#03 Babu

757 128 4
                                    

#03 Ona latihan jadi dokter beneran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#03 Ona latihan jadi dokter beneran

"Saka, bangun deh. Minum obat dulu!"

Aruna mengguncang lengan cowok yang masih tidur pulas itu. Entah kesialan apa? di hari pertama kelas intensif, ona malah sibuk mengurus penyusup. Semalam ona sudah membantunya membersihkan hingga mengobati lukanya sampai jam 2 pagi.

Tapi tadi pagi ia melihat cowok ini menggigil dengan keringat dingin, ternyata dia demam berat. Ona tak enak hati meninggalkannya sendiri sementara saka menolak keras dipanggilkan ambulans, jadilah dia di sini mengorbankan kelas intensif demi misi kemanusiaan,

"Nih, ganti dulu kaos lo!"

Tangannya meletakkan kaos -yang dia ambil dari lemari jaden- di sofa tempat saka duduk lemas. Tanpa basa-basi, cowok itu melepas kaos di depan ona,

Act fool, act fool, act fool

Ona hanya bisa menarik nafas berat. Tak ketinggalan dia menyerahkan handuk basah, karena badannya dipenuhi debu yang sudah membaur dengan keringat. Sumpah ya, kalau tak demam ona pasti menyeretnya ke kamar mandi. Dengan peka ona mengambil alih handuk itu, membantu mengelap tubuh saka perlahan, tau benar cowok ini kesulitan,

Stay cool, dia bukan cowok, anggap pasien!

"Gue panggilin ambulans ya? Lo lemes banget"

Cowok itu menggeleng, sambil berusaha memasukkan kaos ke kepala, sekali lagi ona membantu menarik ujung kaosnya, persis seperti yang dilakukan ke anak kecil,

"Kalo gitu gue telfon ortu lo deh?"

Lagi-lagi cowok itu menggeleng,

"Kasih gue makan sama obat" katanya lemas "kalo udah mati, baru panggil ambulans"

Untung ona sabar, kalau tidak pasti sudah dia jitak kepalanya. Kalau dia mati, yang ada ona masuk penjara. Dia meraih ponsel sakala yang ternyata mati, sepertinya cowok ini tak peduli juga kalau ada yang mencarinya, atau memang tak ada yang mencarinya? Entahlah,

"Nih, minum dulu air gula"

Si cowok menurut tapi sedetik kemudian langsung mengernyit, sengaja ona bikin super manis supaya dia cepat dapat energi. Selanjutnya ona memberikan nasi instan yang dimasaknya lebih lembut dengan lauk sosis goreng dan kecap asin, karena cuma itu yang dia miliki selain roti dan mie instan. Tak segan ia juga menyuapi sakala yang kini bersandar di sofa dengan sabar, karena si cowok aneh ini lemas sekali,

"Lo ga bilang bang jaden kan?"

Alis ona terangkat jahil, "belom sih, gatau nanti" dia sengaja menggoda, yang langsung direspon dengan gelengan lemas oleh saka

"Jangan plis! dia bisa marah besar kalo tau!"

Sebenarnya banyak yang ingin ona tanyakan, seperti kenapa bisa babak belur, kenapa mabuk tiap hari, kenapa tak pulang ke rumahnya sendiri. Tapi melihat saka begitu lemas, ona menahan rasa penasarannya,

"Terakhir, minum obat dulu,"

Cowok itu menenggak dua obat yang ona berikan secara langsung, sebelum mulai berbaring lagi. Ona memeriksa suhu tubuhnya dengan telapak tangan karena tak ada termometer, sangat panas! Walau dia sudah tak menggigil. Mungkin setelah minum obat saka baikan. Ona pun beranjak dari sofa, tapi tangan itu meraih lengannya, membuatnya kembali duduk di sofa lagi,

"Lo mau bimbel lagi?"

"Gue udah izin, ini mau belajar aja kok di kamar"

"Di sini aja plis, gue ga mau sendiri" Mata itu memohon seperti anak kecil yang tak mau ditinggal ibunya.

"Manja banget sih saka" ejek ona

Sebenarnya mereka ini tak kenal satu sama lain, tapi kenapa ona jadi se-repot ini? Tunggu saja kalau sudah sehat, ona mau minta ganti rugi,

Jadilah ona memboyong laptop dan berbagai buku ke meja ini, tepat di depan sakala yang sedang tidur. Sepertinya tak pulas juga, karena tubuhnya tak henti bergerak. Walau ada benarnya ona belajar di sini, jadi mudah memonitor keadaannya, sambil mengganti kompres dan memberinya minum sesekali,

"iya, sepupu gue sakit nih, nanti bagi ya dien materinya?"

"Eh gausah gausah! gue bisa sendiri. Lagian sepupu gue udah baikan kok"

Sepertinya anak bimbel lagi istirahat makan siang, andien sahabatnya masih sempat menanyakan keberadaannya, bahkan mau datang menemani,

"Maacih andien, love you"

Ona menutup panggilan, menyadari saka sudah menguping sejak tadi, sambil berbaring, matanya terpaku pada dirinya, "Stop ngelihatin gue!" Ujarnya sambil menempelkan satu tangan ke dahi saka,

Sip, suhunya sudah tak sepanas tadi,

"masih pusing ga?"

yang ditanya hanya menggeleng, matanya masih lekat tertuju padanya, terang-terangan memandangi wajahnya. Dasar! mentang-mentang ganteng, dengan PD-nya ngelihatin anak orang. dia cuma ngelihat doang, jantung ona udah salting tak karuan, tapi tetap moto no1 nya, stay cool

"Istirahat dulu kali,"

Ona paham sakala menyindirnya yang kembali fokus ke buku, tapi ia tak peduli, malah lanjut mengerjakan hitungan yang sempat tertunda,

"Lo bakal jadi dokter hebat kok nanti"

Kegiatannya terhenti, ona memberi tatapan penuh tanya ke arah saka. Dari mana dia tau? seingatnya belum ada percakapan pribadi yang terjadi antara mereka? Malah lebih banyak kontak fisiknya,

"Astaga, buku lo aja judulnya tembus kedokteran semua, gimana gue gatau?" jawab saka malas, dia pasti tertawa keras kalau tak sakit

"Kenapa sih lo belajar kek gini banget? dari pagi selain ngecek gue, yang lo lakuin cuma belajar" 

"Lo kayak ga gerak dari posisi lo, minum aja enggak na,"

Apa ona terlihat se-gila belajar itu? Semua orang terdekatnya berkata demikian, tapi bukankah semua orang juga sedang berjuang sekarang?

Ona sadar dia tak terlahir sebagai elang, tapi dia tak mau jadi ayam juga. Sama-sama spesies burung, kenapa dia tak bisa terbang saat yang lain bisa melayang ke langit?

Karenanya dia bekerja keras untuk bisa bersama para elang, untuk masuk sma favorit, kelas favorit, bimbel favorit, hingga sekarang dia juga mau fakultas kedokteran terbaik. Dengan cara kerja keras tentu saja

That's why, dia paling tak suka dikritik karena belajar dan kini saka menanyakan topik ini,

"Karna gue cuma Aruna, bukan Sakala Abiyasa yang terlahir jenius?"

Kini giliran dahi saka yang mengerut,

Ah shiit

Gap Year | Jeongwoo MinjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang