3. Fakta dan Keputusan

213 73 7
                                    

"Fokus, Owen! 5 detik lalu kau hampir terpenggal!" teriak Xerxes, lelaki itu mengayunkan pedangnya dengan gerakan memutar, berlatih pedang bersama prajurit Avaldenn adalah kegiatan wajib Xerxes setiap hari.

"Maaf tapi otak ku sedang kacau, Yang Mulia!" Owen menebas Xerxes dengan gerakan horizontal, mencoba memutus jarak.

Sayangnya Xerxes menahan gerakan Owen dengan mudah, Grand Duke kekaisaran Dalmellington itu menangkis sabetan pedang milik Owen lalu menendang perut Owen hingga lelaki itu terpental menindih beberapa prajurit yang tengah beristirahat di pinggir lapangan.

"Ugh, pasti sakit." gumam Timoty yang tengah mengasah pedang di sisi lapangan yang lain bersama David.

David meringis memegangi pinggangnya, "aku pernah sampai rusuk ku patah dua ruas."

Timoty membuat wajah aneh, "kau harus bersyukur karena tak jadi cacat."

Xerxes mengulurkan tangannya pada Owen yang masih berbaring sambil meringis, "20 orang sudah gugur dalam pembersihan goblin pekan lalu, kau tak mau menyusul mereka dengan cepat 'kan?"

Owen menyambut uluran tangan Xerxes dengan senang hati, "maaf Yang Mulia, aku jadi gugup karena istri ku akan melahirkan beberapa minggu lagi."

Xerxes mengernyit, "kau menghamili siapa?"

Owen ikut mengernyit, "tentu saja istri ku, siapa lagi?"

"Kapan kau menikah?"

"Astaga, Yang Mulia! Dia sudah menikah setahun yang lalu. Kita bahkan pesta rum di hari pernikahannya." sahut Morgan yang ikut menimbrung, lelaki itu terlihat rapi dengan setelan resmi nya sebagai ksatria Avaldenn— baru selesai mengerjakan tugas dari Xerxes.

Xerxes masih mengernyit, pria itu sedang memutar ingatannya. Dia memang tajam dalam mengingat pekerjaan-pekerjaan nya sampai mendetail, tapi soal ingatan tentang hal-hal menyenangkan Xerxes bisa melupakannya dalam 5 menit seperti ikan koi.

"Ya ampun! Makanya ambil cuti, Anda perlu mencari angin segar, refreshing, Yang Mulia! Lihat Owen, dia bahkan lebih muda 4 tahun dari mu tapi sudah punya istri dan anak. Sedangkan Anda?" Morgan meneliti Xerxes dari atas kebawah dengan lancang, yang di tatap hanya berekspresi dengan datar.

Morgan meneguk salivanya kasar, "maaf, bukannya lancang. Tapi Avaldenn membutuhkan penerus, Yang Mulia!"

Xerxes menekan bahu Morgan yang lebih pendek darinya, "sebelum menasehati orang kau harusnya bercermin, Morgan. kau bahkan lebih tua 2 tahun dari ku, seharusnya kau sudah memiliki cucu."

Wajah tengil Morgan berubah masam, "Anda selalu bisa membalik kata-kata ku, Yang Mulia Xerxes."

Xerxes mendengus, senyum miringnya tercetak samar, mungkin dia pelupa dan tak memiliki selera humor yang baik, tapi kalau soal beradu mulut Xerxes cukup percaya diri.

Selesai membuat tubuh nya berkeringat Xerxes harus kembali duduk sambil memegang berkas-berkas pekerjaan nya yang menumpuk hingga matahari tenggelam, dia benci melakukan itu setiap hari sebetulnya. Namun kaisar Arthurian sangat cerewet akhir-akhir ini, mau tak mau Xerxes mengurung dirinya sendiri hingga ambeien.

Seperti sekarang, Xerxes sudah di sibukkan dengan setumpuk berkas-berkas laporan adanya kemunculan monster di pinggiran hutan Fortwood, hutan belantara terbesar yang memisahkan kekaisaran Dalmellington dan kerajaan Dumbarton.

Tok tok tok!

"Yang Mulia, ini Eugene. Apa aku boleh masuk?"

"Silahkan," Xerxes melepas kacamata baca nya, kemudian duduk bersandar pada kursi kerja milik nya, punggung nya hampir patah setelah 6 jam duduk tegak tanpa jeda.

Eugene Longbert masuk ke dalam ruang kerja milik Xerxes, dia tak sendiri ada Anton di belakangnya yang ikut mengekor.

"Ada apa?" Xerxes menaruh kedua tangannya di bawah dagu, pandangannya tampak lurus menatap dua bawahannya dengan tegas.

Eugene dan Anton melakukan bow terlebih dahulu, kemudian memberikan map berisi informasi kepada Xerxes, "aku berhasil mendapatkan beberapa informasi tentang mereka, Yang Mulia." Ujar Anton, informan terpercaya milik Xerxes.

Xerxes awalnya mengernyit, namun sadar setelah beberapa detik. Xerxes dan Anton saling tatap, mereka tampak mengetahui isi pikiran masing-masing meski tak saling berucap.

"Siapa orang tua mereka?" Xerxes menahan nafasnya, bersiap untuk menerima kenyataan jika ayah nya berselingkuh.

"Mereka memiliki darah Avaldenn yang di turunkan dari adik Grand Duke sebelumnya," Anton kemudian menjelaskan semuanya dengan panjang lebar.

Bukan dari hasil perselingkuhan ayah Xerxes atau Grand Duke sebelumnya, melainkan dulu, kakek buyut Xerxes memiliki adik yang pergi jauh untuk berkelana. Namun di dalam perjalanannya dia tak pernah kembali, dia terikat hubungan dengan seorang gadis biasa hingga beranak cucu.

Anak-anak yang di bawa Eugene kemarin adalah hasil dari hubungan itu setelah melalui beberapa keturunan. Tentu darah Avaldenn yang sangat kental, tak mungkin hilang begitu saja.

"Mustahil, beliau dinyatakan gugur dalam pembasmian dungeon selatan 120 tahun yang lalu. Catatannya masih ada." Xerxes ingat betul cerita itu, ketika Avaldenn masih memiliki 2 penerus dalam satu keturunan. Namun sayang saudara dari kakek buyutnya harus gugur dalam perang melawan monster saat mengikuti raid besar-besaran ketika berkelana.

"Ya, namun kabar itu di palsukan, Yang Mulia. Beliau hidup dengan sehat sampai wafat di usia 50 tahunan, selama sisa hidupnya beliau tinggal di kerajaan Arachdale sebagai petani sayuran." Beruntung Anton mendapatkan informasi dengan mudah, para pelaku yang sebelumnya membawa anak-anak itu ke ibu kota untuk di perbudak dapat di ajak bekerja sama dengan baik.

Xerxes mengelus dahi nya yang berkerut, ini diluar dugaan Xerxes, dia tak menyangka ada keturunan Avaldenn lain di luar sana.

"Lalu, apa yang terjadi dengan anak-anak itu?"

"Mereka hidup miskin dan di kucilkan, Yang Mulia. Mereka di anggap monster karena memiliki mata merah menyala dan gigi taring yang panjang. Nafsu makan mereka yang terlalu besar membuat kedua orang tua mereka menyerah dan membuang mereka di panti asuhan. Sayang, panti asuhan itu sudah bekerja sama dengan sindikat penjualan manusia. Mereka di jual dengan harga yang tinggi untuk di perbudak karena memiliki genetik yang aneh." Hebatnya Anton mengetahui informasi tersebut hanya dalam waktu singkat, memang julukan sebagai bayangan Avaldenn sangat pas di sematkan untuk Anton.

"Apa kau menemukan jejak keberadaan orang tua mereka?"

Anton menggeleng, "orang tua mereka menghilang setelah membuang anak-anak itu ke panti asuhan. Aku belum mendapatkan informasinya, mungkin butuh beberapa waktu, Yang Mulia."

Xerxes terdiam, ternyata ada cerita yang panjang di balik amukan dan rasa takut yang di ekspresikan oleh keempat anak itu.

"Lalu apa yang akan Anda lakukan, Yang Mulia?" tanya Eugene, sedari tadi dia hanya mendengarkan, dia juga sama terkejutnya dengan Xerxes.

Xerxes menggigit ujung kuku ibu jari nya, menimang-nimang keputusan apa yang harus ia pilih.

"Resmikan mereka sebagai anggota keluarga Avaldenn dengan aku sebagai wali sah mereka." Benar, ini adalah keputusan yang tepat, Xerxes tak bisa mengabaikan anak-anak itu, dia tak lagi sendiri dan ini adalah berita membahagiakan. "Umumkan ini ke publik, mereka adalah kerabat jauh ku yang telah hilang sejak lama, aku akan mengadopsi mereka karena mereka di temukan sebatang kara."

Eugene mengangguk, "baik, Yang Mulia." Dia lalu pamit undur diri untuk segera melaksanakan perintah tuannya.

Keempat anak itu akan di daftarkan ke dalam anggota keluarga Avaldenn secara resmi. Karenanya Eugene harus segera menyiapkan berkas yang di butuhkan untuk di serahkan langsung pada kuil.

Sekarang Xerxes sendirian di ruangannya, dia menatap lukisan keluarga Avaldenn dari setiap generasi. Matanya berhenti bergulir ketika dia melihat lukisan mendiang buyut nya, "kini ada enam Avaldenn."

_____

Tokoh nya ada banyak, hati-hati ke-blinger ya.

AVALDENN : Blood and Bonds Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang