[5] YunGi

92 4 0
                                    

Yunho sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Sedari tadi, ekspresinya tampak murung tak ingin diganggu. Biasanya walaupun masalah selalu menerpa hidupnya, Yunho akan selalu memasang senyum terbaiknya sepanjang hari di depan semua orang. Jika sudah begini, pasti kehidupannya sedang sangat kacau.

"Hisaplah." Mingi menyodorkan sepuntung rokok yang baru saja dia nyalakan. Yunho hanya melihatnya, kemudian menggeleng. "Baiklah, akan kubuang."

Baru saja Mingi ingin melempar rokok tersebut dan menginjaknya, Yunho mengambil rokok itu dengan cepat kemudian menghisapnya perlahan. "Jangan dibuang. Uangmu akan terbuang sia-sia."

Pemikiran yang selalu realistis. Apa-apa soal uang. Karena memang uang segalanya bagi mereka yang pas-pasan. Asap mulai menghambur di sekitar Mingi, tapi Mingi tidak terganggu sama sekali.

Raut wajah Yunho terlihat lebih rileks setelah menghisap zat adiktif itu beberapa kali. Mingi merasa cukup tenang. Setidaknya, dia berhasil membuat Yunho sedikit membaik.

Ngomong-ngomong, hari ini Yunho memakai baju lengan panjang. Seperti biasa. Dan tadi, Mingi tidak sengaja melihat area lengan Yunho saat baju itu sedikit tersingkap. Memperlihatkan beberapa bekas luka yang tampak masih segar, menemani beberapa luka goresan panjang nan dalam yang baru saja mengering.

Mingi menggenggam tangan Yunho yang bebas dari rokok. Matanya kembali mengarah pada manik temannya. "Jangan habiskan uang untuk membeli silet dan obat merah."

Yunho menghisap sejenak rokok yang diapitnya, kemudian menatap tangan Mingi yang sedang memegang tangannya sekilas. Menghembuskan asap itu tepat di depan wajah Mingi, setelahnya ikut tenggelam dalam manik kelam Mingi.

"Jangan pula habiskan uang untuk membeli pil tidur."

Tanpa bertanya "Mengapa?" "Ada apa?" "Apa kamu sedang ada masalah?", mereka paham akan satu sama lain. Cukup menelisik ke dalam manik masing-masing, seolah kedua manik tersebut diciptakan untuk menatap satu sama lain selama sisa hidup mereka.

Tanpa pula dengan kalimat penenang seperti "Tidak perlu khawatir, jangan takut, semuanya akan baik-baik saja.", keduanya tahu seberapa peduli mereka akan satu sama lain. Seberapa mereka tidak ingin kehilangan sosok yang merupakan separuh hidup mereka.

Jarak di antara mereka semakin terkikis. Dengan kening saling bersetuhan, keduanya tahu bahwa semuanya akan baik-baik saja selama mereka mempunyai satu sama lain. Usapan lembut yang diterima di surai masing-masing menjadi penutup untuk segala masalah yang sedang mereka berdua alami hari ini.

-----

By valentinesugarplumie

| UNO | [WooSan, JoongHwa, YunGi, JongSang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang