kamu buat nikah dengan saya"

"Maksud ibu ap-"

Belum sempat Alan bertanya, Kalista dengan tiba-tiba melemparnya pada sebuah ranjang empuk. Dapat Alan rasakan bahwa punggungnya remuk karena berbenturan dengan tas yang ia bawa.

"akhh"

"saya belum makan Alan, boleh saya makan kamu?" Tanya kalista sambil membuka laci yang berisi benda-benda tajam miliknya, seperti pisau, belati, kapak, dan lain sebagainya

Kalista mengambil gunting dari laci disekitar sana, tak lupa juga melepaskan satu persatu kancing kemeja yang ia gunakan.

"IBUU, IBU MAU APA BUU!! JANGAN BUNUH SAYA BU!!" teriak Alan

"diem Alan, kalau engga entar kamu terluka karena tergores"

"jangan bunuh saya bu, saya masih belum habis nonton one pice" ucap Alan sambil memelas

"Ibu ga bakalan bunuh kamu, ibu Cuma mau ngelepasin kamu dari ikatan ini"

Setelah berkata demikian, Kalista langsung memotong tali yang mengikat tangan dan kaki Alan. Alan berpikir sejenak, sebenarnya apa tujuan dari gurunya ini.

Lalu ia beralih dengan lemari pakaian miliknya, lalu mengambil sebuah rantai dan memakaikannya ke kaki Alan dan mengaitkannya pada kaki ranjang dengan gembok yang tak bisa orang lain buka. Alan menatap datar gurunya itu.

"apa bedanya kalau ini?"

Kalista tersenyum menatap alan, tak lupa mengelus pelan tangan Alan yang terikat tadi. Sedikit luka terlihat karena bekas ikatannya terlalu kuat, mungkin lain kali ia akan lebih hati-hati dalam memaksa Alan

"Kalau ini? Setidaknya kamu akan bebas untuk berjalan sekitar sini saja"

"tidak bisakah aku pulang?"

"tidak. Rumahmu sekarang adalah disini"

"aku mau pulang"

"cobalah sebisa mu, kalaupun kau keluar dari kamar ini kau akan langsung dibawa masuk lagi oleh bawahanku"

Kalista berjalan menjauh dari Alan, wanita itu hendak memasak makanan yang spesial untuk Alan. Tapi sebuah suara lagi-lagi menghentikan langkahnya..

"kenapa kau mengincarku?"Tanya Alan

"karena aku menyukaimu"

"sejak kapan kau menyukaiku? Bukankah kita baru saja bertemu?"

Kalista Nampak diam sebentar lalu menghela nafas kembali

"sejak, sebelas tahun yang lalu. Aku menyukaimu waktu itu, makanya aku sengaja tidak membunuhmu dan memilih anak gadis itu, untung aku tidak berhasil ditangkap. Sehingga aku dapat membuat sebuah perusahaan dan mewujudkan cita-citaku, yaitu mendapatkannmu"

Alan terdiam mendengar penjelasan Kalista, ia hampir tak menyangka bahwa gurunya itu seorang psikopat. Dan sekarang? Kalista malah terobsesi berat dengannya. Mungkin benar, kali ini ia tidak akan pernah lolos dari gurunya satu ini

"Bu, please don't like me.."

.

.

.

.

.

Tbc
Jangan lupa vote & coment~

Don't like me-! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang