1. Avaldenn

435 106 29
                                    

DUAR!

Suara dentuman menyahut silih berganti, membuat telinga siapapun yang mendengarnya mendadak pekak dan tuli.

Xerxes, diam mematung di atas tebing, terhenyak dalam lamunan ketika visionnya menatap langsung ke arah ngarai sempit yang kini dipenuhi oleh mayat-mayat goblin berkulit hijau. Dirinya sama sekali tak terganggu dengan kepulan asap atau aroma daging busuk terbakar yang kini menusuk hidung. Bahkan Morgan— ajudan Xerxes itu menggunakan kain 5 lapis untuk menutupi mulut dan hidungnya.

"Tak lebih dari seperempat yang hidup, kita hampir berhasil membunuh satu ekosistem goblin yang bersarang di wilayah perbatasan Avaldenn." kata Morgan, wajahnya meringis, kesakitan karena luka di lengannya hampir membiru. Luka akibat sabetan senjata berkarat milik goblin rupanya cukup berbahaya, racunnya bisa mulai membunuh syaraf jika tak segera di tangani.

"Hampir, goblin dan mahluk Tartarus yang lain akan selalu muncul entah sekeras apapun kita mencoba membantai mereka." Xerxes berbalik dan melemparkan  satu botol potion penetral racun kepada Morgan, yang juga langsung di tangkap dengan senang hati.

"Mau bagaimana lagi, wilayah Avaldenn 'kan berbatasan langsung dengan Tartarus. Tak ada yang bisa kita lakukan selain ini, atau mungkin Anda akan berkhianat dan berkerjasama dengan penghuni Tartarus seperti nya bukan ide yang buruk." Perkataan Morgan membuat Xerxes seketika mendengus, dia sudah cukup kerepotan dengan titel sebagai bangsawan terkutuk, akan makin pelik kalau dia sampai jadi monster betulan.

Netra sewarna darah milik Xerxes berkilat, memandang langit jingga yang terasa dekat. Lelaki itu jadi tenggelam dalam lamunan, memikirkan kehidupannya yang tak lebih dari sekedar alat pembunuh.

Adakalanya dia lelah, sebagai satu-satunya manusia berdarah Avaldenn, Xerxes mewarisi kemampuan serta tanggung jawab yang harus ia genggam hingga mati. Menjadi bangsawan bergelar Grand Duke, dan memiliki tanggung jawab untuk membebaskan kekaisaran dari ancaman makhluk-makhluk kegelapan.

Namun sebagai bangsawan, Xerxes lebih terbiasa bercengkrama dengan kematian ketimbang bertatakrama bersama para aristokrat. Sedikitnya dia pun cemas, jika terus begini sisi manusiawi nya akan semakin tenggelam dan jiwanya yang lain akan bangkit dan menguasai.

Namun tanggung jawabnya membelenggu, membuat Xerxes tak bisa berpikir lebih jauh.

"Tubuh ku jadi lemas karena lapar." Gumam Xerxes, lelaki itu lalu merogoh saku mantel nya, mengambil peluit kecil sebesar jari kelingking orang dewasa, yang kemudian ia tiup. Tak ada suara yang terdengar, peluit itu khusus mengirim suara yang hanya mampu di dengar oleh hewan-hewan berkekuatan magis. Termasuk Hawkeye, wyvren muda milik Xerxes.

Morgan menatap Xerxes dari ujung kaki sampai ujung rambut, yang terlihat tampak segar meski terciprat banyak darah dari goblin-goblin yang ia bunuh, "lemas apanya."

Tak perlu menunggu lama bagi Xerxes dan Morgan, dalam hitungan menit Hawkeye sudah terlihat mengudara di langit lembah Onryx.

****

Xerxes Reglin Dè Avaldenn, seorang pemuda yang menyandang gelar Grand Duke di saat dia bahkan belum merayakan pesta kedewasaan nya.

Xerxes menjadi yatim piatu ketika ayah dan ibu nya mati karena kutukan, sebagai satu-satunya penerus, tak ada yang bisa ia lakukan selain menggemban tanggung jawab dengan ikhlas hati meski harus mengorbankan seluruh masa muda nya yang berharga.

Keluarga Avaldenn adalah keluarga bangsawan paling berpengaruh di kekaisaran, eksistensi nya sebagai pemusnah mahluk kegelapan sudah melekat sejak ratusan tahun.

Meski begitu, Avaldenn dikenal sebagai bangsawan terkutuk, tak memiliki hati nurani, tertutup, misterius dan memiliki kekuatan seperti monster. Mata merah darah mereka diyakini sebagai alat penghipnotis, gigi taring mereka juga amat di takuti.

Meski dijauhi, semua orang di kekaisaran menghormati Avaldenn melibihi kaisar sendiri. Avaldenn tetap pahlawan yang selalu melindungi mereka dari kegelapan.

Memiliki kelebihan luarbiasa, bukan berarti Avaldenn tak memiliki kekurangan. Di samping kekuatan mereka yang melebihi manusia biasa, keturunan Avaldenn sangatlah sedikit, bahkan hampir tak ada.

Para pemilik nama Avaldenn memiliki penyakit yang langka, sulit memiliki keturunan dan berumur pendek. Seperti orang tua Xerxes yang hanya memiliki satu orang anak, mereka juga meninggal di usia 40 tahunan. Xerxes juga tak memiliki kerabat dekat maupun jauh, hanya tinggal tersisa dirinya seorang diri.

Sebelum .. sebuah keajaiban terjadi.

Xerxes terdiam dengan mulut terkatup, tak mampu bicara. Otaknya mendadak lumpuh untuk mencerna apa yang terjadi. Di depan meja kerjanya berdiri empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan.

Anak paling besar berkelamin laki-laki yang mungkin berumur sekitar 9 tahun, yang kedua anak perempuan  mungkin  kisaran 7 tahun, kemudian anak perempuan yang berumur 5 tahun,  dan si bungsu yang masih terlihat rapuh, balita berjenis kelamin laki-laki itu mungkin baru berumur 3 tahun.

"Apa maksudnya ini Eugene?" Xerxes menatap Eugene, putra sulung dari Baron Longbert, asistennya dalam mengurusi urusan internal dan bisnis keluarga Avaldenn.

"Itu .. Yang Mulia, apa Anda masih ingat maraknya kasus penculikan yang akhir-akhir ini terjadi? Kami berhasil menangkap pelakunya, anak-anak yang di culik akan di perjual belikan di pasar gelap untuk di perbudak. Lalu saat kami mengevakuasi korban, anak-anak ini sangat menarik perhatian kami. Ciri-ciri fisiknya sama seperti pewaris darah Avaldenn. Kami membawa mereka dengan hati-hati, kami juga meminta beberapa saksi untuk tutup mulut." Jelas Eugene panjang lebar, walaupun mungkin ini hanya kekeliruan, Eugene patut di benarkan, mereka tak bisa membiarkan gosip anak haram akan berkeliaran jika anak-anak itu diketahui oleh publik.

Xerxes meneliti ketiga anak tersebut, Eugene berkata benar, mereka memiliki ciri fisik yang sama seperti dirinya. Rambut hitam legam, kulit putih pucat, mata sewarna darah dan gigi taring yang agak memanjang—telihat ketika si anak sulung terus mendesis seperti kucing—memang ciri khas seorang Avaldenn.

Genetik Avaldenn memang unik, di seluruh penjuru kekaisaran hanya mereka yang memiliki ciri-ciri tersebut.

"Astaga Yang Mulia, Anda tak lupa pakai alat kontrasepsi 'kan?" Morgan menutup mulutnya, Xerxes pemuda dewasa yang tak memiliki pasangan resmi, jadi wajar jika dia bermain dengan wanita-wanita di luar sana, yang Morgan tak menyangka adalah Xerxes yang perfeksionis juga bisa bertindak ceroboh.

"Bicaramu sembarangan sekali, kau pikir aku punya waktu untuk ejakulasi bersama wanita?" Xerxes berkata dengan wajah dingin, tahu betul apa yang ada di pikiran sobat karib nya.

Morgan hanya cengengesan, dia tahu betul tabiat Xerxes, lelaki itu hanya suka melihat wajah kesal Xerxes ketika tertekan.

Xerxes menghela nafasnya lelah, "cari tahu apa yang terjadi, aku juga ingin ini terus di rahasiakan untuk sementara waktu. Lalu .. urusi mereka dengan layak."

Meski tak terlihat jelas, Xerxes merasa iba. Anak-anak itu tampak kotor dan kurus, piyama yang di kenakan mereka juga terlihat lusuh dengan robekan dimana-mana, tubuh mereka juga di penuhi luka-luka bekas penganiayaan. Entah ayah nya berselingkuh atau apa, Xerxes merasa hidupnya tak akan lagi sama.

_______

Ketik 1 untuk episode selanjutnya.

AVALDENN : Blood and Bonds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang