Dua setengah tahun mendatang, Xavier menemukan kehidupannya berkembang.
Tabungan simpanan semula tadinya akan digunakan untuk membiayai kuliah—dia tidak pernah ingin membebani orangtua tunggalnya dengan kebutuhan meskipun sang ibunda bisa saja memberikan apa yang ia inginkan dalam hitungan menit. Tidak, Xavier tidak bisa jika harus menyaksikan perempuan itu menangis melihat kondisinya sekarang, beliau pasti akan bertindak cepat dan mulai menata kembali kehidupannya seperti sediakala.
Tidak, Xavier tidak bisa menerima itu. Maka dengan usaha keras, dia memutuskan agar tabungan tersebut digunakan untuk merenovasi rumah juga membeli sebuah kendaraan roda dua bekas guna mempermudah perjalannya baik ke tempat bekerja maupun mengantar ketiga anaknya menempuh pendidikan dasar. Setiap pagi ia seumpama sebentuk ibu kangguru yang mengantongi anak-anaknya agar aman dari cengkeraman orang asing.
Yin dan Melissa berada di jok belakang sementara Julian duduk paling depan, Xavier akan menyetir motor dengan kecepatan sedang sembari membiarkan ketiga bocah tersebut memandang kawasan luas penuh pepohonan rindang. Dua saudara hiperaktif akan menyanyikan lagu yang mereka ingat semasa taman kanak-kanak, sementara Julian akan mengikuti meski nada suaranya teramat pelan untuk didengar oleh telinga awam.
Setelah mengantarkan ketiga primadona masuk ke sekolah masing-masing, Xavier akan beranjak menuju tempat kerja utama, mengawasi rak buku sembari mengelola kembali buku-buku yang perlu penanganan juga penggantian.
Hingga petang menjelang, dia menjemput para kerdil lalu memasak kudapan segar untuk mereka, meskipun rasanya sedikit asin dan dikomplain oleh si sulung. Julian tidak pernah berkomentar, dia seolah tumbuh menjadi bocah yang apatis jika terhadap kekurangan Xavier. Meskipun tampak dingin nan kelam, bocah bungsu satu itu sangat akrab dengannya, bahkan tidak pernah ingin keluar dari rumah jika Xavier tidak memberi izin atau bahkan mengajaknya lebih dulu. Dua jam dihabiskan dengan membereskan kekacauan setelah para bocah menghamburkan sisa makanan mereka, kemudian ia menidurkan Yin beserta Julian. Setelah suasana dirasa tenang dan tentram, ia memberikan tanggungjawab kepada Melissa selaku anak tertua untuk mengawasi adik-adiknya sementara pamit undur diri menuju toko. Setiap empat jam sekali, si pemuda dewasa akan menghubungi telepon rumah dan memastikan kepada si gadis belia bahwa kondisi kawanan kerdil masih di batas aman.
Berhubung kebutuhan semakin banyak, si pemuda merasa bahwa ia juga perlu sokongan tambahan guna memastikan kehidupan mereka terpenuhi dan layak seutuhnya. Ia mengambil pekerjaan sampingan sebagai _design illustrator_ untuk beberapa projek promosi barang. Pekerjaan itu diselesaikan setelah dirinya pulang dari toko, Xavier akan duduk semalaman menghadap layar monitor tua sembari menggariskan pena di atas alat penunjang, sesekali tampak menghela nafas frustasi mengingat idenya kadang datang, kadang surut ditengah jalan. Meskipun memuakkan, tetapi Xavier sadar bahwa pekerjaan ini adalah bagian dari kemudahan untuknya melanjutkan layaknya kehidupan. Terlalu larut dalam pekerjaan, dirinya sering lupa menghampiri ranjang dan memutuskan terlena mesra di atas meja kerja, lalu terbangun dengan kesibukan yang sama secara berulang.
Ada masa dimana Melissa merajuk ingin dibelikan barang-barang cantik sebagaimana dipunyai oleh teman seangkatannya, dan Xavier harus memutar otak mencari alasan penolakan bahwa sejatinya keuangan mereka hanya cukup untuk membiayai pendidikan, tabungan keamanan, serta kebutuhan harian. Minggu lalu perempuan kecil tersebut meminta dibelikan gaun manis untuk pesta ulangtahun teman sekelasnya, Xavier memanfaatkan mesin jahit yang jarang ia gunakan untuk membuatkan Melissa sebuah gaun selutut berwarna putih dengan tambahan motif bunga mawar. Beruntung, gadis itu tidak banyak meminta ini-itu dan justru senang menerima pemberian sang sosok dewasa, bahkan memuji bagaimana indah gaun buatan Xavier. Kadang ia mengeluh betapa perkembangan anak-anak apalagi menjelang pubertas sangat merepotkan, padahal dulu ia tidak demikian. Tetapi menyaksikan perubahan zaman dan era, dia sadar bahwa setiap orang harus menerima pengaruh globalisasi dan tetap memanfaatkan potensi yang dipunya untuk menutupi tiap kekurangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHT CHANGES
Fanfiction"A family is like a circle. The connection never ends, and even if at times it breaks, in time it always mends." - Nicole M. O'Neil • Xavier, remaja menjelang dewasa yang memutuskan kabur dari rumahnya justru harus menghadap realita dimana tiga kerd...