Di usianya yang sudah sedewasa ini, Xiao Zhan telah mengalami banyak permasalahan dalam kehidupan. Masa kecil yang kurang menyenangkan, kesepian, trauma bekepanjangan, cinta dan keluarga yang terlalu rumit untuk di hadapi seorang diri.
Beruntung, i...
... sebelum itu aku akan membawamu untuk menemui seseorang. Dia sudah menunggu kedatanganmu sejak lama, Xiao Zhan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Desir pasir putih tersapu ombak mengubur kedua kaki Xiao Zhan. Berjalan santai di sepanjang bibir pantai ditemani lembayung senja sedikit membuat rasa lelah dan pikiran yang kacau menjadi lebih rileks. Embusan angin menyapa, membawa helaian-helaian rambutnya menari-nari riang selagi mendengarkan deburan ombak yang saling bertabrakan.
Nyiur siluet pohon kelapa yang melambai-lambai membawa pandangannya mengedar ke sekeliling. Benar saja, Langit jingga yang tadi menemani setiap langkah kini perlahan-lahan menghitam. Bintik-bintik cahaya di atas sana satu per satu mulai bermunculan. Bulan sabit berwarna putih juga telah menunjukkan eksistensinya, seolah memberitahukan bahwa mulai detik ini hari akan dikuasainya.
“Xiao Zhan Gege, tidak mau kembali, huh?”
Suara yang terdengar lembut dan manis menyapa indra pendengaran. Xiao Zhan memutar badan dan menoleh ke belakang, ke sumber suara.
“Janice, kenapa kau di sini?”
Seorang wanita cantik yang dipanggil Janice berlari di sepanjang bibir pantai menghampiri Xiao Zhan. “Ini sudah gelap, udara di sini semakin malam akan semakin dingin. Lihat dirimu, Ge.” Jari lentik wanita tersebut menunjuk pada pakaian atas Xiao Zhan. “Kau bahkan hanya mengenakan kaus tipis seperti ini.”
“Haaah ....” Helaan napas panjang meluncur dari celah bibir Xiao Zhan. Dengan senyum simpul tersemat, dia berkata, “Padahal aku berpikir untuk menghabiskan waktu sampai lima atau sepuluh menit lagi sebenarnya.”
“Jangan banyak alasan, Ge. Kita pulang dulu. Kalau kau ingin kembali ke sini, boleh ... tapi nanti saja setelah makan malam dan jangan lupa untuk menggunakkan pakaian yang lebih tebal.”
“Baiklah.”
“Ayo!”
Dengan mudahnya Xiao Zhan menganggukkan kepala. Membiarkan wanita cantik berperawakan mungil itu menyeret lengannya, menjauh dari bibir pantai. Sesekali Xiao Zhan tergelak karena Janice melemparkan candaan di sepanjang jalan.
Janice, wanita berdarah campuran China-Kanada yang diperkenalkan Wu Yifan sebagai istrinya. Mengejutkan? Ya, awalnya Xiao Zhan juga terkejut dan tidak percaya. Bagaiamana mungkin sosok sebejat Yifan yang dulu hampir memperkosanya menjalin hubungan penuh komitmen dengan seorang wanita.
Namun, setelah mengenal Janice Wu, akhirnya Xiao Zhan tahu kenapa Wu Yifan jatuh ke dalam jurang pesonanya dan tidak dapat kembali naik ke permukaan.
Menyedihkan ... tapi Xiao Zhan turut berbahagia dan berharap mereka akan menjadi keluarga yang tentram dan damai.
Berperawakan ramping dan mungil, wanita yang kini sudah menyandang marga Wu itu nyatanya sosok yang berhasil menakhlukan sisi bajingan seorang Wu Yifan. Walaupun pernikahan mereka belum tercatat secara hukum, tanpa sepengetahuan keluarga bahkan sanak saudara, tetapi keduanya tampak begitu harmonis.